Berita Nasional Terpercaya

Lelaki Rusia Penyelamat Dunia dari Perang Nuklir Tutup Usia. Ini Kisah Gentingnya

0

Bernas.id ? Pada 26 September 1983, tak banyak orang yang tahu bahwa nyaris terjadi Perang Nuklir antara AS dan Rusia. Namun berkat jasa Stanislav Petrov, seorang ahli teknologi informasi yang bertugas jaga malam itu, dunia selamat dari peperangan.

New York Times, Selasa (19/9/2017) menyebut, sang penyelamat itu kini telah tiada. Petrov dilaporkan meninggal pada 19 Mei di rumahnya di sebuah kota kecil Fryazino, dekat Moskow. Di sana ia tinggal sendirian setelah pensiun.

Kabar kematiannya tidak langsung dipublikasikan saat itu, melainkan baru-baru ini dinyatakan oleh sang anak, Dmitri. Berita kematian yang didapat dari sang anak itu dikonfirmasi oleh Karl Schumacher, seorang aktivis perang yang baru saja mengetahui siapa Petrov sesungguhnya pada 1998. Sebab kematian Petrov adalah hypostatic pneumonia.

Kisah heroik penyelamatan dunia dari Perang Nuklir oleh Stanislav Petrov berawal pada tanggal 26 September 1983 subuh. Saat itu sistem peringatan dini milik Uni Soviet mendeteksi serangan rudal dari Amerika Serikat. Tampilan data di komputer menunjukkan, sejumlah rudal telah diluncurkan. Sesuai protokol, Uni Soviet akan membalasnya dengan serangan nulkir.

Tetapi Stanislav Petrov — yang kala itu bertugas mendata apa yang nampak sebagai peluncuran rudal musuh — memutuskan untuk tidak melapor ke atasannya. Ia menganggapnya sebagai alarm palsu.

Apa yang dilakukan Petrov di satu sisi adalah pelanggaran atas instruksi atasannya. Namun, keputusannya terbukti telah menyelamatkan dunia.

“Saya punya seluruh data yang menyebut bahwa akan ada serangan misil. Jika saya menyerahkan laporan ke atasan saya, tak akan ada yang menentangnya,” kata Stanislav Petrov seperti diberitakan BBC, 26 September 2013.

Namun, Petrov curiga itu adalah kesalahan komputer. Karena apabila ia percaya itu adalah serangan nuklir, AS seharusnya akan ada ratusan peluncuran misil yang simultan.

“Memang, yang harusnya saya lakukan adalah meraih telepon dan menghubungi komandan. Tapi saya tak bisa bergerak, seperti duduk di atas penggorengan panas,” ujarnya.

Petrov akhirnya memutuskan melaporkan kepada markas besar tentara Soviet bahwa ada sistem yang rusak.

“Dua puluh tiga menit kemudian, saya sadar tak ada yang terjadi. Jika itu benar ada serangan, jelas saya tahu. Namun ternyata tidak. Ini membuat saya lega,” sambungnya.

Walau mendapat pujian atas keputusannya, dia juga secara resmi ditegur karena gagal menggambarkan kejadian di buku catatan.

Krisis 'false alarm' itu terjadi pada saat ketegangan antara AS dan Uni Soviet meningkat, yaitu tiga minggu setelah militer Soviet meledakkan penerbangan Korean Air Lines 007, membunuh semua 269 orang di kapal.

Rupanya, keputusan Soviet disebabkan oleh alarm palsu yang disebabkan oleh keselarasan sinar matahari yang langka dengan awan namun terbaca oleh komputer sebagai serangan misil.

Petrov yang pensiun dengan pangkat letnan colonel mengakui, ia mendapat teguran atas keputusannya malam itu. Bukan tentang apa yang ia perbuat, melainkan terkait pelanggaran administrasi.

Sejak itu, selama 10 tahun, Petrov bungkam soal kejadian 26 September 1983 yang nyaris jadi Perang Nuklir. “Karena kupikir sangat memalukan bagi militer Soviet jika orang tahu sistemnya telah melakukan kesalahan fatal seperti itu.”

Baru setelah Uni Soviet runtuh, kisah Petrov bocor ke media massa. Ia pun diganjar banyak penghargaan internasional. Walau demikian dirinya tak pernah merasa sebagai pahlawan.

Berkat hal tersebut, Petrov pun mendapat sebutan “pria yang menggagalkan Perang Nuklir” oleh Association of World Citizens di markas besar PBB di New York.

“Awalnya saat orang mulai mengatakan kepada saya bahwa laporan TV ini menyebut saya sebagai pahlawan, saya terkejut,” katanya pada RT pada tahun 2010.

“Saya tidak pernah menganggap diri saya sebagai pahlawan – saya benar-benar hanya melakukan pekerjaan saya. Itu adalah tugas saya. Hanya kebetulan, dan untungnya saya yang bertugas malam itu.”

Stanislav Yevgrafovich Petrov lahir pada 7 September 1939 dekat Vladivostok, Rusia. Ayahnya adalah pilot jet tempur pada Perang Dunia II sementara ibunya seorang perawat.

Petrov kuliah di Kiev Higher Engineering Radio-Technical College milik Angkatan Udara Rusia.

Usai bergabung dengan Angkatan Udara, kariernya melesat. Ia ditugaskan di bagian sistem peringatan dini untuk serangan di awal tahun 70-an.

Petrov pensiun dari militer tahun 1984 dan bekerja sebagai insinyur senior di sebuah institut penelitian yang menciptakan sistem peringatan dini. Namun, ia kembali pensiun untuk merawat istrinya, Raisa yang terkena kanker yang meninggal pada 1997. Selain meninggalkan anak lelaki bernama Dmitri, Petrov juga meninggalkan anak perempuan, Yelena dan dua orang cucu.

Leave A Reply

Your email address will not be published.