Berita Nasional Terpercaya

Indonesia 2018: Daya Beli Melemah atau Masyarakat yang Semakin Selektif dan Swadaya

0

Bernas.id – Membuka lembaran baru di awal tahun 2018, berbagai pengharapan dan cita-cita baru digantungkan untuk kondisi yang lebih baik. Sebuah lembaga riset independen, Alvaro Research Center menerbitkan Outlook Indonesia 2018 yang menggambarkan prediksi kondisi ekonomi, sosial, dan politik Indonesia di tahun 2018. Dari sisi ekonomi tergambar adanya kecenderungan pelemahan daya beli konsumen, terutama di sektor ritel karena sepi pembeli dan terus merugi. Di tahun 2017, beberapa perusahaan yang membawahi ritel besar seperti Lotus, Matahari, dan Debenhams, memutuskan untuk menutup gerai di banyak lokasi karena pendapatan tidak cukup untuk menutup biaya operasional. Begitu juga dengan penjualan produk otomotif, walau ada peningkatan, tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya.

Namun, di balik angka-angka tersebut, benarkah daya beli masyarakat melemah? Atau karena masyarakat yang semakin selektif dan swadaya?

Dua puluh tahun lalu, mal memang menjadi tempat utama untuk membeli barang kebutuhan sehari-hari, sekaligus sebagai tempat hiburan. Masyarakat pun tidak punya akses pembanding untuk membeli barang di tempat lain. Sekarang, dengan semakin terbukanya informasi, maka masyarakat pun akan selalu menoleh dulu ke layar gawai untuk mencari harga barang yang ingin dibelinya, dan di mana bisa dibeli dengan harga paling murah. Bahkan, tidak perlu keluar rumah, masyarakat bisa meminta barang yang dibelinya diantar ke rumah dengan kurir. Sehingga, konsep ritel yang menawarkan kenyamanan belanja dengan harga premium sudah tidak lagi menarik bagi sebagian besar masyarakat. Masyarakat sudah semakin selektif dan pintar untuk menilai kewajaran dari sebuah harga barang. Bila dirasa terlalu mahal, mereka akan mencari alternatif outlet yang lebih murah untuk membeli barang yang sama.  

Selain itu, masyarakat sekarang sudah banyak yang menganut prinsip produktif bukan sekedar konsumtif. Era digital membuat masyarakat bisa mengakses berbagai hal yang bisa membuat mereka menggali keterampilan yang bisa mendatangkan penghasilan. Sehingga, banyak bermunculan usaha kecil dan menengah baru, yang memberikan alternatif outlet penjualan barang baik di dalam maupun luar jaringan. Masyarakat pun lebih senang membeli barang dari usaha kecil ini karena pelayanan lebih personal, bisa langsung bicara dengan pemilik (bukan manajer seperti di ritel besar), dan barang yang dibeli bisa disesuaikan dengan permintaan.

Usaha kecil dan menengah saat ini juga sudah merambah pada agribisnis, di mana banyak pengusaha yang mengembangkan usaha di bidang pertanian, perkebunan dan peternakan. Hasilnya pun didistribusikan dengan jalur komunitas dan dalam jaringan. Tidak lagi mengandalkan ritel besar untuk membeli barang dari mereka. Masyarakat pun bisa membeli langsung sehingga harga menjadi lebih murah. Sehingga, masyarakat menjadi swadaya, memenuhi kebutuhannya tanpa campur tangan ritel besar.

Prioritas masyarakat pun berubah. Saat ini, lebih penting menghabiskan dana untuk jalan-jalan dan punya foto selfie dengan latar unik yang bisa menghiasi lini masa media sosial. Pergi ke mal atau departemen store hanya untuk berkumpul dengan keluarga dan kolega. Atau bila mal bisa membuat acara yang menarik seperti jumpa artis dan pagelaran musik.

Bagaimanapun, tahun 2018 tetap memberikan pengharapan. Disarankan bagi perusahaan ritel untuk jeli bertransformasi dengan kondisi kekinian, sehingga masyarakat tetap berkenan melangkahkan kakinya pergi ke mal dan membeli barang dari outlet ritel.

Selamat datang tahun 2018!

Leave A Reply

Your email address will not be published.