Berita Nasional Terpercaya

“Gandeng Gendong” Penyuluh Kewirausahaan

0

Bernas.id – Pada 23-25 Maret 2018 Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) DIY mengandeng Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta menyelenggarakan Pelatihan Manajemen Fasilitasi untuk Penyuluh Kewirausahaan. Kegiatan ini mencoba curi start Program Gandeng Gendong Pemerintah Kota Yogyakarta yang di launching Selasa 10 April 2018 oleh Wali Kota Yogyakara. Penyuluh kewirausahaan sesungguhnya kebutuhan bangsa Indonesia yang digagas oleh BK3S DIY yang diujicobakan untuk Kota Yogyakarta, mengingat ruh pelatihan ini model aplikasi 5K dalam program Gandeng Gendong Kota Yogyakarta.

  • K1. Kota, Pemerintah Kota Yogyakarta dalam hal ini diampu oleh Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
  • K2. Korporate atau dunia usaha , dalam pelatihan ini 80% biaya pelatihan di sponsori oleh PT Dowa,
  • K3. Komunitas, penggerak kegiatan ini BK3S DIY dengan sasaran peserta komunitas wirausaha muda Kota Yogyakarta yang dikenal dengan nama Home Business Camp (HBC),
  • K4. Kampus, narasumber utama dari Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa ?APMD?  Sugiyanto. S.Sos. MM dan Dr. Yuli Setyowati. M.Si. dari Prodi Ilmu Komunikasi serta Praktisi KKB  Samsul SE. MM dan Pakar Fasilitasi Drs. Ruba?i. M.Pd.
  • K5, Kampung. Hasil pelatihan Penyuluh Kewirausahaan akan dinikmati masyarakat seluruh kampung di Kota Yogyakarta, sebab peserta nantinya akan mendampingi UMKM  kususnya pelaku usaha start up.

Pelatihan ini menjadi penting bagi masyarakat Yogyakarta karena di Kota Yogyakarta ada lebih dari 24.000 pelaku UMKM, dan pelaku UMKM sebagai salah satu pillar menurunkan angka kemiskinan dan bergerak meningkatkan tingkat kebahagian warga kota Yogykarta. Jika 25 peserta Penyuluh Kewirausahaan bergerak bersama mampu menjadi sekerup 5K maka indek kebahagian masyarakat kota Yogyakarta akan meningkat secara signifikan.

Pelatihan di buka oleh Kepala Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Dra. Lucy Irawati didampingi Ketua Umum BK3S DIY Ibu, BRAy. Prabukusumo. Harapan Ketua Umum BK3S DIY dengan pelatihan ini BK3S DIY bersama PT Dowa dan Kampus STPMD ?APMD? berkontribusi menurunkan angka kemiskinan DIY agar tidak melampaui kemiskinan tingkat nasional. Oleh karena itu, Pelatihan Penyuluh Kewirausahaan dikemas dalam waktu 25 JPL dengan materi akhir pelatihan Ujian Bagi Peserta, dari tim penguji dari 30 pesera dinyatakan lulus 25 orang peserta.  

Makna Kemitraan Gandeng Gendong

Untuk mengupas program  gandeng gendong terlebih dahulu kita melihat sejarah para pelaku usaha.  Mengapa orang melakukan usaha? Ada empat jawaban atas pertanyaan tersebut yaitu :

  1. Terpaksa atau kepepet, jadi bertambahnya pelaku UMKM setiap tahun itu bukan keberhasilan pemerintah tetapi kegagalan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan.,
  2. Hobi, orang melakukan usaha dalam suka dan duka terus dijalankan dengan iklas dan senang, mengapa demikian karena usahanya dilandasi dengan hobi dan diikat dengan hati, sehingga dalam situapapun tetap mempertahankan bisnisnya.,
  3. Sengaja dibentuk, sekolah tidak sekolah saya harus jadi pelaku usaha, di beri modal, tidak diberi modal saya tetap menjadi pelaku usaha. Mengapa bisa terbentuk demikian karena keluarga terutama orang tua dengan sengaja membentuk anak-anaknya untuk menjadi pelaku usaha., seperti masyarakat di Negara Arab, Cina, Singapure dll.,
  4. Kebetulan, bisnis yang kebetulan cenderung jadi, karena menyadari diri nya sebagai hamba Allah yang menciptakan dan menentukan. Contoh seorang guru kalau ke sekolah sambil jualan kue untuk muridnya, karena murid senang dan anak-anak yang berperan sebagai marketing kepada keluarganya, sehingga bisnisnya bisa tumbuh dan besar.

Jika sejarah kewirausahaan pada umumnya di atas ditata lebih lanjut dan dididukung oleh pemerintah mestinya akan menghasilkan sistem yang bersimbiosis mutualisme bagi semua stakeholder. Sistem yang dimaksud Pemerintah Kota Yogyakarta berinisiaatif dengan nama program Gandeng Gendong. Maka memaparkan pemaknaan Gandeng Gendong akan saya awali dengan pengalaman penulis sebagai pendamping atau konsultan bagi pelaku UMKM di Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta sejak tahun 2009, saya jelaskan dibagian bawah ini. 

Berdasarkan pengalaman sebagai pendamping pelaku usaha start up, ternyata  pelaku usaha start up yang berhasil adalah mereka yang mengikat jiwanya dengan usahanya dan media pengikatnya adalah ?hati?.  Dengan ikatan hati diharapkan tidak putus semangat, putus ditengah jalan dan terus menerus mencintai dan mengeluti usahanya sampai berhasil pada kemandirian, syukur bisa mengandeng pelaku usaha baru berikutnya. Atas dasar semangat gandeng gendong pada saat berproses peserta harus :

  1. Membuka diri untuk bersedia secara iklas digandeng oleh teman atau saudara yang usahanya telah stabil dan dinamis, sehingga berkenan  mengikuti dan menerima masukan-masukan dari pengandeng. Keiklasan digandeng merupakan dasar utama dalam proses pembelajaran yang positif, berpartisipatif kemitraaan dan bekerjasama untuk penguataan kapasitas diri, penguatan usaha dan memotivasi usaha orang lain.
  2. Memahami sistem pengembangan usaha, sistem layanan pemerintah dan sistem bekerjasama dengan pihak lain.
  3. Diterima dan dijalankannyapoin 1 dan 2 di atas menunjukan pelaku usaha memiliki dan bertambah jaringan. Dengan banyaknya jaringan mestinya memperkuat usahanya, sebab jaringan adalah media bergerak dan member solusi ketika pelaku usaha menghadapi kesulitan atau hambatan dalam berusaha.

Berdasarkan penjelasan di atas maka hidup itu pilihan, saudara mau gandeng atau mau digandeng. Setiap orang mau kaya atau miskin itu bukan kehendak Sang Pencipta  dan bukan takdir. Jadi kaya miskin, sukses tidak sukses seseorang ditentukan oleh dirinya dalam setiap memanfaatkan waktu dan untuk bergerak terhadap pilihan tersebut. Misalnya gerak maju atau mundur, gerak pasif atau aktif. Jadi sukses tidak dihalangi oleh tingkat pendidikan dan modal materi, tetapi orang suskses selalu bermodal kemauan, disiplin dan membuka jaringan ke titik atau arah yang di tuju. Ketiga arah tersebut adalah :

  1. Vertikal, artinya pelaku usaha harus dan harus bergerak ke atas, maknya semua kesulitan semua keuntungan, semua yang dimiliki dan semua yang ingin dimiliki haru diserahkan dan meminta pertolongan kepada Allah SWT, janga sekali-kali minta kepada dukun, tabib dan sejenisnya. Maka bersyurlah dalam situasi apapun melalui sedekah yang kita miliki.
  2. Horisontal, sebagai pelaku usaha walaupun kelasnya baru star up harus disyukuri dan tunjukan kepada lingkungan tempat tinggal dan lingkungan usaha bahwa I maka ini karunia Tuhan YME, bukan karena diri kita semata, maka kita harus selalu berbuat baik dengan lingkungan dengan cara peduli, berpartisipasi, berbagi dan mau serta rela menolong orang sesama untuk mengembangkan diri kita dan lingkungan atau orang yang meminta bantuan tersebut
  3. Diagonal, agar usaha kita dapat berkembang cepat jangan takut kita berjalan serong atau menyebrang pada arus yang dan situasi yang beda, misalnya berani berkomunikasi kepada pelaku usaha di atas kita (kecil atau menengah), biasanya jualan di pasar berani mencoba di kantor-kantor atau kampus, dll. Alasan pelaku cenderung taku, tidak ada relasi dan sejenisnya. Untuk dapat menembus ini semua maka prinsip usaha dikembalikan pada poin 1 bersandar kepada Allah. SWT.

Atas dasar itu kita harus  berpikir untuk merubah cara berfikir kita dengana berpikir yang holistic. Cara berpikir holistic dengan bersandar pada tiga nilai, yaitu logika, etika dan estetika. Jadi setiap ada permasalahan dan ada ide baru harus dilihat dari benar dan salah dari aspek logika, baik buruk dalam bersikap dilihat dari etika dan indah tidak indahnya sikap serta ide yang akan dilakukan dilihat dari aspek estetika. 

Dengan demikian aplikasi gandeng gendong diharapkan dapat berjalan secara harmoni dan mampu memberikan kekuatan karena bersinergi lintas sector. Besar harapan berjalanya program gandeng gendong didalam jangka waktu lima tahun angka kemiskinan di kota Yogyakarta akan menurun dan tingkat kesejahetraan masyarakat Yogyarta meningkat, sehingga Yogyakarta benar-benar sebagai kota berhati nyaman.

Penulis : Sugiyanto. S.Sos. MM 

(Konsultan Manajemen UMKM Dinas Koperasi UKM Transmigrasi & Tenagakerja Kota Yogyakarta, Dosen STPMD ?APMD?  Yogyakarta)

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.