Remaja di Pusaran Pornografi
Bernas.id – Masa remaja adalah masa seorang anak mulai tumbuh dan berkembang dari anak-anak menuju dewasa. Atau biasa dikenal dengan masa pancaroba. Pada fase ini seorang remaja mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap apa yang belum diketahuinya. Rasa penasaran itulah yang mendorong remaja mencari tahu melalui media yang tidak bertanggung jawab.
Pornografi, kata itulah yang masih menjadi musuh utama dalam tumbuh kembang anak. Bagaimana tidak? Dampak yang luar biasa buruknya bagi remaja bila sudah terpapar pornografi. Seperti merusak otak yang seharusnya digunakan pada saat dia dewasa seperti kepemimpinan, tanggung jawab, kreatifitas dan lain-lain.
Remaja zaman sekarang merupakan remaja yang kesehariannya selalu bersentuhan dengan gawai. Dengan gawai yang dimilikinya, remaja dapat berselancar mencari apa yang diinginkan termasuk pornografi. Baik berupa gambar, komik, cerita bahkan film porno. Semuanya itu dapat dengan mudahnya diakses oleh remaja.
Selain remaja terpapar pornografi melalui gawainya, tanpa disadari oleh orang tua, televisi yang ada di rumah juga menjadi salah satu andil seorang anak dan remaja terpapar pornografi. Tentu saja, hampir setiap hari anak dan remaja disuguhkan dengan tanyangan yang mengarah pornografi, seperti iklan yang menampilkan tubuh setengah terbuka, adegan demi adegan dalam sinetron yang menampilkan pacaran, bahkan ada yang lolos sensor tentang film-film dari luar yang menampilkan pakaian seronok dan perilaku ke arah pornografi.
Sepertinya setiap hari remaja dipaparkan aksi pornografi dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Seperti berada dalam pusaran pornografi yang sulit keluar. Lalu, mengapa itu bisa terjadi? Hal ini tidak terlepas dari peran orang tua, ayah dan ibu. Ingat ya, ayah dan ibu! Bukan hanya ibu saja atau ayah saja.
Orang tua sejatinya mempunyai kewajiban dalam menjaga putera puterinya dari paparan pornografi. Bukankah dalam agama Islam sudah disampaikan dalam Al-Quran Surat At-Tahrim (66) ayat 6, ?Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.?
Sudah sangat jelas, bahwa orang tua wajib melindungi dan menjaga anak-anaknya dari api neraka. Tetapi kadang orang tua tidak menyadarinya bahwa apa yang mereka berikan kepada putera-puterinya sebagai fasilitas justru dapat menjerumuskannya ke dalam pusaran pornografi. Seperti memberikan gawai atau yang dikenal dengan HP pintar. Bahkan internetnya juga difasilitasi dengan bebasnya, seperti adanya wifi di rumah, bahan kuota internet yang tidak pernah putus.
Ada pegalaman dari kisah seorang remaja yang menjadi korban pornografi. Sebenarnya anak tersebut adalah anak yang baik, lugu, berasal dari keluarga berpendidikan dan taat agama. Berawal dari kegemarannya membaca komik sejak kecil sampai remaja. Ibunya selalu memberikan komik kesayangan anaknya. Tetapi pada suatu saat dalam komik tersebut terpapar gambar pornografi. Spontan remaja polos tersebut kaget dan gambar tersebut selalu dalam ingatannya.
Tidak hanya berhenti sampai di sini. Setelah teringat terus gambar yang ada dalam komik, remaja ini mulai penasaran dengan yang ada di telepon pintarnya. Maka mulailah dia berselancar mencari gambar-gambar yang tidak pantas. Bahkan video porno dia lahap juga. Seperti berada dalam pusaran, remaja ini tidak terlepas dari kegiatan yang sesungguhnya dapat menghancurkan masa depannya.
Apakah orang tuanya tahu hal yang menimpa anaknya? Jawabnya: 'tidak'. Orang tuanya tidak tahu bahkan terus memberikan kuota internet kepada anaknya. Karena mereka pikir internetnya itu untuk belajar mencari pengetahuan. Tapi tidak ada pengawasan dari orang tuanya. Orang tuanya baru mengetahuinya dari guru di sekolahnya. Guru di sekolahnya memperhatikan perkembangan remaja ini. Apa yang terjadi? remaja ini terlihat berbeda dari remaja yang lain. Seperti lesu, tidak punya semangat belajar, minder, tidak mau bergaul dengan teman-teman lainnya. Bahkan dia membenci dirinya sendiri. Mengapa membenci diri sendiri? Karena sudah merasa dirinya 'kotor', 'berlumur dosa'.
Permasalahan remaja tersebut belum selesai. Dia sebenarnya mempunyai keinginan untuk keluar dari kecanduan pornografi. Tapi usaha yang ia lakukan belum juga berhasil, karena rasa itu masih saja bersemayam dalam pikirannya. Sampai pada akhirnya remaja tersebut mengalami depresi. Karena di satu sisi dia ingin sembuh tapi di sisi lain dia belum bisa lepas dari pornografi. Sungguh memprihatinkan.
Di sinilah peran orang tua, guru, masyarakat dan lingkungan agar jangan ada lagi korban akibat porngrafi. Terutama orang tua. Berikanlah pengawasan yang maksimal kepada anak-anak. Apalagi bila anak-anak sudah beranjak remaja. Masa remaja adalah masa yang rawan, anak mulai mencari jati diri. Jangan samai anak-anak salah melangkah dalam mencari jati dirinya.
Bila ingin memberikan komik kepada anak, selektiflah! Sebelum anaknya membaca, sebaiknya orang tua harus membuka dan membacanya terlebih dahulu, sehingga dapat dihindarkan bila ditemukan gambar-gambar yang tidak pantas.
Penggunaan telepon pintar atau gawai dan internet sebaiknya dengan pengawasan. Jangan dilepas begitu saja! Internet memang penting tapi lebih penting lagi perhatian dan pengawasan dari orang tua dengan mendampingi remaja dalam berselancar di dunia maya.
Ajaklah anak remaja berdiskusi tentang seks! Katakan kepada anak dan remaja, ?Nak, tanyalah kepada ayah ibu apa yang ingin kau ketahui tentang seks.? Lebih baik anak mendapatkan penjelasan yang baik dari orang tua daripada melalui media yang menyesatkan.
Lakukanlah kegiatan keagamaan bersama! Misal, ayah mengajak anak laki-lakinya untuk shalat berjamaah di masjid. Dengan demikian anak mempunyai kegiatan positif dan dekat dengan ayahnya dan tentunya dengan Allah.
Semoga generasi muda Indonesia dapat terhindar dari pusaran pornografi yang menyesatkan. Aamiin.