Berita Nasional Terpercaya

DAI Gelar Ajang Pertemuan Internasional Komunitas Aroma se-Asia di Jogja

0

Bernas.id – Dewan Atsiri Indonesia (DAI) menyelenggarakan kegiatan AAC (Asian Aroma Therapy Conference) dan AAIC (Asian Aroma Ingredient Conggres) di Hotel Royal Ambarukmo, Yogyakarta, yang dimulai tanggal 23-26 April 2018. Kegiatan internasional ini merupakan ajang pertemuan komunitas aroma se-Asia, yang terdiri dari pengusaha, peneliti, dan pengembang minyak atsiri, 23 April 2018.

Dalam konferensi persnya kepada media, Robertus J Gunawan, ketua umum DAI menyebut bahwa event ini merupakan event yang kedua di Indonesia, yang pertama di Bali tahun 2012. ?Ajang ini pertemuan dari hulu ke hilir. Kita dulu hanya menyelenggarakan bahan bakunya. Sekarang ke aplikasinya, ke aromatherapinya. Itu adalah hilirnya,? katanya.

Disebut Robby, sapaan akrab ketua DAI, Bali yang merupakan tujuan paling utama untuk wisata di dunia dan Indonesia, paling banyak menggunakan produk-produk aromatherapi dengan tanpa menyadari bahwa produk yang mereka gunakan itu asalnya merupakan produk yang sedang melakukan konvensi ini. ?Kita harus mengedukasi mereka bahwa ada yang natural dan sintetik. Konvensi ini menemukan industri yang menyediakan bahan baku dan industri yang menggunakannya,? ujarnya.

Dikatakan Robby, Indonesia penghasil minyak nilam terbesar, yaitu 90%. ?Gunanya mengikat wangi. Jadi kalau pakai parfum bisa tahan pagi sampai sampai sore masih wangi. Minyak pala kita suplai 80% ke dunia untuk minuman beraroma cola. Tanpa ada minyak pala tidak jadi minuman cola,? katanya.

Salah seorang dari PT Haldin Pacific Semesta, yang pabriknya berlokasi di Cibitung, menyebut bahwa mengolah minyak dari sereh wangi dan jahe menjadi yang terbesar. ?Sereh wangi untuk karbol dan aromatherapi. Ekstrak jahe dipakai untuk mengikat rasa dan aroma. Tidak berdiri sendiri untuk campuran, blendingan,? jelasnya.

PT Haldin pun biasanya menjual minyaknya ke pabrik kosmetik, rata-rata diekspor ke Eropa dengan nilai 70 persen ekspor dan 30 persen untuk lokal. ?Di Eropa tidak ada rempah, biasanya ke negara-negara empat musim. Sudah organik, yang bebas peptisida dan herbisida,? imbuh dari penjaga stand PT Haldin.

Sementara itu, Pambudi Husodo dari PT Silva Nusantara Investama kepada Bernas.id menyebut bahwa perusahaannya yang berdiri tahun 2013 ini awalnya hanya memproduksi kayu sengon, tapi kini juga menghasilkan minyak nilam, bahan baku parfum. ?Saat ini mengembangkan di Banten, kebun kita ada di sana, 3200 hektar. Kita kerjasama dengan Salim Group. Aslinya kita pengusaha kayu tadinya, hanya kalau cuma kayu saja tidak terlalu produktif, lalu ada agro forestry-nya, tanaman-tanaman semusimnya. Kita kembangkan aroma tree karena melihat struktur tanah, kondisi yang kita miliki, sumber daya yang kita punya. Kita relatif masih baru di industri atsiri,? bebernya.

Dijelaskan Pambudi alasan mengikuti konvensi di Hotel Royal Ambarukmo. ?Kenapa kami ada di sini, kita ingin membidik langsung para penggunanya. Kekuatan kami adalah petaninya, yang menanam, kami yang mengembangkan. Kompetensi kami adalah menanam, mengembangkan, bertahap sampai nanti pengolahan menjadi minyak. Tahun ini, kami akan membuat pengolahan. Setelah Lebaran, kami akan produksi. Nah perusahaan-perusahaan di sini adalah konsumen-konsumen kami,? jelasnya.

Diketahui, komunitas aroma se-Asia ini dibangun pada tahun 2010 di Delhi, India dengan kurang lebih 200 peserta dan kini telah berkembang menjadi 600 peserta. Komunitas aroma se-Asia ini terdiri dari komunitas aroma EOAI dan FAFAI dari India, komunitas aroma DAI dari Indonesia, komunitas CHINAEASA dari China. Lalu, pada tahun 2017 bertambah lagi, yaitu komunitas/organisasi aroma J-NEOA dari Jepang, CAA dari China, IFTACMA dari Taiwan, KAEAS dari Korea Selatan, dan EOPAA dari Australia. (Jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.