Berita Nasional Terpercaya

Dari Dilan Hingga Meghan Markle: Hati-hati Stereotipe yang Menutup Mata Hati dan Kreasi

0

Bernas.id – Tahun 2018 ini penuh dengan berbagai kejutan peristiwa menarik. Diawali dengan berita diluncurkannya film Dilan 1990 di awal Januari ini, hingga pengumuman resmi dari Istana Kensington, Kerajaan Inggris yang memaklumatkan bahwa Pangeran Harry akan menikah dengan Rachel Meghan Markle. Yang menarik dari kedua peristiwa ini adalah, melihat reaksi publik yang sarat kontroversi karena terpengaruh oleh stereotipe yang sudah terbangun dalam masyarakat selama ini.

Publik bereaksi cukup keras saat Iqbaal salah satu anggota CJR terpilih pemeran Dilan 1990, hingga akhirnya menimbulkan dua kubu. Yang menarik adalah dari kubu yang menolak Iqbaal menjadi Dilan karena dua alasan yang berbeda. Alasan pertama tidak setuju karena Iqbaal itu terkenal di CJR sebagai personel yang alim, sementara karakter Dilan sebaliknya. Lalu, alasan kedua karena para pembaca novel Pidi Baiq membayangkan Dilan itu memiliki perawakan yang keras, berotot, dan garang karena Dilan anggota geng motor. Bahkan ada yang komentar, ?Iqbaal pakai jaket aja kegedean, gak cocok jadi Dilan?. Padahal, Pidi Baiq sendiri sebagai penulis novel cerita, memilih Iqbaal karena memang pantas menjadi Dilan.

Beralih ke Meghan Markle yang menjadi tambatan hati Pangeran Harry. Saat awal hubungan mereka mulai tercium media, publik mengira tidak akan serius hingga jenjang pernikahan. Sehingga, saat pihak istana mengumumkan pertunangan mereka, publik cukup terkagetkan karena Meghan Markle adalah bukan dari keturunan darah biru dan juga bukan kulit putih. Lalu muncul julukan The First Black Princess atau Putri Berkulit Hitam Pertama. Karena selama ini publik melihat putri kerajaan Eropa adalah dari keturunan kulit putih (kaukasia). Bahkan, film Disney klasik pun turut berperan dengan menggambarkan Cinderella, Aurora (Sleeping Beauty), dan Putri Salju sebagai gadis keturunan kulit putih. Sehingga, dengan persepsi tersebut, Meghan Markle dianggap tidak pantas mendampingi Pangeran Harry menjadi putri kerajaan.

Ternyata hal ini sesuai dengan yang digambarkan oleh Malcolm Galdwell dalam bukunya ?Blink: The Power of Thinking Without Thinking?. Bahwa manusia cenderung menilai kepantasan seseorang berdasarkan persepsi yang dibentuk selama hidupnya, dan akhirnya menimbulkan stereotipe tertentu. Seperti Iqbaal yang dengan muka imut dan kurang garang, dirasa tidak pantas memerankan Dilan. Padahal, belum tentu juga anak SMA yang suka berkelahi punya badan berotot dan berwajah garang. Seperti juga seorang putri kerajaan yang tidak harus berkulit putih. Seperti persepsi bahwa yang hitam selalu jahat dan yang putih selalu baik.

Pepatah bijak meminta jangan hanya menilai isi buku dari sampulnya, jangan menilai seseorang dari fisiknya. Namun, fenomena saat ini memperlihatkan kecenderungan manusia untuk memberikan label, menentukan stereotipe atas pantas dan tidaknya seseorang dari fisik dan asal usulnya. Efek teknologi juga memberikan kebiasaan berpikir dan memproses informasi dengan cepat hingga sering tidak melalui proses pertimbangan yang matang.

Dampak dari kebiasaan memberikan label dan stereotipe ini akhirnya membuat manusia tertutup mata hatinya, dan hanya yang sesuai dengan stereotipe sajalah yang dianggap terbaik. Bahkan, kebiasaan ini juga menutup daya imajinasi dan kreatifitas. Oleh karena itu, di tahun 2018 ini, berhati-hatilah dan lebih bijak dalam menilai dan menentukan stereotipe. Coba selami persepsi apa yang digunakan, dan selalu melihat dari sudut pandang yang berbeda, agar lebih obyektif dalam menilai kepantasan seseorang.

Leave A Reply

Your email address will not be published.