Berita Nasional Terpercaya

Begini Rumus Menghitung Penyusutan Harga Sepeda Motor Bekas

0

Bernas.id – Setiap tahun, perusahaan otomotif khusunya roda dua gencar melakukan penyegaran pada produknya atau meluncurkan produk barunya, tak terkecuali di pasar otomotif Indonesia. Hal tersebut tentu membuat banyak orang berkeinginan mengganti motor lama dengan yang baru sehingga motor bekas pun juga kian marak di perjual-belikan saat ini.

Motor bekas memang sudah menjadi salah satu pilihan bagi sebagian konsumen di Tanah Air. Mereka yang memiliki dana terbatas tentu menyasar motor-motor bekas karena harganya yang lebih terjangkau.

Tak heran jika pasar motor bekas begitu menarik perhatian banyak konsumen roda dua. Ketimbang harus membeli yang baru, yang tentunya harus merogoh kocek lebih mahal.

Selain itu, seperti tadi yang sudah dibicarakan, banyaknya keluaran motor barulah yang juga membuat lonjakan motor bekas semakin ramai di pasarkan. Banyak yang bosan dan ingin menjual motor lamanya demi mendapatkan motor yang baru.

Apakah kamu salah satu dari mereka yang bosan dan berniat menjual motor bekas? Jika iya, tentu penting untuk kamu mengetahui terkait harga yang pas motor bekas dan penyusutan harga motor baru menjadi motor bekas supaya kamu tahu persis kapan waktu yang tepat dan pas untuk menjual motor lama kamu.

Baca juga Waspada ! Berikut Komponen Sepeda Motor Bekas yang Rawan “Dikanibali”

Harga yang pas untuk menjual sepeda motor bekas pakai memang sering menjadi ganjalan cukup sulit, tapi pada intinya, yang harus diperhatikan untuk menentukan banderol cuma ada dua poin, tidak kemahalan supaya cepat laku, tapi juga tak terlampau murah supaya tidak rugi.

Seperti dilansir dari KompasOtomotif, berdasarkan keterangan dari para pedagang motor bekas, untuk melihat penyusutan harga motor bekas dilihat dari tahun pembuatan, jenis atau model (laris di pasaran atau tidak), dan kondisi menjadi faktor penentu harga jual kembali.

Untuk patokan, penjual kawakan sepeda motor bekas di Jakarta Timur, Ghozali, menyebut jika untuk tahun pertama, harga sepeda motor pasti turun antara 10-15 persen. Lalu, tahun berikutnya tinggal mengurangi Rp 1 juta lagi.

Contohnya saja, harga Honda BeAt Pop eSP CBS ISS 2015 Rp 14,8 juta. Apabila dijual tahun depan (2016), akan menyusut 10-15 persen atau maksimal Rp 2,2 juta (15 persen), atau menjadi 12,5 juta. Lalu, dijual tahun 2017, dikurangi Rp 1 juta lagi menjadi 11,5 juta, begitu seterusnya.

Rumus itu merupakan patokan depresiasi awal. Patokan selanjutnya adalah kondisi. Secara teori, semakin baik kondisi, pedagang akan semakin jual mahal, misalnya saja jarak tempuh sangat rendah, jarang dipakai, dan sebagainya. Patokan depresiasi awal dapat ditambah sedikit sesuai kehendak. Apabila kondisi sudah tak begitu baik, pembeli biasanya akan menawar dengan harga lebih rendah.

Sebagai patokan terakhir dan cukup sulit, yakni jenis atau model sepeda motor itu sendiri. Apabila ingin menjual sepeda motor yang cukup laris di pasar, patokan depresiasi dapat menggunakan dua teori di atas, tapi apabila menjual sepeda motor yang kurang laku dipasaran, harga dapat tak menentu.

Baca juga 7 Tips Untuk Merawat Helm Kesayanganmu!

”Kalau model dan merek susah laku, teorinya lain lagi. Misalnya rata-rata sepeda motor Suzuki, dijual tahun pertama saja sudah turun lebih dari 30 persen. Atau misalnya model-model CBU seperti Honda PCX atau yang lainnya, depresiasi tahun pertama bisa lebih besar dari 15 persen. Tergantung modelnya dicari apa nggak,” kata Ghozali.

Untuk menghindari penyusutan harga, sebaiknya Anda membeli rumah Jogja murah. Di samping harganya terus naik, Anda juga akan mendapatkan diskon Rp80 juta. Cara ini sangat efektif dibandingkan dana Anda dibelikan aset yang mengalami penyusutan.

Sekarang sudah tahu kan untuk mengukur penyusutan harga sepeda motor. Semoga bermanfaat!

Leave A Reply

Your email address will not be published.