Berita Nasional Terpercaya

Jogja Harus Berkembang

0

YOGYAKARTA, HarianBernas.com –  Keluhan yang sering muncul selama kurun waktu 10 tahun terakhir ini adalah arus lalulintas di Yogyakarta yang kian macet.

Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Prof Dr Tech Ir Danang Parikesit MSc, bahkan menyebut Yogyakarta sudah dalam kondisi gawat darurat transportasi. Karena itu, pembenahan transportasi harus menjadi fokus semua pemangku kepentingan di Yogyakarta .

Dalam wawancara khusus dengan Bernas di Yogakarta, Minggu (23/7), Danang Parikesit menyebut ada empat persoalan besar di Yogyakarta.

Pertama persoalan kemacetan arus lalulintas yang kian serius.

Kedua, penggunaan angkutan umum tidak mengalami peningkatan.

Ketiga, pentumbuhan penjualan sepeda motor atau populasi sepeda motor di Jogja yang meningkat sangat pesat.

Keempat, rekayasa lalu lintas dan investasi di bidang transportasi di perkotaan Jogja sangatlah minim.

?Jika dikombinasikan dari kesemuanya, tidak mengherankan jika kita lihat kemacetan semakin lama semakin meningkat di Jogja. Dinamika lalu lintas dan tranportasi di Jogja ini tidak sangat kondusif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi sehingga ini saya kira perlu terobosan di dalam transportasi perkotaan,? ujarnya.

Menurut Danang Parikesit, persoalan transportasi di Yogyakarta saat ini sudah sedemikian serius persoalannya sehingga memerlukan langkah tegas untuk mengatasinya.

?Saya melihat Jogja ini sudah ada gawat darurat transportasi,? ujarnya.

Karena sudah berada dalam posisi gawat darurat, menurut Danang Parikesit, penyelesaiannya

tidak bisa hanya mengandalkan struktur yang ada. ?Saya kok mengusulkan satu taskforce khusus yang memang fokusnya menyelesaikan soal transportasi regional, transportasi lokal di Jogja, DIY, dan sekitarnya,? ujarnya.

Sebagai satu wilayah provinsi, lanjut Danang, Gubernur DIY cukup membentuk taskforce menangani pengelola bandara yang BUMN. Sebab, Kabupaten Kulon Progo tidak bisa menanganinya sendiri.

?Kemudian kita juga mesti bicara ke sesama antar daerah. Sangat complicated Jogja ini. Daerahnya kecil, padat, pendapatan daerahnya rendah, intensitasnya tinggi. Selain itu, masyarakatnya sangat dinamis dengan daya beli yang tidak cukup tinggi. Ini kan repot. Padahal kebutuhan mobilitasnya kan tinggi.

Nah jadi gak ada yang bisa mendukung kecuali kalau kita bisa membuat sinergi. Membuat sinergi untuk bisa menata sama-sama,? paparnya

Menurut Danang, Jogja sebagai sebuah sistem yang merupakan tempat transit, terutama transportasi Jawa bagian selatan, perannya semakin besar. Apalgai jika bicara mengenai pembangunan bandara Kulonprogo, pasti selatan Jawa akan berorientasi lebih tinggi di Jogja sehingga kebutuhan mobilitas masyarakat semakin meningkat juga. Pengaruh Yogyakarta akan sampai ke Puwokerto di barat dan sampai ke Pacitan di timur.

?Yogyakarta akan menjadi daerah yang punya pengaruh yang melebihi wilayah administrasinya, dan saya kira ini menjadi sangat penting untuk kita bicara mendorong konektivitas antar wilayah ini dengan Yogyakarta. Kereta menjadi satu pilihan yang cukup menarik,? ujarnya.

Menurut Danang, jaringan kereta antar-wilayah itu nantinya bisa menjadi backbone untuk jaringan jalan tol di Jawa. ?Memang kemudian isunya adalah, apakah jalan tol itu memberikan manfaat bagi masyarakat setempat? Ini kan menjadi persoalan yang penting. Pak Sultan sudah secara eksplisit mengatakan kalau membangun jalan tol masyarakat setempat tidak mendapatkan manfaat. Memang ketika kita membicarakan system tol, fokusnya adalah memfasilitasi pergerakan antar wilayah, bukan antar kota sendiri,? ujarnya.

Danang mengaku lebih memilih jaringan jalan kereta api. Jaringan kereta api airport to airport antara  Solo dan Jogja akan sangat menarik. Tentu saja harus diikuti dengan elktrifikasi. ?Elektrifikasi itu  membuat system kereta api kita menjadi lebih modern dengan menggunakan jaringan listrik, tidak menggunakan diesel lagi. Selain mengurangi polusi, juga meningkatkan sistem rehabilitasi keretanya sendiri, selain kapasitasnya ditambah lagi atau jenisnya lebih dimodernisasi lagi,? ujarnya.

Satu persoalan penting lainnya adalah penataan angkutan barang. Menurut Danang, angkutan barang di Jogja menjadi dilema karena 

rata-rata usahanya kecil dan angkutannya menngunakan mobil box. ?Dulu pernah ada gagasan mengenai Jogjakarta Dry Port, atau tempat konsolidasi untuk angkutan barang yang dihasilkan oleh para produsen barang yang ada di Jogjakarta. Sementara yang terjadi, semua memakai mobil box sehingga boros ruang.

Solusinya adalah yang dinamakan Dry Port atau Consolidation Center. Tempat konsolidasi itu dapat dikelola oleh para pengusaha di sini atau diolah oleh pemuda daerah, sehingga barang-barang itu dikumpulin kemudian kalau diangkut ke Semarang untuk di eksport atau ke Jakarta, ke Surabaya, memakai kontainer besar menggunakan jalan tol.

Nah sekarang lokasi yang direncanakan sebagai Dry Port di Jogja menurut saya kurang strategis. Saya kira perlu ditata ulang , dicari tempat yang paling bagus, atau mungkin dekat stasiun kereta api,? paparnya. Danang juga mengingatkan pentingnya revisi pengaturan tata ruang.

Revisi ini harus menggabungkan antara penataan wilayah atau penataan bangunan dengan penataan sistem transportasi. Sebab, sistem transportasi sangat tergantung pada tata guna lahan yang ada di suatu daerah. ?Kedepan yang pasti akan mendapat tantangan banyak itu adalah tata ruang di Kulonprogo, karena adanya investasi besar di airport. Tapi yang juga saya kira persoalan menahun itu di Sleman.

Sleman itu kan daerah tumbuh tinggi ya, sedangkan sehingga tata ruangnya itu tidak tertata

Leave A Reply

Your email address will not be published.