Berita Nasional Terpercaya

Umbul Jumprit, Dinamai Berdasar Seorang yang Sakti dari Majapahit

0

Bernas.id – Awalnya, Umbul Jumprit hanya diketahui sejumlah kalangan tertentu. Namun, sekitar tahun 1980-an, pengunjungnya terus naik, khususnya yang ingin ziarah ke makam Ki Jumprit dan mandi kungkum di Umbul Jumprit. Untuk versi cerita yang pertama, dalam serat Centini, Jumprit dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit, seorang ahli nujum (ramal) yang dikenal sakti di Kerajaan Majapahit. Jumprit ternyata seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.

Alkisah, Jumprit meninggalkan Kerajaan Majapahit agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada banyak orang. Konon, pengembaraannya panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Sebagai ahli nujum, Ki Jumprit pernah meramal suatu saat Temanggung menjadi makmur. Sebagian ramalannya benar. Petani di lereng Sumbing dan Sindoro rata-rata hidup berkecukupan dari tanaman tembakau, komoditas laris sejak awal tahun 70-an.

Untuk versi cerita yang kedua, Umbul Jumprit terkait dengan sejarah runtuhnya Kerajaan Majapahit ketika Kerajaan Islam Demak, pimimpinan Raden Patah melakukan perluasan daerah. Saat itu, ada yang patuh atau memusuhi Raden Patah. Pangeran Singonegoro mengikuti kepemimpinan Raden Patah, lalu mengasingkan diri ke dataran tinggi, di daerah Tegalrejo Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.

Bersama dengan istrinya dan kedua pengawalnya Mahesa Aduk dan Endong Ukung serta seekor kera putih yang bernama Ki Dipo, Pangeran Singonegoro bertapa dan menyebarkan ajaran agama di daerah Tegalrejo bersama istrinya. Konon, sampai Pangeran Singonegoro meninggal, sang kera putih tetap menjaga makam beserta keturunannya sampai sekarang. Sedangkan, kedua pengawalnya Mahesa Aduk dan Endong urung turun gunung dan membangun candi Pringapus tak jauh dari makam Singonegoro.

Dari versi yang kedua, asal usul nama Jumprit berasal dari seorang bernama Ki Jumprit dari Kulon Progo yang mengidap penyakit kulit parah. Karena sudah putus asa, ia berpikir untuk mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, tapi suatu saat, ia mendapatkan wangsit untuk mandi di sendang sekitar makam Pangeran Singonegoro. Alhasil, penyakitnya sembuh total, lalu menjadi juru kunci dari tempat tersebut hingga akhir hayat. Untuk menghormatinya, masyarakat menamai umbul tersebut dengan Jumprit.

Untuk itu, tanggal 18 Januari 1987, Pemerintah Kabupaten Temanggung menetapkan Umbul Jumprit sebagai Kawasan Wanawisata (wisata hutan), lalu diresmikan Gubernur Jawa Tengah, saat itu HM Ismail setahun kemudian.Umbul Jumprit terletak pada sebuah kawasan landai. Di antara batang-batang pohon pinus, akan terlihat bangunan khas candi sebagai pintu masuk. Bentuknya hampir sama dengan bangunan peninggalan Majapahit di Mojokerto, Jawa Timur. Setelah melewati gerbang, kita akan tiba di sebuah tempat yang dikeramatkan, yaitu Umbul Jumprit, sebuah sumber mata air atau umbul dengan airnya yang begitu jernih ini.

Air dari umbul ini sering dimanfaatkan penduduk sekitar untuk keperluan sehari-hari, termasuk mengairi sawah dan kebun. Keberadaan umbul di antara belantara hutan tentu menambah ciratarasa belantra alam yang sungguh indah.

Konon, mata airnya ini tidak pernah kering, meski kemarau panjang. Airnya yang terasa sangat dingin dan sangat jernih berasal dari sumber mata air dari pegunungan. Aliran airnya inilah yang ikut mengalir di Sungai Progo. Umbul Jumprit juga menjadi tempat yang disucikan umat Budha di Indonesia. Setiap berlangsung upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur, air keberkahan selalu diambil dari umbul tersebut.  (diolah dari berbagai sumber)

Leave A Reply

Your email address will not be published.