Berita Nasional Terpercaya

Tulus Menjalani Kehidupan, Cinta Itu adalah Mutlak

0

Bernas.id – Wibie Maharddhika Suryometaram menceritakan awal karir profesinya terbentuk dari seorang penyiar radio Geronimo FM saat mahasiswa. Selain itu, juga pernah sebagai MC dan penyiar televisi di TVRI Yogyakarta dan JOGJA TV. Pernah pula sebagai Public Relations & Marketing Jogja Expo Center.

?Kecenderungan saya sebagai pemerhati dan pelaku budaya memosisikan saya saat ini sebagai presenter budaya. Saat ini saya adalah Public Realtions untuk Yayasan Langkah Hati Indonesia yang beralamatkan di Pendopo Seni dan Budaya Lombok Abang, Jl Bekelan 65, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, DIY. Yayasan ini berawal dari komunitas Sahabat Manembah yang peduli dengan penggalian dan pengembangan seni budaya. Utamanya, memperjuangkan revolusi hati dengan upaya menjalankan petunjuk-petunjuk TUHAN YME melalui nurani serta melaksanakan syariat agama dan menjunjung tinggi kebudayaan serta kearifan tradisi. Saat ini, saya juga penyiar radio TRIJAYA FM Jogja untuk program khusus budaya bertajuk BEDAH JAWA. Selain itu, kegiatan saya lain adalah sebagai Juru Kunci Makam Eyang Buyut saya, yakni Pesarean Kyai Ageng Prawiro Purbo (Ndoro Purbo) Karang Kebolotan Kusumanegara Yogyakarta,? ungkapnya ke Bernas Selasa (28/11).

Diungkapkannya titik balik kehidupannya yang terjadi saat bertepatan dengan HUTnya yang ke-21 tahun. ?Saat itu saya sedang galau dan hampir menjadi muslim radikal yang meninggalkan segala bentuk hiburan. Saat mahasiswa, saya juga vocalis band EXCIDAZ dan penari Kraton. Dikarenakan baru belajar agama awal, saya sempat bingung antara kecintaan saya untuk mencari ALLAH, tapi juga tak bisa meninggalkan talenta sebagai seorang seniman. Di saat itulah saya bertemu dengan Guru saya, GUS MIEK (KH Chamim Jazuli), seorang Waliyullah masyhur perintis Majelis Semaan AL-QURAN Jantiko Mantab dan juga Purbojati Kraton Ngayogyakarta. Tiba-tiba saja beliau menatap tajam lembut membuka pembicaraan dan bertanya kepada saya,?Sudah lama berkecimpung dalam bidang seni??. Saya jawab,?Sampun Gus?. Dan beliau langsung menimpali,?Teruskan?. Itu adalah kado indah terunik dalam hidup saya yang menjadi titik balik proses hingga saat ini. Saya meyakini bahwa sebagai seniman dan presenter budaya adalah jalan dan dawuh TUHAN bagi saya dalam rangka keakraban kebahagiaan beribadah kepada-Nya,? bebernya.

Untuk sosok yang berperan atas pencapaiannya saat ini, peraih penghargaan Kebudayaan dari Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X tahun 2008 ini menyebut yang pertama adalah orang tuanya, yang sejak kecil mengenalkan kepada saya akan agama dan budaya. ?Saya dikursuskan ngaji privat di rumah sejak kecil dan diarahkan untuk mempelajari Tari Jawa di sanggar Kridha Beksa Utama sejak SD hingga SMP di Bandung. Saat SMA dan Mahasiswa di Yogyakarta saya bergabung di Kridha Mardawa Kraton Ngayogyakarta dan Yayasan Siswa Among Beksa. Peran orangtua saya (KRT. Purbowijoyo dan Almarhumah Ibu Naniek Sriyani) terutama dalam menanamkan nilai-nilai religiusitas dan kearifan tradisi budaya Jawa menjadi akar pribadi saya saat ini. Demikian juga para leluhur, ulama dan kyai,? jelasnya.

Untuk pengalaman unik dipekerjaan, Sarjana Filsafat UGM menceritakan kejadian istimewa. ?Saat saya sebagai penyiar radio, pernah ada seseorang perempuan muda yang sakit parah dan divonis dokter berumur pendek hanya 3 bulan. Ketika dia tidur, dia bermimpi ada seseorang memotivasi dirinya dengan kalimat-kalimat penyemangat hidup yang membuatnya bangkit. Esoknya tak sengaja dia mendengarkan Radio Geronimo FM dan mendengarkan suara saya yang kata-katanya persis di mimpinya. Dia pun berusaha menemui saya dan terkejut saat bertemu memang sayalah orangnya. Bagi saya ini adalah cara TUHAN Menampakkan KebesaranNYA. Bahwa kekuatan ALLAH Mengatasi segalanya dan tiada kekuatan serta daya upaya kecuali dengan pertolongan-NYA. Alhamdulillah perempuan itu mampu bertahan hidup beberapa tahun berikutnya,? paparnya.

Dikarenakan pekerjaannya sebagai penyiar lagu-lagu cinta, pemuja cinta, berjalan atas dasar cinta dan berharap atas cinta Allah, ia menyadari bahwa ujian terberatnya ketika mengalami kegagalan pernikahan. ?Saya sadari itu adalah sepenuhnya kesalahan serta tanggung jawab saya yang terus belajar memaknai cinta ke hadirat ALLAH SWT. Saya telah mengalami masa pahit, tapi saya menjalaninya tetap dengan hati yang penuh syukur sebagai lelakon atau takdir dari Tuhan YME untuk mensucikan, memperbaiki, dan menyelamatkan saya serta orang-orang yang pernah terlibat dalam hidup saya. Saya tidak menyesalinya dan justru masa lalu itu telah menjadi bekal sangat berharga bagi kehidupan saat ini dan ke depan nanti. Alhamdulillah, tanpa masa lalu yang penuh hikmah itu, saya tidak akan menemukan ilmu tentang ketenangan jiwa saat ini. Itu semua yang menghantarkan saya untuk menekuni LAMPAH MANEMBAH KANTHI JIWA MUTHMAINNAH bersama para Guru Kehidupan yang saya jumpai,? urainya.

Untuk tantangan ke depannya, pria kelahiran Yogyakarta ini memiliki visi besar tentang kehidupan. ?Saya sejak bulan Syawal lalu menambahkan nama Eyang Canggah saya, yakni SURYOMETARAM (Putra SULTAN HAMENGKU BUWONO VI). Niat saya adalah untuk mensyukuri sekaligus senantiasa menginspirasi diri dengan nilai-nilai luhur MATARAM yang penuh cahaya rahmat bagi semesta. Ibarat Lampah Jemparingan/Manah, maka tantangan saya saat ini adalah untuk semakin fokus. Sesuai falsafah ?Pamenthang ing Gandewa, Pamantheng ing Jiwa? dan ?Sawiji, Greged, Sengguh, Ora Mingkuh?, bersama Sahabat Manembah di Yayasan Langkah Hati Indonesia bergerak dalam ranah pengembangan SDM dan seni budaya melalui metode mendengarkan DHAWUH ILAHI dalam nurani suci,? jelasnya.

Diungkapkan, mottonya sejak sebagai penyiar muda hingga kini adalah ?Alhamdulillah? karena hidup ini dengan segala peristiwanya adalah karunia dari Allah yang tak terhitung. Hidup adalah untuk memuji kekasih hati. Hanya dengan cinta, kita bisa manunggaling kawula kelawan GUSTI kanthi Asma-Nya, memahami sangkan paraning dumadi dan mampu hamemayu hayuning bawana. Menginisiasi karya JOGED SHOLAWAT MATARAM di tahun 2012 dan AMBEG SHOLAWAT BAWONO di tahun 2017 menjadi pencapaian yang membanggakan baginya. Acara itu merupakan perpaduan antara Beksan Klasik Ngayogyakarta, Gamelan, Hadroh dan lirik Sholawat. Penyiar radio ini pun meyakini bahwa apa yang dikerjakannya ini penting dilakukan dan dibagikan kepada masyarakat. ?Karena ini adalah gerakan memaknai kembali arti NING-RAT. Yakni, kualitas jiwa setiap pribadi untuk kembali hening mencapai makrifat. Tetap bening merakyat, serta guna Hangayati Wening Hamemayu Rat. Melalui laku NING-RAT, masyarakat dapat terhindar dari tiga penyakit manusia modern, yakni Rasionalistis, Individualistis, dan Materialistis,? katanya.

Pengagum sosok Kanjeng Nabi Muhammad SAW ini mengakui bahwa lingkungan memengaruhinya hingga menjadi seperti sekarang ini. ?Bagi saya, terutama adalah jiwa suci para leluhur dan keluarga serta para Ulama dan Guru Mursyid yang sangat memengaruhi pola pikir dan karakter kepribadian saya. Hingga saya merasa nyaman dan yakin di segala perubahan dunia. Di antaranya adalah Majelis Sema?an Al-Quran GUS MIEK Moloekatan bersama Gus Robert Miek, Pengajian Al-Furqon bersama Gus Salam, Padepokan Suryo?alam bersama Gus Sopandriyo dan Sahabat Manembah bersama Gus Setiawan Budhiarto. Ada komunitas keluarga RUMAH SEMESTA bersama Guru I Wayan Mustika,? ucapnya.

Ayah dari Ken Aishya (6 tahun) ini memberikan inspirasi dan sarannya kepada orang yang membaca kisahnya ini. ?Bahwa tulus menjalani kehidupan cinta itu adalah mutlak dan pasti membawa kepada ilmu, hikmah dan kebahagiaan besar berupa kedamaian jiwa bersama Sang Maha Cinta. Untuk saran, kesuksesan adalah jiwa yang tenang berjumpa dengan Tuhan serta nyaman di segala situasi dan kondisi. Saya mengajak diri saya pribadi dan sesama dari berbagai jalan agama dan keyakinan untuk bersegera lebih MANEMBAH agar semakin akrab berkomunikasi dengan-Nya melalui nurani. Perintah-Nya yang haqq dari hati akan menuntun setiap langkah selalu damai sukacita di segala bidang,? tukasnya.

Pelaku dan pemerhati budaya ini membocorkan rencana dalam waktu dekat dan impiannya ke depan.? Untuk project, bersama Yayasan Langkah Hati Indonesia merancang ASMAFEST (Amazing Sufi Mataram Art Festival), sebuah Kemah Budaya Manembah dan Pagelaran Seni Spiritual Mataram Nusantara. Soft Launching bersama perusahaan Austria, OROUNDO INTERNATIONAL, yakni mengisi suara pada aplikasi Digital Tourism Guide untuk Candi Borobudur untuk pertama kali dalam sejarah. Insya Allah, juga akan memandu acara BE LOVE (Beatles Lovers) di Radio 97.00 TRIJAYA FM JOGJA. Impian terbesar saya adalah memugar Makam Eyang Buyut saya, yakni Pesarean Kyai Ageng Prawiro Purbo (Ndoro Purbo) Karang Kebolotan Kusumanegara Yogyakarta, serta mengelola Padepokan Budaya Manembah Mataram sebagai jalan mengangkat ajaran makrifat leluhur tanah Jawa. Demi impian impian besar itu, saya insya ALLAH akan menikah lagi sebelumnya tentunya, hahaha,? pungkasnya. 

Leave A Reply

Your email address will not be published.