Berita Nasional Terpercaya

Film Adalah Literatur dalam Bentuk Visual yang Mengandung Pesan

0

Bernas.id – Calvin Khurniawan menyebut bahwa keluarganya tidak pernah berhenti menjadi sumber inspirasi untuknya. Mereka berandil besar dalam pembangunan karakternya sehingga selalu terdorong untuk mencapai impiannya.

“Saya belajar dari Papa saya untuk selalu menjaga kualitas di segala yang kita lakukan tanpa kompromi. Saya belajar cara untuk menjadi pemimpin yang baik dari Mama dan kakak perempuan tertua saya. Saya sering bertukar pikir dengan kakak laki-laki saya yang kedua, seorang Art Director/ Direktur Seni yang selalu berusaha untuk menjadi inovatif. Saya juga sering meminta saran dan masukan dari kakak perempuan saya yang ketiga, karena saya mengapresiasi daya imajinasi tingginya yang ditunjang oleh profesinya sebagai Makeup Artist/ Penata Rias,” ungkapnya ke Bernas (18/8).

Baca juga: Contoh Paragraf Induktif, Deduktif, Campuran, dan Ineratif

Dikatakannya tentang titik baliknya menjadi film director, pada waktu berumur 12 tahun, ia menonton film Mission Impossible 3 di bioskop dan sejak saat itu, terkagum oleh film dan industri pembuatan film. “Karir saya di dunia film dimulai saat itu juga. Dengan bantuan handphone pertama saya yang dilengkapi oleh kamera 2 megapixel, saya mulai membuat film pendek dengannya. Untuk pengalaman unik di pekerjaan, pada saat semester pertama saya di universitas, saya bertugas sebagai asisten cameraman untuk sebuah video musik. Saya lalu diberitahu bawa Tyrese Gibson, aktor dari film seri Fast & Furious, akan hadir karena ia adalah cameo untuk video musik tersebut. Saya hampir tidak bisa mempertahankan keprofesionalan saya ketika Tyrese Gibson tiba. Saya harus berpura-pura tak acuh sambil menjalankan pekerjaan saya, padahal dalam hati saya campur aduk antara senang, gugup, kaget dan tidak tahu harus bersikap,” tuturnya.

Baginya, film adalah sebuah orkestra seni. Mengapa ia berpikir demikian? Menurutnya, film adalah gabungan beberapa dunia yakni teater, fotografi, musik dan desain. “Saya rasa sedikit hal yang bisa menandingi kepuasan yang saya dapatkan dari bekerja sama dengan seniman lain untuk dapat merealisasikan sebuah karya dalam bentuk film. Hal yang paling saya cintai tentang film adalah betapa besar dampak yang ditimbulkan dari pesan yang terkandung di dalamnya. Dampak ke kejiwaan kita khususnya. Inilah yang membuat saya semakin semangat menggeluti bidang perfilman,” imbuhnya.

Untuk permasalahan yang paling sering dihadapi dalam bidang pekerjaannya, pengagum Alfonso Cuaró, direktur film “Gravity ini menyebut tentang kolaborasi dengan banyak orang. “Hal yang paling saya sukai dari bekerja di bidang perfilman adalah kolaborasi dengan banyak orang. Tetapi ketika saya duduk di kursi sutradara, saya cenderung gila kontrol. Saya tidak mau melepas kendali. Ini sangat sulit karena dalam pembuatan sebuah film, banyak orang yang terlibat di dalamnya. Tugas saya adalah memimpin sebuah tim dengan baik. Terkadang saya mengalami kesulitan dalam memisahkan mana yang adalah ego saya dan mana yang baik untuk bersama. Saya juga belajar bahwa yang namanya suatu kolaborasi itu memerlukan respek satu sama lain. Saya belajar untuk dengan segala kerendahan hati mendengarkan saran dan komentar dari setiap orang yang terlibat karena saya juga tidak luput dari kesalahan. Tidak mudah untuk saya untuk mengakui hal ini. Kadang di bawah tekanan yang tinggi dan situasi yang menyebabkan stress, saya mengambil keputusan yang tidak baik apalagi dalam jangka panjang. Di saat seperti ini, kejujuran dan masukan dari para rekan sangatlah berharga,” bebernya.

Baca juga: 4 Langkah Menemukan Ide Pokok Paragraf dengan Mudah

Diungkapkannya, writer’s block ternyata menjadi tantangan dalam pekerjaannya. “Saya salah satu orang yang tidak bisa menulis dan merekam ide setiap hari dengan konsisten. Tidak setiap hari ada ide yang muncul. Tetapi, meskipun itu kita semua ada deadline, jadi saya selalu mulai dengan riset untuk mencari inspirasi. Inspirasi tersebut bisa dicari dari museum, buku, dan fotografi. Saya jarang menonton film untuk inspirasi karena saya tidak mau meniru karya direktur lain,” katanya.

Filmmaker ini pun meyakini bidang yang digeluti ini penting dilakukan dan dibagikan kepada masyarakat. ”Film adalah literatur dalam bentuk visual yang mengandung pesan yang bisa membawa kita ke mana saja. Naratif itu lebih dari sekedar moral dan penghiburan. Naratif memiliki kemampuan yang sangat kuat. Saya percaya bahwa dunia bisa menjadi jauh lebih baik jika kita belajar untuk mengerti dan mendengarkan satu sama lain dengan lebih seksama. Kita bisa menciptakan koneksi ke tokoh-tokoh yang ditayangkan dalam film, dan karena itu kita bisa merasa tidak sendiri di dunia ini. Kehadiran naratif tidak bisa ditampik, di dalam sebuah film berdurasi 2 jam, di dalam video musik berdurasi 5 menit, maupun di dalam tayangan iklan selama 30 detik,” terangnya.

Alumni Art Center College of Design Pasadena, CA, USA ini memberikan inspirasinya kepada orang lain yang membaca kisahnya ini. “Banyak orang yang menertawakan dan meragukan pilihan karir saya. Sering sekali saya mendengar pertanyaan seperti ‘Mau kerja apa nantinya?’, ‘Akankah bisa menghasilkan uang pekerjaan ini, banyak sekali saingannya kan?’. Saya berbohong jika saya bilang keraguan orang lain terhadap pilihan saya tidak membuat saya bimbang. Memiliki kepercayaan diri tidaklah mudah di tengah terpaan kegelisahan orang lain. Yang ingin saya katakan, temukanlah satu orang saja yang mau mendengarkan cita-cita dan impianmu. Satu orang yang bisa mendorongmu dan memiliki kepercayaan diri yang luar biasa terhadap kemampuanmu. Saya rasa banyak orang mengasosiasikan kesuksesan dengan berapa banyak uang yang dihasilkan. Menurut saya, selama saya menjalani hidup mengikuti passion saya dan berhasil memiliki dampak positif untuk orang lain, saya rasa itu juga sebuah kesuksesan. Jalanilah hidup bukan untuk membuktikan bahwa orang-orang yang meragukanmu salah, tapi jalanilah hidup untuk membuktikan bahwa orang-orang yang percaya pada kemampuanmu benar,” paparnya.

Untuk pencapaian yang paling membanggakan, film pendek karyanya yang berjudul Alchemist ditayangkan untuk pertama kalinya untuk publik di Silicon Beach Film Festival di ruangan bioskop yang sama di mana ia menonton film James Bond berjudul Skyfall. Ia pun bersyukur dengan keluarga yang suportif dan teman-teman di bidang yang sama. Hobinya berlari pun sering memberinya ide tentang tempo, kapan untuk melambat dan kapan untuk lari cepat karena pada akhir hari kita perlu keseimbangan. “Saya suka membaca biografi orang-orang dan mendengarkan podcast How I Built This tentang entrepreneur, idealis yang memiliki cerita-cerita yang berbeda dan menarik. Untuk mengembalikan mood agar kembali bersemangat bekerja, traveling adalah pilihan nomer 1 saya! Saya juga tidak pernah merasa capek melihat karya seniman lain di luar bidang perfilman, terutama karya seni yang interaktif. Saya mengikuti karir James Turrell dan suka mempelajari hasil karyanya karena saya selalu belajar hal yang baru setiap kali,” jelasnya.

Sinematografer ini membocorkan project dalam waktu dekat dan impiannya ke depan. “Saya sedang menulis naskah film panjang pertama tentang anak lelaki yang tidak bisa mengandalkan memorinya. Untuk impian terbesar ke depan, membikin film panjang di Indonesia,” pungkasnya.

Baca juga: 18 Jenis Konjungsi, Pengertian, dan Contoh Kalimat Terlengkap

Leave A Reply

Your email address will not be published.