Berita Nasional Terpercaya

Manusia Dapat Tumbuh dan Berkembang karena Belajar

0

Bernas.id – Muhammad Isman mengisahkan waktu masih bekerja di perusahaan konsultan dan penyedia jasa pelatihan (training provider) di tahun 2000-an, ia sangat sering menyimak para trainer atau narasumber mengisahkan kiprah tokoh-tokoh asing dalam perjalanan bisnis ataupun karirnya. Hampir rata-rata tokoh yang dijadikan inspirasi tersebut adalah orang asing seperti Kolonel Sanders (KFC), Thomas Alva Edison, Henry Ford, Honda, dan lainnya.

?Entah bagaimana saya pun gemas, gregetan, dan jadi hal serius yang saya pikirkan siang malam. Di benak saya waktu itu cuma satu, pasti ada orang Indonesia yang perjalanan hidupnya bisa dikisahkan sebagai inspirasi, tak kalah dengan tokoh-tokoh dari luar negeri. Sejak saat itu, saya berusaha menemukan pattern kesuksesan tokoh-tokoh asing yang inspiratif tersebut dan saya menyimpulkan jika mereka memiliki dua kesamaan, yaitu cara berpikir dan cara belajar. Cara berpikir yang unik, extraordinary, mengantarkan mereka menemukan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan mereka,? ungkapnya ke Bernas.

Dikatakannya, Robert Kiyosaki yang pada waktu itu amat terkenal dengan bukunya Rich Dad Poor Dad semakin menguatkan kesimpulannya, yaitu jika cara belajar orang-orang sukses, orang-orang kaya, justru sesuai dengan kebutuhan mereka. Nasib mereka tidak ditentukan oleh bagaimana sistem pendidikan di lingkungannya.

?Justru merekalah yang menentukan dan mengatur sistem belajar yang tepat untuk menunjang kesuksesan mereka sesuai dengan hal yang sedang digeluti. Belajar dari pengalaman, belajar melalui percobaan, belajar dari masalah, dan belajar secara informal justru banyak berperan dalam kesuksesan tokoh-tokoh inspiratif ini. Dan kesimpulan pemikiran inilah yang membuat saya yakin jika TRAINING atau pembelajaran informal lainnya dapat menjadi solusi bagi orang-orang yang ingin meraih kesuksesan sesuai versinya masing-masing. Karena training menawarkan banyak metode, banyak cara, banyak fleksibilitas untuk mempelajari suatu kemampuan yang diyakini sebagai cara untuk menjadi sukses,? paparnya.

Awal tahun 2013, pendiri Indonesian Black-Belt Trainer Association ini pernah diminta sebuah manajemen dari learning center suatu perusahaan atau pusdiklat BUMN untuk sharing mengenai tren apa yang terjadi dalam metode training/ diklat dikaitkan dengan fenomena-fenomena yang ada.

?Di tahun itu, saya memaparkan bahwa gelombang generasi millenial (Gen Y, Gen Z) akan menyerbu pasar tenaga kerja dan perusahaan-perusahaan harus siap dengan pendekatan training atau pembelajaran baru yang lebih sesuai dengan cara-cara belajarnya generasi ini. Dari situ rupanya undangan-undangan untuk melakukan Executive Briefing atau Coffee Morning dengan tema yang sama berdatangan dari berbagai perusahaan/ learning center/ pusdiklat. Sejak saat itu, rutin setiap tahun saya mendapat undangan tersebut atau ketika ada pergantian tampuk manajemen di organisasi learning center atau pusdiklat saya mendapat tugas yang sama,? ucap ceritanya.

Untuk permasalahan yang paling sering dihadapi dalam pekerjaan, praktisi Corporate Training ini menyebut tentang masalah perbedaan mindset mengenai training. ?Sebagai trainer dan pebisnis training, saya seringkali bertemu dengan perusahaan atau klien yang menganggap bahwa training adalah solusi untuk berbagai masalah perusahaan. Ada masalah apa saja, diselesaikannya dengan memakai training. Ada pula yang beranggapan jika training hanyalah kewajiban semata yang diberikan perusahaan pada karyawannya. Padahal tidak demikian, adanya training karena ada masalah di kinerja karyawan. Masalah tersebut harus dianalisis apa penyebabnya. Jika penyebabnya karena kemampuan karyawan kurang maka solusinya adalah training, tapi jika bukan di masalah kemampuan (misal karena sistem, gaji, bobot tugas, dll) maka solusinya bukanlah training. Untuk mengatasi masalah mindset atau pemahaman mengenai training ini, saya rajin memberikan edukasi baik kepada para trainer profesional ataupun kepada perusahaan-perusahaan. Baik itu, saya mengadakan kegiatan edukatif sendiri ataupun saya yang diundang oleh perusahaan-perusahaan, ? bebernya.

Diungkapkannya, untuk tantangan terberat ke depannya adalah masalah SDM di bidang training. Perkembangan dunia training saat ini begitu kompleks, kemampuan SDMnya harus senantiasa di upgrade. Misalnya saja, kemampuan dari trainer-trainer yang berada dalam tim training saya. Jika dulu cukup dengan menyampaikan materi training saja, sekarang harus di-upgrade dengan berbagai metode pembelajaran, ditambah lagi dengan penguasaan teknologi media informasi. Selain trainer, juga manajemen atau penyelenggara training memerlukan upgrade kemampuan apalagi di era digital seperti sekarang ini, di mana cara belajar sudah tidak lagi mengandalkan di dalam kelas. Maka penyelenggara training harus mampu lebih bersahabat dengan berbagai situasi penyelenggaraan training. Mereka harus siap menyelenggarakan training di tempat seperti apapun, atau dengan menggunakan media apapun,? terangnya.

Ketua Trainers Club Indonesia (TCI) Chapter Bandung ini pun meyakini bidang pekerjaannya penting dilakukan dan dibagikan ke masyarakat. ?Sudah diingatkan dan dikatakan berulang-ulang oleh Pemerintah sendiri ataupun oleh tokoh-tokoh masyarakat. Kualitas SDM Indonesia harus meningkat agar mampu berdaya di kancah global. Cara meningkatkan kualitas SDM itu tidak mungkin hanya mengandalkan kegiatan pembelajaran atau pendidikan formal semata. Apalagi sekarang yang namanya pendidikan formal berkualitas begitu mahal. Training adalah pembelajaran informal, bahkan bisa masuk kategori nonformal. Dengan training, kita dapat melatih keluarga, anak, pasangan, sahabat, atau kerabat agar mereka memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Tanpa harus mengandalkan pelajaran di sekolah. Ya, ilmu-ilmu kehidupan, keterampilan-keterampilan hidup, dapat diajarkan kepada orang-orang dekat dengan menggunakan metode training,? jelasnya.

Konsultan ini memberikan inspirasinya kepada orang lain yang membaca kisahnya ini.?Sudah menjadi pemahaman bersama bahwa manusia dapat tumbuh dan berkembang karena belajar. Belajar dan berpikir adalah modal yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat survive mengarungi kehidupan. Kita dapat bicara karena belajar, kita bisa makan, tdur, beraktivitas, dan lain ? lainnya karena kita belajar sesuatu, mempelajari suatu cara. Maka cara yang mulia untuk membantu orang-orang bertumbuh kembang adalah dengan memfasilitasi proses belajar tersebut. Tidak harus menjadi guru, tidak harus menjadi orangtua, dan tidak harus punya sekolah. Memfasilitasi pembelajaran bisa dimulai dengan memahami bagaimana manusia belajar dan bagaimana metode ? metode yang baik atau tepat untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya masing-masing,? tukasnya.

Trainer ini membocorkan project dalam waktu dekat dan impiannya ke depan. ?Untuk project, terkait dengan misi saya agar menjadikan fasilitator pembelajaran bisa dilakukan oleh masyarakat luas, maka saya sedang menyiapkan sebuah gerakan bernama Everyone Can Learn Everything. Insya Allah tahun 2018 sudah launch, saat ini masih digodok bagaimana konsepsinya. Untuk impian, saya sudah merasakan bagaimana berprofesi sebagai trainer, istilah Robert Kiyosaki ada di kuadran II. Lalu, saya pun sudah berada di fase berbisnis training atau istilahnya ada di kuadran III. Next, saya ingin pindah kuadran dengan menjadi investor di bisnis-bisnis training, ada di kuadran IV,? pungkasnya. 

Leave A Reply

Your email address will not be published.