Berita Nasional Terpercaya

Papermoon Puppet, Pertunjukan Boneka dari Jogja yang Mendunia

0

YOGYAKARTA, Bernas.id – Anda mungkin tak akan menyangka di tengah rimbunnya pohon jati dan bambu di sebuah desa di daerah Sembungan, Bangunjiwo, Bantul, ada sebuah studio yang melahirkan karya-karya seni yang unik dan tenar hingga mancanegara. Sebuah rumah berlantai dua itu sejak tahun 2015 menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan seni Papermoon Puppet Theater.

Publik mungkin sudah tidak asing dengan Papermoon Puppet setelah mereka sempat menghiasi layar perak dengan mengisi adegan saat Rangga dan Cinta menyaksikan pertunjukan boneka di film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2). Kemunculan Papermoon Puppet lainnya yang tak kalah mengagumkan juga terlihat di video klip Manusia Kuat milik Tulus. Tak dapat dipungkiri, semenjak kemunculan Papermoon Puppet di dua karya audio visual tadi, keberadaannya kini makin dikenal masyarakat.

Papermoon Puppet adalah grup teater boneka kontemporer terdepan Indonesia yang terdiri dari Maria Tri Sulistyani sebagai Founder dan Director, Iwan Effendi sebagai Artistic Director, Beni Sanjaya sebagai Puppeteer dan Puppet Maker, Anton Fajri sebagai Puppeteer dan Puppet Maker, dan Pambo Priyojati sebagai Puppeteer dan Puppet Maker. Pertunjukan Papermoon yang imajinatif mengeksplorasi identitas, sejarah, dan masyarakat. Didirikan di Yogyakarta pada tahun 2006, karya-karya Papermoon yang rumit dan menggugah ini mengisahkan cerita pribadi yang lebih penting dari sekedar batasan budaya, dan telah dipentaskan di lebih dari 15 negara. Papermoon juga mengadakan workshop segala umur dan program residensi seniman untuk kolaborasi seni.

Berbeda dengan Sesame Street, boneka Papermoon dapat kita pegang dan mainkan dengan bebas. Cara memainkannya juga berbeda. Puppeteer atau orang yang bertugas menggerakkan dan mengendalikan boneka, dapat memainkan dan memegang langsung bagian-bagian tetentu dari boneka dan menggerakannya sesuai dengan keinginan. Dengan kata lain, boneka dan puppeteer dapat terlihat langsung ketika dimainkan. Sementara kalau di Sesame Street, puppeteer tidak boleh terlihat.

Janjian Dulu

Studio Papermoon Puppet dulunya berlokasi di Langensuryo, namun sejak tahun 2015 pindah ke daerah Bangunjiwo, Bantul. Selain digunakan untuk berlatih dan membuat boneka, tempat ini kadang-kadang juga dipakai untuk mengadakan workshop. Anda bisa berkunjung ke studio tapi harus sesuai dengan jadwal yang ditentukan atau membuat janji terlebih dulu. Anda tidak bisa sembarangan datang ke studio karena bisa jadi para personil Papermoon sedang ada aktivitas intern yang tidak bisa diganggu.

Interior studio Papermoon cukup minimalis. Tak banyak perkakas di dalamnya. Inilah yang membuat studio Papermoon cukup luas untuk latihan atau menggelar workshop. Salah satu workshop bertajuk Bersua yang baru-baru ini digelar adalah pertunjukan dan pelatihan pembuatan boneka untuk anak-anak dan dewasa yang diberikan oleh seniman dari Argentina.

?Bersua itu konsepnya kita jadi tuan rumah atau hosting dari kelompok teater boneka yang sedang melakukan tur di Indonesia. Kita memfasilitasi, kita kasih tempat, dan mencarikan penonton,? ujar Beni Sanjaya saat ditemui Bernas di Studio Papermoon.

Keasrian studio Papermoon juga dipengaruhi oleh langit-langit bangunan yang tinggi dan banyaknya bukaan yang dicat berwarna-warni membuat sirkulasi udara berjalan dengan baik. Apalagi didukung dengan lokasi studio yang terletak di tengah pedesaan yang hijau dan jauh dari bising suara kendaraan, menjadikannya semakin sejuk dan tenang.

Begitu masuk ke dalam studio, Anda akan disambut dengan lemari kaca raksasa yang menempel pada dinding. Bukan sembarang lemari, karena di dalamnya tersimpan puluhan boneka Papermoon. Begitu juga seperti lemari yang ditemukan di lantai dua studio ini. Puluhan boneka tersimpan rapi di sebuah lemari panjang. Dihiasi dengan lantai bermotif tegel kunci, studio Papermoon terlihat bersahaja namun juga estetis di saat bersamaan.

Tidak sulit menjangkau lokasi studio Papermoon Puppet. Lokasinya hanya berjarak sekitar 8 km di sebelah selatan Kota Yogyakarta. Hanya berbekal Google Map saja, sebenarnya Anda sudah bisa menemukan lokasinya. Petunjuk paling mudah adalah carilah SD Sembungan di daerah Bangunjiwo, kemudian masuk ke gang tepat di depannya. Namun, jika kesasar pun tidak perlu khawatir, warga sekitar bisa menunjukkan tempatnya dengan tepat kepada Anda.

Unik

Keunikan boneka Papermooon terletak pada bentuk dan cerita yang dimainkannya. Boneka Papermooon dibuat sendiri oleh para personilnya menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat. Kertas, rotan, dan kayu adalah beberapa bahan baku utama yang digunakan untuk membuat boneka. Tak ketinggalan ada peralatan penunjang lainnya yaitu semacam kursi pendek persegi empat beroda yang digunakan oleh para puppeteer untuk duduk dan mementaskan pertunjukan boneka.

?Kebanyakan (bahan baku) sih rotan, kayu untuk struktur tubuhnya, kadang ada yang pakai alumunium atau pralon. Tapi kalau untuk mukanya kita kebanyakan memakai paper mache, dari kertas,? ungkap Beni.

Beni juga mengaku tidak ada perlakuan khusus untuk merawat semua koleksi boneka Papermoon yang mencapai lebih dari 100 buah itu. Menyimpan boneka-boneka di lemari menjadi cara paling efektif untuk menghindarkan dari kerusakan. ?Kalau perawatan khusus kita taruh di dalam lemari kaca, biar enggak terlalu kena udara, terutama lembab. Kalau kena matahari masih bagus, nggak ada masalah, selama itu kering. Berhubung ini bahannya kertas, lawannya lembab. Bonekanya kita bikin dari material yang mudah ditemukan karena kalau rusak biar lebih mudah diperbaiki. Enggak gampang rusak, dipakainya diawet-awetlah,? ucap Beni.

Raut muka boneka sengaja dibuat tanpa ekspresi dengan tatapan kosong. ?Jadi dengan muka seperti ini kita mudah membawanya kemana saja. Mau dibawa sedih atau bahagia, seneng, loncat-loncat, dia bisa. Kalau mukanya sudah sedih atau seneng duluan, kita susah ekspresinya,? kata Beni.

Para puppeteer pun ketika membawakan sebuah boneka harus meminimalisir ekspresi yang muncul di wajah masing-masing, supaya penonton fokus pada karakter boneka yang sedang berlakon. Namun walaupun para puppeteer tidak berekspresi selama pertunjukan, mereka tetap membekali diri dengan latihan pantomim dan akting.

?Kita awalnya juga tetep latihan pantomim, aktor, dan ekspresi. Bagaimana emosi sedih, senang, tapi setelah main boneka, ekspresi yang kita punya itu tidak harus ada di muka. Yang ada cuma di rasa saja, lalu ditransfer ke boneka. Jadi biar penontonnya enggak nyolong fokus karena kita enggak menutup (menyembunyikan tubuh) pemainnya kalau di Papermoon. Jadi pemainnya di atas panggung bareng bonekanya, jadi tetap satu kesatuan gitu. Yang terpenting, bagaimana kemampuan pemain bonekanya memberi nyawa ke boneka,? ujar Beni.

Tidak Rutin

Namun sayang, Papermoon Puppet Theater tidak menggelar pertunjukan rutin. Sehingga jika Anda berminat menyaksikan aksi boneka Papermoon buatlah janji bertemu di studio atau hadirilah perhelatan seni yang melibatkan Papermoon Puppet sebagai pengisi acara. Jarangnya mereka menggelar pertunjukan bukan tanpa alasan. Beni tidak menampik jika permintaan masyarakat agar Papermoon menggelar pertunjukan rutin makin meningkat. Namun bagi tim Papermoon, saat ini mereka memerlukan banyak waktu untuk lebih fokus menciptakan karya baru dengan tidak buru-buru.

Jumlah personil yang terbatas juga manjadi alasan Papermoon belum siap menggelar pertunjukan secara rutin. Untuk persiapan sebuah karya baru saja setidaknya dibutuhkan waktu sekitar setengah tahun. ?Kalau karya baru minimal 6 bulan. Mulai bikin naskah, riset, kontennya itu biasanya lama 6 bulan. Baru nanti proses naskah, diskusi naskah, baru ke boneka, dan latihan. Tapi kalau menampilkan karya lama bisa sebulan persiapannya. Kembali mengingat-ingat dan memperbaiki apa yang harus diperbaiki,? ujar Beni.

Beni mengaku, awalnya Papermoon Puppet tidak terlalu dikenal di negaraya sendiri, karena lebih banyak mementaskan karyanya di luar negeri. Namun, dengan kemunculan Papermoon di AADC 2 dan Manusia Kuatnya Tulus, kini publik makin menaruh perhatian pada mereka.

?Dulu publik Jogja atau Jakarta pun enggak banyak yang tahu (tentang Papermoon Puppet), tapi dengan kuatnya (pengaruh) media film, video klip, dan media sosial, sekarang banyak orang yang penasaran dan berkunjung ke sini (studio),? ujar Beni.

Namun, dengan makin tenarnya Papermoon Puppet, ternyata menimbulkan kegelisahan tersendiri bagi para personil Papermoon. Bagaimana tidak, dulu orang-orang yang berkunjung ke studio sering datang di saat yang kurang tepat.

?Kita baru latihan atau meeting nih, tiba-tiba ada yang datang. Banyak tur travel menulis tur AADC, salah satunya mampir ke Papermoon tapi enggak ngabarin. Waduh kita kayak musium, sampai kita berkali-kali posting kalau kita tidak ada pertunjukan rutin, tidak buka setiap hari, harus janjian dulu. Itu hal-hal yang situasinya kurang diinginkan, tapi kalau sekarang publiknya bagus, misalnya saat ada festival banyak yang ingin datang (untuk menonton Papermoon). Kayak mau bikin acara, informasi dan respon orang-orang sekarang sangat cepat. Apalagi follower di Instagram naik drastis setelah di AADC. Dulu syutingnya di Prawirotaman,? ujar Beni.

Nasionalis

Menyinggung soal seringnya Papermoon pentas di luar negeri, dibandingkan di dalam negeri, bukan berarti mereka tidak nasionalis. Menurut Beni, kehadiran Papermoon di luar negeri karena adanya undangan dan apresiasi terhadap seniman Indonesia.

?Kalau tur di luar negeri, justru jadi banyak belajar sebenernya, bukan target kita harus mengenalkan apa gitu, tapi kita jadi belajar karena di sana melihat pertunjukan teater boneka yang lain, yang susah didapat di sini. Kita jadi belajar, ketemu banyak orang, ngobrol, misalnya ikut workshop di sana. Itu salah satu keuntungannya, kita bisa menyerap inspirasi lagi. Bukan cuma sekedar pentas tapi ketemu orang baru, kenal jaringan, seniman atau produser baru,? ungkap Beni.

Selain mempersiapkan karya baru, Papermoon juga sedang disibukkan dengan perhelatan Pesta Boneka yang akan diselenggarakan Oktober mendatang di Yogyakarta. Melalui ajang dua tahunan yang dihelat sejak 2008 ini, masyarakat bisa menyaksikan pertunjukan boneka dari berbagai negara dan berinteraksi dengan Papermoon secara langsung.

Melihat kesuksesan dan artistiknya tampilan Papermoon pada karya film dan video klip, Beni mengaku bercita-cita membuat film yang berisi dokumentasi atau cerita yang dibawakan oleh Papermoon Puppet sendiri. Selain itu keinginan untuk membuat buku tentang Papermoon dan seni pertunjukan boneka juga menjadi keinginannya di masa depan. (tia)

Leave A Reply

Your email address will not be published.