Berita Nasional Terpercaya

Pemikiran Ekonomi yang Sengaja Dihilangkan Dari Sejarah Ekonomi Dunia

0

Bernas.id – ?Ekonomi Islam telah berkembang sejak masa Nabi Muhammad saw, meskipun di masa itu dan selama masa intelektual Islam klasik belum disusun sebagaimana keilmuan modern.?

Adam Smith (1723-1790) dikenal sebagai pelopor ekonomi modern. Karya monumentalnya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations atau lebih dikenal dengan The Wealth of Nations adalah buku pertama yang menggambarkan tentang sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar perdagangan bebas dan kapitalisme.

Gagasan Smith ini sebagai bantahan terhadap sistem ekonomi merkantilisme, sistem ekonomi yang sangat menekankan campur tangan pemerintah dalam memajukan ekonomi (Amalia, 2010). Adam Smith menghendaki kegiatan ekonomi itu dibiarkan bergerak sendiri, dengan hukum dan logikanya sendiri. Pasarlah yang akan mengatur aktivitas ekonomi, menggerakkan dan memekarkan kegiatan ekonomi masyarakat yang pada gilirannya akan mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan yang lebih luas.

Tesis bahwa Adam Smith sebagai pencetus ekonomi modern, tetap dipegang sebagai sebuah kebenaran sejarah ekonomi. Bahkan seorang Josep Schumpeter (1883-1950) mengatakan bahwa sejarah ekonomi modern mengalami Great Gap selama 500 tahun yang di Barat dikenal dengan the dark ages. Pendapat ini dituliskannya dalam History of Economis Analysis. Ia menegaskan bahwa pemikir ekonomi timbul pertama kali di zaman Yunani Kuno pada abad 4 SM dan bangkit kembali pada abad ke-13 M di tangan pemikir skolastik Thomas Aquinas (Amalia, 2010).

Nampak jelas bahwa ada upaya sistematis untuk menutupi peran dunia Islam dalam sejarah panjang sejarah ekonomi di Barat. Apa yang dilakukan Schumpeter merupakan salah satu upaya pengaburan sejarah. Dan mencoba menegaskan bahwa seluruh studi ilmiah hanya kepada cita rasa dan superioritas Eropa (Hoetoro, 2007).

Sekarang ini, munculnya sistem ekonomi Islam di dunia kontemporer dikatakan sistem yang a historis, karena tiba-tiba muncul di tengah kegagalan ekonomi kapitalis. Padahal, menurut kajian Abraham L. Udovitch menemukan bahwa di abad pertengahan, praktik ekonomi Islam telah banyak digunakan di Eropa dengan adanya interaksi perdagangan antar negara.

Dalam tulisan-tulisan pemikir Islam juga dengan jelas digambarkan bagaimana majunya dunia Islam di masa kegelapan Barat, bahkan masa itu adalah masa keemasan dunia Islam. Sebut saja Abu Yusuf (182H/762 M) menulis buku tentang perpajakan (Kitab al-Kharraj). Yahya ibn Adam (203H/774M), Abu Ubaid ibn Salam (224H/805M), Nizam al-Mulk (408H/1017 M), Al-Gazali (450H/1058M), Al-Turthusi (450H/1058M), Ibn Thufayl (493H/1100M), Ibn Taymiah (661H/1263M), Al-Maqrizi (767H/1364M), Al-Syatibi (790/1390), dan Ibn Khaldun (844H/1404M).

Walaupun demikian, tidak semua penulis Barat menghilangkan Islam dalam karya mereka. Sebut saja Roman A. Ohrenstein dan Barry Gordon yang menegaskan sumbangan berbagai peradaban dunia dalam membangun sejarah ekonomi modern (Hoetoro, 2007). Dimana berbunyi:

?Ilmu ekonomi modern, sebagaimana yang diketahui hari ini, mulai terbentuk di Eropa selama abad ke-18. Akan tetapi, analisis ekonomi sesungguhnya mempunyai hubungan kekerabatan yang lebih panjang. Analisis tersebut dapat ditemukan di dalam tulisan-tulisan para filsuf Yunani kuno, ilmuwan muslim, sarjana abad pertengahan, dan orang-orang Merkantilis abad ke-16-17. Literatur China kuno, dan literatur India, juga memberikan contoh?.

Uraian di atas, sepantasnya menjadi bahan renungan dan spirit bagi pemikir ekonomi Islam kontemporer untuk senantiasa merekonstruksi jalan panjang pemikiran ekonomi Islam sebagai solusi permasalahan umat manusia dewasa ini. Maka selain dapat dipahami tentang pengilmuan Islam dalam berbagai disiplin ilmu. Maka dapat dipahami pula bahwa Islam memiliki sistem ekonomi yang menjadi solusi ekonomi hari ini.

Leave A Reply

Your email address will not be published.