Berita Nasional Terpercaya

Kisah Tombak Kanjeng Kyai Turun Sih, Pusaka untuk Kabupaten Sleman dari Keraton Jogja

0

Bernas.id – KRT Jatiningrat atau akrab disapa Romo Tirun bercerita tentang kisah tombak Kanjeng Kyai Turun Sih milik Keraton Ngayogyakarta yang kini menjadi pusaka Kabupaten Sleman di acara bedah buku Kabupaten Sleman dalam Sejarah. ?Waktu itu berembug dengan Arifin Ilyas (bupati sleman waktu itu-red) yang rasan-rasan, Sleman sudah begini, tapi kok belum punya tetenger (tanda-red) dari Keraton, tapi jangan sampai membebani Keraton,? tuturnya di Museum Taman Wisata Candi Prambanan, Senin 14 Mei 2018.

Akhirnya, keduanya sepakat untuk membuat tetenger itu, misal tombak atau keris yang pura-puranya Sultan memberikan ke Kabupaten Sleman, tapi biayanya yang menanggung mereka berdua. ?Kemudian, saya diutus untuk bertemu pada seorang Mpu yang kondang di daerah Sleman, bernama Mpu Jeno Arumbrojo pada waktu itu, malah diketawakan saya waktu itu. Mpu, umpamanya kita mau bikin pusaka, nanti yang ngeresmikan Ngarso Dalem, tiga bulan sebelum hari jadi,? bebernya.

Diceritakan Romo Tirun, Mpu Jeno waktu itu malah menjawab, ?Wah, kalau bikin pusaka, tiga bulan itu dapat apa, tidak mungkin  mendapatkan satu barang yang bagus. Yang namanya Keraton, yang namanya pusaka banyak sekali di sana.?

?Saya jadi ingat waktu itu, memang di Tepas Keprajuritan yang kebetulan saya tugas di situ, itu ada yang bisa diberikan kepada Kabupaten Sleman. Terus terang, pada waktu itu, saya cuma  untung-untungan saj, tapi barangnya ada,? kata Romo Tirun.

Untuk tujuan itu, Romo Tirun pun segera berbicara kepada Ngarso Dalem, Sri Sultan Hamengkubuwono X. ?Itu Kabupaten Sleman meminta diberikan tetenger yang berwujud pusaka, Saya sudah memilihkannya di Tepas Keprajuritan. Kemudian pada waktu itu, kita bersihkan, lalu diperlihatkan kepada Sultan yang berkomentar, wah apek iki,? ujarnya.

Lebih lanjut, Romo Tirun pun menanyakan mengenai masalah keadaan pusaka tersebut, apa pamornya, apa dapurnya, dan sebagainya itu. ?Bentuknya itu lurus,? imbuhnya.

Disampaikan Romo Tirun, suatu kebetulan lagi yang luar biasa pada waktu itu karena sewaktu ketemu Romo Supono, ia berkomentar bagus, yaitu dapurnya itu cekel baluluk dan pamornya wos wutah wengkon. ?Saya kaget, wuh cocok banget sama Kabupaten Sleman. Jadi, dengan adanya pusaka itu, kita sebetulnya wajib mempertahankan lahan persawahan, agricultur itu. Kalau sekarang lahannya ditanami bangunan-bangunan, nah ini tidak cocok,? imbuhnya.

Untuk itu, menurut Romo Tirun, perlu sekali, pusaka Tombak Kanjeng Kyai Turun Sih ini diekpos. ?Sebetulnya leaflet yang lama sudah ada fotonya. Ini nanti untuk memperkuat, mengingatkan pendirian Kabupaten Sleman mengenai masalah kebijakan pertaniannya. Kita itu dulu waktu menerima pusaka, 40% beras dari Kabupaten Sleman. Jadi, kalau ini dijadikan satu pegangan, kemandirian itu bisa dipertahankan dengan baik,? paparnya.

Romo Tirun pun menjelaskan makna nama tombak Kanjeng Kyai Turun Sih. ?Sih itu Asih. Turunnya dari Keraton ke Kabupaten Sleman, jadi antara Keraton dan Kabupaten Sleman dasarnya adalah asih tadi. Wah pas banget itu. Namun sekarang (Tombak Kanjeng Kyai Turun Sih-red) tidak pernah dibunyikan dan tidak pernah menjadi motivasi untuk mempertahankan lahan pertanian sehingga keadaannya semakin lama, lahan tanah itu semakin berkurang untuk kepentingan pertanian. Kebanyakan sudah berubah beton semua,? ucapnya. (Jat) 

Leave A Reply

Your email address will not be published.