Berita Nasional Terpercaya

Mantra #2019, Konser Musik Teatrikal Penuh Kesakralan Sekaligus Kejenakaan

0

Bernas.id – Pertunjukan seni musik teatrikal yang digelar di Concert Hall TBY, Senin 26 Maret 2018 semalam memang unik. Lahir dari imajinasi filosofis novelis Joko Santoso, pentas Mantra #2019 mampu menghadirkan nuansa kejayaan zaman Majapahit, paling tidak dari segi spiritualitas.

Berbagai mantra Jawa, baik yang tradisional maupun kreasi baru dilantunkan dalam pertunjukan teatrikal ini, diiringi musik 11 pengrawit berdasarkan komposisi dari Gaung Kyan Sidharta. Sementara Gita Gilang mengarahkan 10 penari dewasa dan 10 penari anak untuk memvisualkan mantra dalam gerak tari.

Sutradara Puntung CM menampilkan atmosfer kejawen yang kuat di area pertunjukan yang digelar tanpa berbayar ini. Berbagai elemen pendukung atau ubo rampe dalam pergelaran dibuat sangat simbolis dengan mempertimbangkan maknanya.

Misalnya pengrawit memakai kostum motif Poleng, menyerupai papan catur, sebagai simbol tolak bala. Penataan gamelan juga berbeda dari biasanya. Gamelan ditata sesuai arah delapan mata angin, sebagai representasi mantra Kalacakra.

Dalam pertunjukan ini, didaraskan berbagai mantra, yang puncaknya adalah Jamas Kalacakra.

“Sadulurku papat kalima pancer, kang lungguh ing tengahing jagad, aku pancer dadi ratuning kiblat,” begitulah penggalan mantra kejawen tersebut. Ketika mantra ini dilantunkan, tiada iringan musik. Semua penari yang berpakaian putih-putih pun terdiam, hanya mengamati nyala api lilin yang dibawa masing-masing.

Serius memang. Namun tak semuanya penuh ketegangan. Saat sebelumnya, terdapat drama komedi singkat dari para penari bocah yang mampu menimbulkan tawa penonton.

Terlebih saat segmen kehadiran pelawak Sugeng Iwak Bandeng dan Dalijo Angkring yang berperan sebagai punakawan Bagong dan Gareng. Dalam dua sesi, mereka berdua sukses mengocok perut ratusan penonton yang hadir di TBY.

Di luar adegan komedi, mungkin ada penonton yang tak paham dengan pementasan yang digelar swadaya dan independen oleh Rumah Budaya Emha Ainun Nadjib tersebut. Yang jelas, lewat karyanya itu, Joko Santoso ingin agar negeri ini bisa meraih kejayaan seperti di era Majapahit.

“Terutama dari sisi ekonomi. Mantra juga mengangkat carut marut yang terjadi saat ini, yang hadir dalam bentuk kebencian, fitnah, dan maraknya hoax. Semoga dengan lantunan mantra bersama ini Indonesia bisa menjadi jaya pada 2019 nanti,” harap Joko. 

Leave A Reply

Your email address will not be published.