Berita Nasional Terpercaya

Buat Kamu yang Anak Tunggal! Masih Percaya Mitos Menurut Orang Jawa Ini?

0

Bernas.id – Anak tunggal biasanya identik dengan karakter yang manja. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa anak tunggal merupakan anak yang selalu serba dituruti kemauannya. Image yang demikian menjadikan anak tunggal terkadang menjadi perhatian khusus di lingkungan masyarakat. Namun faktanya, tidak semua anak tunggal memiliki karakter demikian.

Terlepas dari image anak tunggal yang demikian, dalam masyarakat status anak tunggal memang menyita perhatian khusus. Seperti halnya masyarakat Jawa yang kaya akan tradisi, adat dan budaya memiliki pandangan tersendiri terhadap anak tunggal. Masyarakat Jawa menyebut anak tunggal sebagai ontang-anting, sebenarnya ada sebutan tersendiri untuk anak tunggal laki-laki yaitu ontang-anting dan anak tunggal perempuan yaitu unting-unting. Namun, karena masyarakat terkadang suka memakai istilah yang salah, tetapi kaprah, akhirnya istilah yang kaprah itulah yang biasa disebutkan. Sehingga, kebanyakan masyarakat menyebut anak tunggal atau semata wayang dengan sebutan ontang-anting.

Ruwatan anak Ontang-anting

Dalam tradisi masyarakat Jawa penganut sinkretis yang masih kental akan tradisi mengenal istilah ruwatan. Ruwatan merupakan upacara adat untuk menghindarkan dari mara bahaya dan membebaskan diri dari Bethara Kala. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk melakukan ruwatan. Hanya orang yang dilahirkan dalam kondisi tertentu atau secara teknik perhitungan Jawa akan menderita. Orang yang demikian dinamakan sukerta. Orang yang menyandang status sebagai sukerta dalam tradisi Jawa harus diruwat.

Seperti upacara adat lainnya, upacara ruwatan anak ontang-anting ini juga memiliki sederet rangkaian dan persiapan perlengkapan ubarampe. Hampir serupa dengan upacara ruwatan anak yang memiliki rambut gimbal. Meskipun sama-sama berada dalam lingkungan Jawa, tetapi upacara ruwatan anak ontang-anting ini tidak memiliki pakem yang sama, setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dan berbeda dari daerah lainnya.

Upacara anak ontang-anting ini tidak ada pakem khusus ketika anak menginjak usia berapa. Ada yang dilaksanakan secara besar-besaran, atau hanya selamatan kecil-kecilan saja. Bahkan, ada yang dilakukan sebelum menikah. Salah satu hal yang unik yang menjadi sorotan adalah ketika upacara ruwatan ini berlangsung, anak yang diruwat harus rela membuang barang-barang kesukaannya. Barang-barang kesayangannya akan dilarung atau dibuang ke sungai, sebagai pertanda membuang segala kesialan dan menjauhkan dari mara bahaya. Namun sebagai timbal balik dari hal tersebut, orang tua harus menuruti permintaan anak yang diruwat.

Terlepas dari hal adat tersebut, semakin berkembangnya zaman, adat pun semakin ikut berubah dan berkembang. Bagi sebagian orang ada yang tidak percaya terhadap mitos bahwa anak semata wayang atau ontang-anting harus diruwat karena secara kelahiran merupakan anak sukerta.

Namun, adat yang dibuat tentunya tidak ada yang tidak memilki makna dan tujuan. Tentunya, upacara adat yang dilakukan oleh manusia memiliki tujuan sebagai rasa syukur terhadap Tuhan. Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang memiliki banyak simbolis atau makna dalam setiap halnya. Simbolis yang direpresentasikan dalam sebuah benda atau kegiatan memiliki tujuan untuk keseimbangan hidup antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan Tuhan. Kelestarian adat dan budaya yang diciptakan oleh leluhurnya merupakan tugas generasi selanjutnya. Bagaimana pendapat Anda?

Leave A Reply

Your email address will not be published.