Berita Nasional Terpercaya

Menjadi Karyawan Yang Baik atau Wirausahawan yang Sukses?

0

Bernas.id – ?Tidak ada dikotomi Karyawan dan Wirausahawan, Karena Keduanya Menawarkan Potensi Kebaikan?

Kalau ngintip judul di atas ternyata pilihan hidup yang sifatnya primer itu cuma satu yaitu sukses. Adapun pilihan profesi itu adalah pilihan sekunder. Kita bisa jadi apa pun tapi dengan satu syarat, lakukan all out sampai sukses. Tools yang Allah SWT berikan kepada kita sejak kita lahir adalah tools yang menunjang kita untuk sukses.

Saat kita berusaha optimal dan memberikan yang terbaik untuk segala ikhtiar kita, kemudian apa yang kita upayakan tidak sesuai dengan harapan kita. Lalu apakah itu yang namanya kegagalan? Kalau kita mampu menyikapi hasil jerih payah itu yang tidak sesuai dengan harapan dengan rasa sabar dan mengambil pelajaran darinya bukankah itu berarti kita sudah mengoptimalkan perangkat sabar kita sesuai dengan aturan Allah SWT? Bukankah kita sudah sukses menjalankan tools yang Allah SWT berikan?

Nah, sebaliknya saat-saat kita diberikan kemudahan mendapatkan apa yang kita inginkan segala jerih payah kita berujung pada terkabulnya segala keinginan, lalu apakah kita langsung menamakannya sukses? Sementara dengan hasil itu kita jadi merasa sombong terus meremehkan yang lain dan seolah-olah hanya keringatnyalah yang andil dalam segala pencapaian. Apa yang kita dapatkan itu juga tidak memberikan kebaikan buat orang lain. Lalu masihkah kita mau mengklaim juga bahwa itu sukses?

Kalau semua orang menjadi nomor 1 dan mengukur sukses itu dipuncak tentulah hanya Sir Edmund Hillary yang sukses, padahal di balik itu ada seorang Sherpa, pemandu pendaki gunung yang mendukung dan membawakan perbekalan. Tenjing Norgay Sherpa yang luar biasa yang mempersilakan Edmund Hillary melangkahkan kakinya terlebih dahulu ke puncak Everest. Sehingga sejarah yang mencatat Edmund Hillary lah orang pertama penakluk Mount Everest.

Di balik sukses kita, ada kebaikan yang harus kita sebarkan, ada upaya orang lain yang ikut andil mendorong kita, ada perasaan yang lain yang terkorbankan, ada orang lain yang ?dikalahkan?, dan ada hal-hal lain yang luput dari pikiran kita. Di balik kegagalan kita pun, ada pelajaran yang bisa kita ambil, ada orang lain yang menikmati suksesnya, ada lahan sabar dan belajar yang dibentangkan ada kesempatan beribadah lewat ikhtiar lagi untuk kembali berjuang. Istilah yang Allah berikan adalah ?mastatho?tum?, berjuang sampai titik penghabisan, berikhtiar sampai Allah SWT  yang menghentikan kita.

Kalau sukses adalah bermakna respon yang positif terhadap segala kejadian yang kita alami, makanya potensi kesuksesan ada di mana-dimana. Sekali lagi tidak ada dikotomi antara karyawan dan pengusaha. Kesuksesan bisa diraih di mana saja, walau untuk jadi pengusaha ada nilai tambah yang bisa kita ambil. Kesuksesan  yang bisa diraih saat kita mandiri sangat unlimited, hasilnya bisa diwariskan ke penerus kita, bisa berkesempatan menjadi jalan rezeki buat orang lain, memiliki kebebasan waktu yang bisa kita kelola sendiri dan lahan belajar untuk tawakal terbuka lebih kuas serta iklim memperbaiki diri lebih besar karena diam berarti mati.

Wiraswasta atau bekerja bukanlah profesi tapi sekali adalah sebuah sikap mental. Kalaupun mau banting stir dari pegawai menjadi pengusaha, buktikan dulu kita adalah pegawai yang baik, karena sikap mental itu akan terbawa-bawa. Pengusaha yang sukses tentunya berasal dari karwayan yang sukses juga. Saat kita malam-malasan diatur oleh orang lain, apa kabar jiwa kita jika kita yang mengatur diri sendiri. Tentu akan lebih sulit.

Selamat menjemput sukses di ladang masing-masing, mulailah melangkah untuk menjadi wirausahawan dimulai dari memperbaiki sikap mental sehingga yang lainnya yang bersifat teknis akan mengikuti kemudian.

Leave A Reply

Your email address will not be published.