Berita Nasional Terpercaya

Sosok Dilan 1990: Serupa Tapi Tak Sama, Pergeseran Perilaku Remaja dari Masa ke Masa

0

Bernas.id – Bagi mereka yang bersekolah di jenjang SMA pada tahun 1990an, film Dilan 1990 memberi gambaran nostalgik bersekolah di Bandung pada era tersebut. Diambil dari sebuah trilogi yang bercerita tentang remaja pintar tapi bengal bernama Dilan yang jatuh cinta pada Melia, seorang gadis yang baru saja pindah dari Jakarta. Mereka akhirnya menjalin hubungan yang unik karena Dilan bukan tipikal remaja pria kebanyakan saat itu. Dari film tersebut, terlihat bahwa perilaku remaja dari masa ke masa terlihat serupa tapi sebenarnya ada perbedaan yang menandakan perubahan zaman.

Latar tahun 1990 memberikan nuansa yang jauh berbeda dengan kondisi sekarang yang penuh teknologi digital. Saat itu kalau ingin berkomunikasi harus dengan telepon rumah, telepon umum atau telepon di wartel (warung telekomunikasi). Motor pun belum ada yang matik. Sehingga kalau Dilan bilang, ?Jangan rindu. Berat. Kau tidak akan kuat. Biar aku saja? adalah hal yang wajar, karena ingin bertemu setiap saat saja susah. Beda dengan zaman sekarang yang tiap saat bisa mengobrol di aplikasi gawai pintar, bahkan bisa melakukan panggilan video untuk melihat muka secara langsung. Itu sebabnya rasa kangen zaman sekarang berbeda dengan dulu.

Walau berganti zaman, perilaku yang menantang resiko, tidak mau terkungkung aturan, tidak bisa diprediksi dan meledak-ledak menjadi ciri khas remaja yang tetap ada. Masa SMA terasa menggairahkan karena penuh dengan gejolak emosi jiwa. Dari perasaan cinta, cemburu, takut kalah saingan, dan sebagainya. Namun, bedanya di tahun 1990, Dilan buat ulah bukan untuk memamerkan diri. Sementara di era sekarang, remaja buat ulah untuk bisa jadi tren dan dapat banyak jempol di media sosialnya. Coba lihat seberapa banyak remaja yang sudah tergoda melakukan tantangan viral yang aneh-aneh bahkan membahayakan nyawa, hanya untuk ketenaran sesaat.

Pidi Baiq sebagai penulis cerita, mengambil latar cerita tahun 1990 bukan untuk meminta remaja sekarang meninggalkan gawai mereka. Namun, sepertinya beliau merasa bahwa ada karakter yang sudah hampir hilang dari generasi itu dan tidak banyak generasi millenial mengetahuinya. Contoh paling mudah adalah bagaimana Dilan memproklamirkan perasaannya kepada Milea langsung dihadapannya. Berbeda dengan remaja zaman sekarang yang memilih tameng gawai untuk menyatakan cintanya, tidak langsung dihadapan sang cewek. Bertandang ke rumah dan pamit pada orang tua saat akan mengajak pergi pun sudah jarang dilakukan oleh boys zaman now yang seringnya meminta bertemu di mal atau pojok gang. Padahal pamit itu salah satu bentuk tanggung jawab menjaga kehormatan wanita dan keluarganya.

Dibalik riuhnya percintaan, persabahabatan, dan pemberontakan yang mewarnai dunia remaja, Dilan menunjukkan bahwa dirinya memiliki potensi akademis yang menonjol. Namun, yang terlihat adalah Dilan yang nakal dan tukang berantem. Bila Dilan dibuat di masa sekarang, ia akan melampiaskan kekesalannya ke video game. Sehingga akhirnya bukan potensi akademik yang terlihat, tetapi lebih ke malas karena terlalu banyak duduk memegang tuas kontrol game di depan layar.   

Dari film Galih dan Ratna, Ada Apa Dengan Cinta, Dear Nathan, hingga sekarang Dilan 1990, romantisme remaja memberikan gambaran yang kurang lebih sama. Walaupun cara mereka mengekspresikannya menyesuaikan dengan kondisi zaman. Motif mereka bertindak didasarkan pada emosi sesaat dan tanpa berpikir panjang. Hal ini karena sesuai dengan kondisi otak remaja yang sedang berkembang. Sehingga, sebagai pendidik dan orang tua, harus ekstra sabar dan selalu siap menghadapi segala tingkah polah remaja.

Leave A Reply

Your email address will not be published.