Berita Nasional Terpercaya

Rimpu, Wujud Keindahan Maruah Muslimah yang Terjaga

0

Bernas.id – Keanekaragaman budaya Indonesia sungguh mengagumkan. Tanpa terkecuali dapat kita jumpai di daerah ujung Nusa Tenggara Barat, tepatnya Suku Mbojo. Suku tersebut menyebar sepanjang wilayah kota Bima, Kabupaten Bima, serta Kabupaten Dompu. 

Salah satu budaya yang ada di Suku Mbojo tersebut adalah rimpu. Rimpu adalah hijab mbojo Bima yang terdiri dari sepasang sarung berbahan kain tenun Nggoli. Terdiri dari atasan hijab syar'i serta bawahan. Bawahan tersebut serupa dengan yang dipakai para pria ketika sholat dan disebut 'sanggentu tembe.' Rimpu dibagi menjadi dua versi cara pemakaian yaitu rimpu mpida dan rimpu colo. Rimpu mpida seperti cadar bagi perempuan yang belum menikah. Rimpu colo dengan bagian wajah yang terlihat bagi perempuan yang sudah menikah. 

Dari sedikit banyak budaya Bima yang mengagumkan ini, terdapat filosofi dari pakaian tradisional rimpu. Yuk, simak ulasannya.

1. Penerapan syaria't Islam
Rimpu sudah lahir dari  masa Kesultanan Bima yang berlandaskan Islam. Dahulu, banyak para perempuan yang menggunakan rimpu dalam kesehariannya. Namun, di era kekinian, perempuan Bima terutama kawula muda sudah sangat jarang menggunakan rimpu dalam keseharian. Sebagian pula, terlihat populer tampilan hijab menutup dada dengan tata cara pemakaian rimpu. 

Salah satu pemerhati Budaya Bima, ibu Nunung menyebutkan, “Era kekinian yang hanya dipakai sebagai atasan itu adalah hijab yang diambil dari tata cara rimpu. Yang tidak mengurangi makna rimpu. Untuk simpelnya, dibuatlah sedemikian rupa. Dan tetap memakai bahan Nggoling. Namun, rimpu yang sebenarnya adalah tidak bisa dipisahkan dari filosofinya yang menggunakan dua sarung. Untuk sanggentu dan rimpu itu sendiri. Kalau kita merubah atau menyederhanakan keaslian, maka kandungan nilai sejarahnya berkurang. Dan memberi peluang pada orang lain untuk mengklaim yang sebenarnya sudah jadi hak paten kita.”

Dalam islam, perkara menutup aurat ini sudah dijelaskan dalam surat An-Nur ayat 31 yang memerintahkan muslimah untuk menjulurkan kerudung hingga ke dada. Selain itu, juga terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang memerintahkan muslimah untuk menggunakan jilbab yang menutup keseluruh tubuh. 

2. Bukti keterjagaan muslimah 
Memenangkan taat dan ego perempuan itu tentu bukanlah hal mudah di era kekinian. Rimpu menjadi salah satu pertanda adanya maruah (izzah dan iffah) seorang muslimah. Jika dianalogikan dalam kearifan lokal Bima disebut 'Maja labo dahu', rimpu juga menjadi penanda kesederhanaan perempuan. Salah satu bukti wanita yang memenangkan taat dan egonya untuk tampil indah serta suka menarik perhatian lawan jenis. Ikut menjadi penjaga dari fitnah. Sebagaimana sebuah hadist berbunyi, “Aku tidak meninggalkan fitnah satu pun yang lebih membahayakan bagi para lelaki. Selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari Muslim) 

3. Anti mainstream sebuah budaya
Keanekaragaman budaya Indonesia sungguhlah banyak. Namun, rimpu mempunyai keunikan tersendiri karena ajaran agama ikut menjadi landasan. Rimpu dengan hijab yang menggunakan kain tenunan tradisional adalah sebuah karya seni yang bermakna. Tidak hanya berharga di dunia, tetapi insya Allah juga di akhirat. 

Setelah membaca ini, yuk kita lestarikan rimpu! Semoga rimpu tetap terjaga maknanya dan tetap lestari hingga anak cucu kelak. Semoga generasi berikutnya pun dapat mengenal rimpu dan ikut belajar tentang indahnya budaya dalam nuansa Islami. 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.