Berita Nasional Terpercaya

Ternyata Pendidikan Kita Makin Positif, Begini Penjelasannya

0

Bernas.id – Optimisme terhadap pendidikan di Indonesia harus kita tancapkan dalam diri kita. Kalau bukan kita yang bangga terhadap pendidikan di tanah air ini mau siapa lagi? Dari tahun ke tahun riset tentang pendidikan terus digalakkan untuk mendapatkan yang terbaik. Banyak yang mencemooh tentang ketidakpastian kurikulum kita. Sebentar-sebentar ganti kebijakan, itu yang dirasakan masyarakat dalam waktu satu dekade ini.

Perlu Anda ketahui, bahwa pergantian kebijakan yang kita alami saat ini justru menandakan arah pendidikan kita yang semakin dinamis mengiringi perkembangan zaman. Prof. Arif Rahman Hakim saat memberikan seminar parenting di salah satu sekolah swasta terkemuka di Yogyakarta beberapa waktu lalu mengatakan bahwa idealnya kurikulum itu berganti paling lama 5 tahun sekali. Beliau yang waktu itu menjadi penasehat menteri pendidikan saat masih dijabat Bapak Muhammad Nuh menyampaikan bahwa beliau dan tim selalu mendesak kementerian untuk memperbaiki kurikulum secepatnya. Gayung bersambut maka lahirlah Kurikulum 2013. Tentu lahirnya kurikulum tersebut melalui riset yang sangat panjang dengan melibatkan banyak tim.

Masih dalam acara yang sama saat dibuka sesi tanya jawab, Prof. Arif mendapatkan pertanyaan tentang pendidikan kita yang masih carut marut dengan segala permasalahannya. Beliau dengan tenang balik bertanya ?Apakah ibu optimis bahwa pendidikan kita akan maju?? Prof. Arif mengulang-ulang pertanyaan tersebut. Kemudian beliau menjelaskan bahwa tugas kita sebagai masyarakat adalah mendukung program pemerintah, apabila merasa ada yang salah benarkan mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal yang kecil dan mulai sesegera mungkin. Beliau mencontohkan dengan cara membenarkan cara menata sandal, budaya antri, memperbaiki pola asuh, dan hal-hal kecil lainnya. Mungkin bukan pendidikan kita yang salah, tetapi pola asuh orang tua yang keliru.

Positifkah perkembangan pendidikan kita? Pasti ada yang menjawab 'iya'. Apakah ada bukti? Ada, contohnya adalah dalam proses penilaian tidak hanya kemampuan kognitif yang menjadi bahan penilaian tetapi sikap dan keterampilan juga dinilai. Sebaik apapun nilai matematika tetapi tidak mempunyai perilaku yang baik maka anak tersebut bisa tidak naik kelas. Bagaimana sikap dan karakter sangat diperhitungkan di kurikulum ini. Mungkin kita belum bisa melihat dampaknya dalam waktu dekat, tetapi kita akan sangat merasakan 20-30 tahun mendatang. Bukankah banyak pejabat korupsi adalah hasil pendidikan 30 tahun yang lalu? Produk pendidikan yang hanya mengedepankan kemampuan berpikir tanpa diimbangi penguatan sikap dan karakter.

Bukti berikutnya adalah adanya penekanan budaya literasi di sekolah. Tidak hanya sekedar himbauan namun sekolah berkewajiban memasukkan literasi dalam jadwal pelajaran. Sebelum pelajaran dimulai anak-anak diwajibkan membaca buku dan itu dilakukan setiap hari. Anak-anak boleh membaca apapun yang anak senangi. Program ini sangat tepat untuk menerapi lingkungan akademis yang buta buku. Bukti nyata kepedulian pemerintah untuk mengentaskan miskinnya referensi anak-anak Indonesia.

Program literasi dan program-program yang tidak bisa disebutkan satu-satu akan membuat anak latah. Latah dalam hal positif. Bayangkan saja, saat pojok-pojok sekolah diisi anak yang sedang asyik membaca buku layaknya mereka sedang asyik bermain game. Hal tersebut sudah terjadi di beberapa tempat, sedangkan tempat lain tinggal menunggu waktunya saja.

Mulai sekarang mulailah kita bangga terhadap pendidikan di Negeri ini dan berhenti mengeluh. Mulai perbaiki pola asuh, mulai dari diri kita, orang-orang terdekat kita, dan mulai dari sekarang.

Leave A Reply

Your email address will not be published.