Berita Nasional Terpercaya

Aktif Kegiatan Ekstrakurikuler Membawa Tita Dapat Beasiswa ke Taiwan

0

Bernas.id-Mendapatkan nilai tinggi di sekolah tidak menjamin seorang siswa mendapat beasiswa di perguruan tinggi terkemuka, apalagi di luar negeri. Namun, dengan aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah (intrakurikuler) maupun di luar sekolah (ekstrakurikuler) bisa menjamin seseorang untuk mendapatkan beasiswa atau diterima di perguruan tinggi ternama, bahkan di luar negeri, meski dengan nilai mata pelajaran yang biasa-biasa saja. Karena keaktifan dalam berbagai kegiatan di sekolah maupun di luar sekolah memberi nilai lebih dan softskill bagi seseorang.

Baca juga: Apa Itu Jurusan Sistem Informasi? Inilah Mata Kuliah dan Prospek Kerjanya

Itulah yang dialami Gupita Nadindra Fatima, salah satu siswi SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, yang lulus tahun 2018 ini. Putri semata wayang Ir Tri Suparyanto, staf ahli Bupati Bantul ini, lolos seleksi yang ketat melalui Taiwan Center-UNS untuk mendapatkan beasiswa S1 Taiwan Industry-Academia Collaboration, untuk kuliah di universitas teknologi terbaik di Taiwan, Cheng Shiu University, prodi S1 Manajemen Industri Bisnis.

“Selama ini saya memang aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah. Dan itu merupakan nilai lebih yang membuat saya bisa diterima dan mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Taiwan melalui Taiwan Center-UNS. Karena salah satu syarat untuk mendapatkan beasiswa tersebut adalah keaktifan dalam berbagai kegiatan di sekolah, bukan sekadar nilai mata pelajaran yang tinggi,” kata Tita-sapaan akrab Gupita Nadindra Fatima, yang ditemui bernas.id di kediamannya, di Jalan KH Ali Maksum No 45C Saraban, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Selasa (15/5/2018).

Kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti Tita selama sekolah di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta, antara lain aktif mengikuti lomba Karya Ilmiah Remaja (KIR), menjad anggota Pertukaran Pelajar Kota Yogyakarta 2016, anggota Klinik Science 2014. Selain itu, mengikuti les mata pelajaran, les Bahasa Inggris (ELTI) Yogyakarta,  Bahasa Jerman di Pusat Studi Jerman di UGM, les tari Jawa Klasik di dalem Pujo Kusuman dan les Piano (privat).

Baca juga: 5 Universitas Jurusan Sistem Informasi Terbaik di Indonesia

“Dengan mengikuti berbagai kegiatan tersebut membuat saya percaya diri yang melahirkan sejumlah prestasi di luar prestasi akademik,” tutur gadis cantik kelahiran Yogyakarta, 6 November 1999 ini.

Pencapaian dan prestasi yang diraih antara lain juara 1 Lomba Penulisan Esai dengan Tema Emplementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka Gebyar Hardiknas  2016 yang diadakan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, meraih medali Perunggu Lomba Karya Ilmiah Remaja (Sagasitas Research Competition) yang diselenggarakan oleh Disdikpora DIY tahun 2016, peringkat 7 Lomba Karya Tulis ilmiah Remaja se DIY-Jateng Astra Honda Best Studengt (AHMBS) tahun 2016.

Selain itu, juara 2 Lomba Majalah Dinding tingkat SMA/SMK se DIY-Jateng, MA/SMK Fakultas Teknik UGM tahun 2015 (sebagai Pemimpin Redaksi, peringkat 5 Lomba Karya Tulis ilmiah Bidang UMKM, se-DIY-Jateng STT-AKPRIND tahun 2015 dengan judul “Pengaruh Penggunaan IT terhadap Industri Kecil di Kampung Cyber, Taman, Kraton Yogyakarta dan sebagainya.

Meski sebagai anak tunggal yang biasanya dimanja, namun Tita mengaku berani meninggalkan kedua orangtuanya selama sekitar 4 tahun untuk kuliah di luar negeri. “Sudah biasa ditinggal sendirian di rumah oleh ayah dan ibu. Jadi, kuliah di luar negeri jauh dari orangtua gak masalah. Apalagi, cita-cita kuliah ke luar negeri sudah ada sejak saya sekolah di SMP,” kata gadis remaja yang punya hobi membaca cerpen, novel cinta dan sejarah, menulis puisi, mendengarkan musik dan nonton pentas musik jazz, menonton film animasi, film petualangan dan horror serta suka kuliner dan jalan-jalan ini.

Baca juga: 5 Universitas Jurusan Kewirausahaan Terbaik Indonesia

Menurut sang ayah, Tri Suparyanto, pihaknya sangat mendukung keingingan sang putri tunggal untuk kuliah di luar negeri. Apalagi, selama kuliah ia mendapat beasiswa penuh mulai dari awal kuliah sampai selesai. Bahkan, setelah lulus mereka diberi pilihan bekerja di perusahaan-perusahaan milik Taiwan di Asia Tenggara atau menjadi dosen.

Tri Suparyanto yang juga seorang jurnalis ini mengaku, Program Beasiswa S1 Taiwan Industry-Academia Collaboration sangat bagus untuk mendidik mahasiswa calon manajer industri handal berwawasan internasional dengan pola pendidikan link and match sesuai kebijakan New Southbound Policy Pemerintah Taiwan.

“Taiwan dan negara maju lain (termasuk Amerika Serikat, Jerman dan Jepang) memiliki pola pendidikan dual system, yakni sistem vokasi : Vocational High School dan Technology University (pendidikan khusus dengan 30 persen teori dan 70 persen praktek) serta sistem umum (untuk SMA-high school tidak ada penjurusan),” kata Tri Suparyanto yang menjadi staf ahli bidang pendidikan Bupati Bantul ini seraya menambahkan bahwa dengan sistem pengajaran yang komprehensif menjadikan seluruh lulusan SMK/SMA/MA tanpa melihat jurusan bisa melanjutkan pendidikan di universitas Taiwan. (lip)

Baca juga: 13 Universitas Jurusan Akuntansi Terbaik Indonesia dan Luar Negeri
 

Leave A Reply

Your email address will not be published.