Berita Nasional Terpercaya

Investasi Intangible Asset: Mahal tapi Penting

0

HarianBernas.com – “Wowww Mahalll Bingittt ….” Begitulah kira-kira komentar adik saya, setelah mengetahui investasi yang harus saya keluarkan untuk mendalami dunia Business Coaching melalui sebuah lembaga bisnis coaching firm ternama di Amerika. 

Adik saya termasuk suka belajar, dia suka berinvestasi pada buku-buku dan training-training yang lumayan mahal. Tetapi dia belum segila saya, yang berani berinvestasi di Singapore bahkan ke Amerika, hanya untuk belajar.

Bagaimana tidak gila? Jika Tahun lalu biaya belajar saya cukup untuk membeli satu unit rumah kecil yang lumayan mewah di Jogja, maka tahun ini, saya akan berinvestasi kurang lebih senilai kos-kosan 15 kamar yang sudah lumayan bagus di Jogja. Jadi kalau mau passive income saja, tentu “lebih baik punya kos-kosan 15 kamar yang sudah pasti menghasilkan, daripada mengejar ilmu yang belum tentu menghasilkan”. Pertimbangan seperti itu, pasti akan saya terima dari keluarga saya, jika saya harus menunggu mereka menyetujuinya, agar saya bisa mengikuti training ini. 

Kegilaan sejenis, pernah saya lakukan ketika mengambil kelas Sertifikasi dan Lisensi NLP Practitioner beberapa tahun lalu. Kegalauan istri saya, cukup membuat saya menunda satu tahun sebelum menghadiri kelas tersebut. Istri saya menyetujui dengan sangsi serta tantangan agar secepatnya bisa mengembalikan “biaya” training yang harus dikeluarkan.

“Biaya” versi istri saya, adalah “Investasi” menurut saya. Itulah yang membuat kami berbeda cara melihat training, Sertifikasi dan lisensi tersebut. Karena saya menghitungnya sebagai “Investasi” sementara istri saya menghitungnya sebagai “Biaya”. 

Kok Bisa Beda?

Karena bagi saya, ketika saya mengambil Training, Sertifikasi dan Lisensi tersebut, saya sedang berinvestasi pada Intangible Asset, yaitu pada kemampuan saya mengambil keputusan, memimpin, berkomunikasi, dan lain-lain, yang sangat berguna bagi kemajuan bagi bisnis saya ke depan. Sementara istri saya, beranggapan, uang itu adalah pengeluaran dan hilang begitu saja, mirip dengan biaya plesir alias rekreasi. 

Cara pandang antara saya dan istri saya, banyak terjadi dikalangan pemilik bisnis. Mereka suka berinvestasi pada aset-aset fisik yang terlihat, seperti ruko, mesin, komputer, dan lain-lain. Tetapi mereka tidak suka berinvestasi pada orang-orang yang akan mengoperasikan ruko, mesin dan komputer tersebut. Tidak heran, jika 80% Bisnis mati pada 5 tahun pertama, karena kebanyakan bisnis, dikendalikan oleh orang-orang yang tidak belajar secara khusus untuk mengendalikan bisnis mereka. 

Jadi setelah ini, apakah Anda masih akan mengatakan bahwa Buku, Training dan Coaching adalah hal yang mahal bagi bisnis Anda?

Salam Hebat
Putu Putrayasa
Business Mentor & Coach
CEO of BERNAS Media Group
www.Putu.HarianBernas.com

Leave A Reply

Your email address will not be published.