Berita Nasional Terpercaya

Dr Sahiron: Pancasila dan NKRI Mengikuti Kanjeng Rasul ketika Menyusun Piagam Madinah

0

Bernas.id ? Senat Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga (Suka) mengadakan Seminar Kebangsaan bertajuk ?Menjaga Keutuhan NKRI dari Radikalisme dan Politisasi Agama di Gedung Teatrikal Fakultas Dakwah. Latar belakang diadakan seminar ini karena di masyarakat muncul potensi konflik horizontal semakin menguat jelang tahun politik, Selasa 24 April 2018.

Salah satu pemateri, Dr Phil Sahiron Syamsudin, Wakil Rektor II UIN Suka Jogja memaparkan dari perspektif akademis tentang salah satu faktor penyebab radikalisme, yaitu pemahaman agama yang masih rendah. ?Radikalisme agama muncul karena orang-orang yang radikal tersebut tidak memahami agama dengan baik,? ujarnya.

Diceritakan Dr Sahiron, pernah menulis satu artikel tentang jihad. ?Setelah saya meneliti ayat-ayat jihad dan khususnya ayat perang, yang nanti memunculkan radikalisme. Ketika seseorang salah memahami ayat-ayat tentang perang, ujungnya akan menjadi radikal. Karena itu, saya mencoba melakukan penelitian, bagaimana ayat jihad itu dipahami. Kebetulan saya waktu itu menulis dari Quran, surat Al-Hajj 39-40, ayat ini menjadi surat yang pertama kali diturunkan kepada Kanjeng Rasul Muhammad SAW tentang perang. Saya lakukan analisa secara bahasa, secara historis, dan mencari maksud utama dari ayat perang tersebut,? ucap ceritanya.

Dari penelitian itu, Dr Sahiron sampai pada satu kesimpulan. ?Kalau kita perhatikan secara historis, kita tahu ketika Nabi Muhammad berdakwah di Mekkah menghadapi sekian banyak tantangan, missal Nabi mau dibunuh, orang yang mau masuk Islam disiksa, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan ada wanita masuk islam disiksa sampai mati,? tuturnya.

Namun, dari sekian panjang waktu, lanjut Dr Sahiron, Nabi Muhammad justru selalu dinasehati oleh Allah SWT, ?Muhammad bersabarlah kamu, Muhammad biarkanlah mereka itu melakukan apapun, tetapi kamu tetap terus berdakwah,? tukasnya.

Dikatakan Dr Sahiron, ada tujuh puluh ayat turun untuk melarang Nabi melakukan kekerasan balik. Tujuh puluh ayat hanya menyampaikan, Muhmamd bersabarlah, maafkanlah mereka, melarang Rasulullah berhadapan secara fisik kepada orang-orang musyrik Mekkah yang melakukan penindasan kepada nabi dan pengikutnya.

Selanjutnya, lanjut cerita Dr Sahiron, Nabi diperintahkan hijrah ke Madinah. Ketika hijrah ke Madinah, posisi nabi saat itu, sebagai republikan, yakni sosok atau pimpinan yang mampu menyatukan seluruh komponen yang ada di Madinah. ?Ketika hijrah di Madinah, di situ ada orang Yahudi, ada orang Nasrani, ada orang Islam. Nabi kemudian berpikir bagaimana menyatukan komunitas yang beragam ini. Komunitas yang beragam ini disatukan nabi dengan membentuk Piagam Madinah, Piagam pemersatu bangsa Madinah waktu itu. Nabi meski seorang pimpinan Muslim mengakui eksistensi Yahudi, eksistensi Kristiani, mengakui agama apapun yang ada di Madinah waktu itu. Dibentuklah Piagam Madinah, kesepakatan bersama antarseluruh komunitas yang beragam agamanya dan seluruh suku yang ada di dalamnya,? bebernya.

Dari sejarah tersebut, Dr Sahiron pun mengambil kesimpulan bahwa Rasulullah bukan seorang kolifah ajaran Hizbut Tahrir, bukan, tetapi Rasulullah adalah seorang republikan yang menyatukan seluruh bangsa yang berbeda, baik itu dari sisi agama atau sisi suku.? Nah Piagam Madinah yang mempersatukan umat atau komunitas yang ada di Madinah tersebut, kemudian ditiru oleh kyai-kyai dan para ulama di Indonesia dengan menyetujui Pancasila sebagai pemersatu bangsa. Pancasila dan NKRI mengikuti Kanjeng Rasul ketika menyusun Piagam Madinah. Jadi, Rasulullah bukan seorang kolifah ala HTI alat Hizbut Tahrir, tapi republikan yang mampu mempersatukan bangsa yang beragam,? paparnya.

Untuk itu, Dr Sahiron berpesan kepada para mahasiswanya di UIN SUKA Jogja. ?Ketika mempertahankan NKRI mempertahankan Pancasila itu mengikuti Rasulullah yang menciptakan Piagam Madinah. Jadi tidak usah nanti tergiur oleh propaganda apapun atas nama agama atau politisasi agama. Rasululah sendiri seorang republikan. Lihat di Surat Al-Maidah. Siapapun di Madinah hidup dengan damai, meski akhirnya paigam ini dikhianati kelompok tertentu. Yang penting paigam Madinah adalah pengikat, pemersatu bangsa Madinah,? katanya tegas. (Jat) 

Leave A Reply

Your email address will not be published.