Berita Nasional Terpercaya

Optimalkan Komoditi Salak di Daerahnya, Pemuda Ini Sabet Micro-Entrepreneurship Awards 2015

0

WONOSOBO, HarianBernas.com –  Kreatifitas kali ini datang dari Wonosobo, Jawa Tengah. Eko, seperti itulah panggilan akrab pemuda asal Wonosobo, Jawa Tengah, yang merupakan seorang pegawai bank yang sukses memperoleh penghargaan bergengsi Micro-Entrepreneurship Awards 2015 dari sebuah bank swasta. Ia dianggap pantas menerima hadiah uang tunai Rp 20 juta, karena kesuksesannya dalam mengolah salak. Wah gimana sih rahasia suksesnya? Apakah keberhasilan itu didapatnya dengan mudah?.

Dikutip dari Radar Semarang, Alumnus Unsiq Wonosobo 2012 itu cukup lumayan lama berkecimpung mengolah salak. Tepatnya, saat masih berstatus mahasiswa. Saat itu, Eko melihat pentingnya berinovasi untuk menjual salak dalam bentuk lain. Untuk itu, ia pun lalu mencoba mengolah daging salak agar menjadi berbagai macam produk makanan.

Suatu ketika,  Eko mengaku terketuk hatinya, mengetahui nasib petani salak yg malah kurang beruntung. Ketika panen raya, salak hanya dihargai Rp 1.000/kg. Itu pun, paling lama, salak hanya bertahan satu minggu.

Sejak saat itulah, ia lalu berupaya untuk menciptakan produk-produk berbahan salak yang memiliki nilai lebih. Eko tidak sendiri. Ia bekerjasama dengan 4 temannya, membentuk kelompok kreatif  yang diberi nama Cah Bagus. Seiring berjalannya waktu, ke 5 nya bubar jalan, sebab kesibukannya masing-masing.

Ia melihat 80 persen komoditi petani di desanya adalah salak. Ia pun tidak merasa kesulitan mencari bahan baku. Jikalau salak di desanya habis, ia dapat mencari salak di wilayah lainnya.

Maka, dengan kemudahan mendapatkan bahan baku salak, Eko bereksperimen menciptakan berbagai macam produk makanan berbahan baku salak. ?Saya ciptakan kerupuk salak, hingga mengolah biji salak menjadi kopi,? tuturnya.

Berkat ketekunannya, ia berani menawarkan dan memperomosikan hasil olahan salak, dengan brand Kie Bae. Brand ini pun didaftarkan di Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Wonosobo dan Provinsi Jawa Tengah.

Yang juga menarik, berbekal inovasi mengolah buah salak, Eko mulai menggerakkan para pemuda-mudi desa. Ia lalu menjelma menjadi inspirator di lingkungan desanya. Tak hanya pemuda, Ibu-ibu di desanya pun memperoleh sentuhan kebaikannya. Kaum perempuan di desanya dilibatkan dalam pengolahan kulit salak menjadi bros. Ia juga berinovasi dengan produk lainnya. Antara lain: salak presto, permen salak, dan beberapa produk lainnya.

Kini, produk olahan salak pemuda kelahiran 15 Juli 1987 itu, telah menembus pasar Jawa Tengah dan Bali. Usaha yang awalnya bermodal Rp 500 ribu, sekarang mampu meraih keuntungan sekitar Rp 5-6 juta/bulan.

?Usaha saya ini butuh proses panjang sampai menjadi yang terbaik. Pemasukan per hari ini mampu mencapai 5-6 juta per bulan, melebihi gaji saya saat kerja bank,? tandasnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.