Berita Nasional Terpercaya

Masih Ngambang! Keindonesiaan Harus Warnai Perguruan Tinggi Asing

0

YOGYAKARTA, Bernas.id – Pemerintah Indonesia membuka pintu lebar masuknya perguruan tinggi asing (PTA). Langkah pemerintah soal kehadiran PTA ini menimbulkan polemik. Memang setuju karena sebagai pemicu tetapi bukan perkara yang mudah membangkitkan PTS dan PTN yang sudah lama berdiri di Indonesia. Polemik ini muncul karena tujuan pemerintah membuka cabang PTA belum terdefinisi detail.

Baca juga: Apa Itu Jurusan Sistem Informasi? Inilah Mata Kuliah dan Prospek Kerjanya

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank (STIEBBANK) Yogyakarta, Alit Merthayasa mengakui jika nantinya ada PTA di Indonesia bisa memicu kompetisi dengan perguruan tinggi dalam negeri. Hal ini sekaligus menumbuhkan rasa jati diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini juga menjadi barometer bagi perguruan tinggi di Indonesia. “Mampu nggak selevel dengan mereka.”

“Sebab secara ekonomi perguruan tinggi asing itu mereka berkeinginan membuka kampusnya di Indonesia, karena banyak pemuda pemudi yang sekolah di luar negeri. Dan itu berbiaya cukup tinggi sehingga ada peluang pasar. Konteks itu yang mereka bawa,” terang Alit ditemui Bernas, Selasa (6/2).

Oleh karenanya, Kemristekdikti harus membuat rambu-rambu atau regulasi bagaimana PTA itu tidak semena-mena. Bagi Alit, yang tidak kalah penting adalah rasa keindonesiaan, tentunya Pancasila harus kuat dipegang teguh oleh generasi muda Indonesia sendiri.

Baca juga: 5 Universitas Jurusan Sistem Informasi Terbaik di Indonesia

“Jangan sampai, pendidikan tinggi berbasis komunis masuk di PTA. Ada doktrin-doktrin komunis yang harus dihindari,” katanya.

Menurutnya, pendidikan Pancasila, kewarganegaraan, pendidikan agama dan Bahasa Indonesia, harus ada. Sebab, dasar-dasar di Indonesia tersebut tidak boleh lepas. Selanjutnya, pemerintah juga perlu memilikirkan kesempatan para pendidikan Indonesia sendiri. PTA tidak hanya bekerjasama dengan PTS tetapi juga memberi kesempatan dan peluang para pengajar dari Indonesia.

“Jangan sampai mereka datang membawa dosen banyak-banyak dari sana. Sehingga kita tidak bisa mewarnai pendidikan di negara sendiri. Misalnya, 20 persen dari sisi administrasi mereka yang pegang, 80 persennya kita yang mewarnai,” jelasnya.

Pemerintah sebagai regulator bisa berkaca pada aturan-aturan perguruan tinggi di Indonesia sendiri. Tentunya PTA yang masuk ke Indonesia, bisa ditambahkan hal-hal yang nasional tadi. “80 persen harus bermitra dengan  nasional, ada kerjasama secara operasional. Ini yang harus diperkuat dan fasilitas diberi oleh pemerintah,” ujarnya.

Sementara, Rektor UGM Panut Mulyono menambahkan regulasi yang dibuat tidak merugikan kepentingan dan pembangunan nasional. Kepentingan nasional harus tetap terjaga dan terlindungi.

“Regulasinya, bagaimana agar output dan outcome pembelajaran di PTA itu juga harus sesuai dengan visi dan misi pendidikan di Indonesia. Artinya, pembinaan seperti nasionalisme,” kata Panut kepada Bernas, Selasa (6/2).

Perguruan Tinggi di Indonesia mengajarkan mata kuliah yang berkaitan dengan nasionalisme sehingga jangan sampai kecolongan tidak diajarkan di PTA. PTA itu tidak hanya mentrasfer ilmu dan teknologi.

Baca juga: 14 Universitas Jurusan Teknik Informatika Terbaik di Indonesia

Leave A Reply

Your email address will not be published.