Berita Nasional Terpercaya

Kenduri Ramadan di Batam Bius Wisman Singapura dan Malaysia

0

BATAM, HarianBernas.com – Jangan pandang sebelah mata wisata religi. Potensinya sangat besar mendatangkan banyak wisatawan. Aktivitas Kenduri Ramadan di Batam misalnya. Agendanya banyak dikunjungi wisatawan asal Singapura dan Malaysia.

?Itu acaranya sebulan penuh. Dan setiap tahun selalu saja ada wisatawan mancanegara asal Singapura dan Malaysia yang datang ke Batam,? ungkap Ketua Ketua Panitia Muhlis bin Machin, Selasa (13/6).

Lantas apa yang mereka kerjakan di Batam saat Ramadan menyapa? Wisata kuliner, jelas tidak bisa dilakukan saat siang hari. City tour juga kurang begitu bisa dinikmati wisatawan Melayu. ?Mereka ke Batam mencari aktivitas rohani. Di Singapura azan tidak boleh pakai pengeras suara. Sementara di Batam mereka bisa sepuasnya mendengarkan azan dengan pengeras suara,? tambah Mukhlis.

Selain itu,  wisatan Melayu asal Singapura dan Malaysia, biasanya lebih enjoy bersedekah ke Batam. Sumbangan berupa hewan kurbannya bisa lebih banyak. Dan di Batam, mereka bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat Batam yang terkenal ramah.

?Alasan lainnya ya itu tadi. Dengan harga yang sama, mereka bisa membeli hewan kurban dua kali lebih banyak dibanding bila mereka membeli di negaranya. Mereka lebih enjoy begitu. Apalagi setelah wisata religi mereka bisa berwisata belanja. Harga di Batam juga jauh lebih murah dari Singapura dan Malaysia,? tambahnya.

Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti yang didampingi Kabid Wisata Budaya Wawan Gunawan, juga seirama. Tren perjalanan wisata saat Ramadan, menurutnya telah banyak berubah. Dari sekadar mencari udara segar, menikmati indahnya alam baik pegunungan maupun wisata pantai, bergeser menjadi mencari ketenangan diri.

?Wisata religi sangat identik dengan wisata berbasis keyakinan. Di dalamnya ada wisata ziarah dan halal yang sekarang dikenal dengan Family Friendly Tourism. Wisata religi merupakan bagian dari wisata budaya,? kata Esthy.

Dalam pandangannya, telah terjadi pergeseran tren kepariwisataan dari ?sun, sand and sea? menjadi ?serenity, sustainability, and spirituality?. ?United Nations World Tourism Organization (UNWTO) memperkirakan sekitar 330 juta wisatawan atau 30% dari keseluruhan wisatawan global akan berbondong-bondong ke situs-situs religius di seluruh dunia. Kunjungan itu baik yang berdasar pada motif spiritual ataupun kognitif,? ungkapnya.

Menpar Arief Yahya juga ikut merespon aktivitas wisata religi di wilayah crossborder. Dia mengatakan, terjadinya peningkatan tren wisata religi saat ini karena setiap orang ingin memenuhi kebutuhan rohaniah mereka.

?Dalam setiap tubuh manusia ada roh dan jiwa, dan roh ini yang harus diisi salah satunya dengan mendatangi tempat-tempat yang menurut mereka suci. Saat kehidupan mereka telah mapan, maka akan semakin mengarah ke spiritualitas,? jelasnya.

Karenanya, rumus 3A, yang terdiri dari akses, atraksi dan amenitas,

harus diperkuat agar wisata religi mampu menyedot wisatawan dari Asia Tenggara, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura.

?Aksesibilitas, menyangkut infrastruktur ke lokasi harus baik terutama untuk wisatawan yang sudah berusia lanjut. Atraksi di tempat wisata religi juga harus variatif sehingga wisatawan bisa betah saat berkunjung. Amenitas atau fasilitas juga perlu diperhatikan menyangkut ketersediaan akomodasi di sekitar lokasi. Langkah terakhir adalah promosi oleh semua pelaku pariwisata. Elemenelemen tersebut akan mampu memberi kontribusi untuk mencapai target wisatawan mancanegara,? katanya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.