Berita Nasional Terpercaya

Properti di Jakarta Masih Dianggap Menarik Bagi Investor Asing

0

JAKARTA, Bernas.id – Ibu kota Jakarta masih dianggap tempat yang menarik untuk berinvestasi bagi sebagian investor asing. Untuk itu, banyak investor yang masih ingin mengembangkan usaha bisnis properti di DKI Jakarta.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia mencatat realisasi investasi domestik dan asing di sektor properti hingga kuartal IIII/2017 tumbuh 133% dibandingkan dengan dari Rp9,2 triliun menjadi Rp21,5 triliun secara tahunan.

Menurut Edy Junaedi, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi DKI Jakarta, sektor perumahan kawasan Industri dan perkantoran, utamanya menjadi sektor yang paling diminati pemodal asing senilai Rp14,8 triliun dibandingkan dengan sektor lainnya seperti perdagangan dan reparasi senilai Rp8,6 triliun, disusul transportasi, gudang dan telekomunikasi dengan nilai investasi Rp.5,2 triliun, serta hotel dan Restoran senilai Rp1,3 triliun.

Lebih lanjut Edy menuturkan, bagi penanaman modal dalam negeri, Perumahan, kawasan Industri dan Perkantoran di DKI Jakarta juga tumbuh sebagai sektor yang paling diminati dengan realisasi investasi Rp6,7 triliun setelah transportasi, gudang dan Telekomunikasi senilai Rp.10,8 Triliun dan Pertambangan senilai Rp8,3 triliun. Realisasi ini juga telah melebihi target Key Performance Indicators (KPI) pada 2017.

?Jika dilihat, secara keseluruhan tahun ini kami hanya menargetkan Rp55 triliun di semua sektor, akan tetapi sektor properti sendiri sudah tumbuh melampaui perkiraan. Iklim usaha yang nampak mulai kondusif telah menjadikan Ibukota daya tarik bagi investor,? terangnya, seperti dilansir Bisnis.com, Senin (11/12/2017).

Menurutnya komitmen pemprov dalam inovasi layanan guna meningkatkan kemudahan berusaha di Jakarta, percepatan realisasi dan kepastian perizinan investasi bagi para pelaku usaha harus terus dijaga untuk mendorong pencapaian realisasi investasi di Jakarta dan juga peringkat Ease of Doing Business (EODB).

Co-Director Asia Competitiveness Institute (ACI) Tan Kong Yam yang melakukan survei Ease of Doing Business (EoDB) menjelaskan, investor saat ini sedang mengamati sikap pemerintah provinsi dalam mempermudah investasi. Bagi investor, reformasi peraturan saja tidak cukup. Untuk memutuskan tujuan investasi, mereka juga mempertimbangkan kondisi infrastruktur dan tenaga kerja, potensi pasar serta efektivitas biaya.

Sehingga ibu kota sebaiknya mampu belajar dari provinsi lain seperti Jawa Timur (Jatim) berada di peringkat pertama indeks Kemudahan Berbisnis di Indonesia.

Adapun tahun ini sejumlah pengembang asing utamanya dari China dan Jepang memang mulai banyak menancapkan kukunya ke tanah air. Perlambatan ekonomi yang dirasakan secara nasional nyatanya juga memang tak membuat gentar pengembang Jepang untuk banyak berinvestasi di kawasan Tangerang Selatan. Selain Tokyu Land dan Itochu, Mitsubishi corporation juga mengincar segmen kelas atas di sana.

Potensi bisnis properti di Indonesia tak sekedar mengenai potensi 1tahun-3 tahun mendatang. Tapi secara menyeluruh 5 tahun-10 tahun.

Perusahaan, kata dia, bahkan U$S 100 juta untuk pengembangan bisnis properti di Indonesia. Jumlah ini merupakan proporsi 50%dari total investasi di Asia Tenggara yang jauh lebih besar daripada investasi mereka di Vietnam, Thailand, Myanmar atau Filipina.

?Kalangan atas di Selatan jakarta sangat banyak. Mereka tidak sensitif terhadap angka dan harga. Jadi, kendati kelas atas masih wait and see, namun ketika ditawari produk yang berkualitas dengan harga tepat akan tetap dapat terserap baik,? tutupnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.