Berita Nasional Terpercaya

Penulis Diaz Radityo, Kita Tidak Mungkin Menulis Tanpa Membaca

0

Bernas.id – Himpunan Mahasiswa Program Studi Sosiologi (HMPSSos), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) menggelar seminar nasional dengan tema “Generation of Digital Media: The Creators of The Change”. Diaz Radityo, seorang penulis buku turut diundang untuk menceritakan proses kreatifnya, Kampus IV, Gedung Teresa, UAJY, Jumat 18 Mei 2018.

Diaz Radityo menyebut penulis zaman sekarang harus banyak datang ke komunitas-komunitas dan masuk ke media sosial kita. “Bangun jaringan kita dan bangun komunitas yang banyak, itu yang menjadi market. Kita harus mulai berani menulis satu dua paragraf setiap hari,” ucapnya.

Baca juga: Pengertian Interpretasi, Tujuan, dan Macam-macamnya

Disampaikan Diaz tentang pentingnya setiap hari harus menulis karena akan melatih kita. “Tulisan itu akan bagus kalau terus dilatih seperti kita mau akan UNBK,” imbuhnya.

Bagaimana kita bisa menemukan karakter menarik, menurut Diaz, karakter tokoh itu akan muncul ketika kita membuat outline dan biasanya akan membuat penokohan. “Di dalam penokohan, kita akan ngobrol bagaimana aspek sosiologis, psikologis, kemudian fisiknya. Lama-kelamaan, ketika kita sering berlatih maka kita akan menemukan sebuah karakter yang pas untuk tulisan kita,” jelasnya.

Ditegaskan Diaz, dari awal kita memang harus banyak membaca sehingga sedikit banyak akan mendapat pengaruh dari penulis idola kita, misal yang baca Dewi Lestari mesti tulisannya akan meniru Dewi Lestari. “Yang menjadi tantangan bagaimana kita bisa keluar dari Dewi Lestari. Itu bukan kesulitan, tapi akan berjalan seiring dengan latihan menulis kita,” tuturnya.

Baca juga: 18 Jenis Konjungsi, Pengertian, dan Contoh Kalimat Terlengkap

“Misalnya kita akan menulis karakter orang Jawa, kita lakukan studi. Orang suku Jawa itu fisiknya seperti apa sih, kebiasaannya seperti apa. Itu akan semakin memperuncing atau mempertajam tulisan.  Kita tidak mungkin menulis tanpa membaca. Penulis itu memperjuangkan gagasan,” beber Diaz.

Dikatakan Diaz, writer block atau kebuntuan ide saat menulis adalah kemalasan kita. “Ketika tidak memulai, ide kita akan ditikung sama orang, misalnya akan menulis cinta kepada bangsa, tiba-tiba sudah ada yang bikin. Begitu ada ide, tuliskan. Kalau menghadapi  writer block, pergi ke tempat yang disukai, bahagia-bahagia di situ. Kalau masih belum berhasil, ya jangan dipaksa. Sehari itu harus punya target, sehari dua halaman atau lima halaman,” paparnya.

Untuk itu, Diaz menyarankan calon para penulis untuk cari waktu terbaik. “Di waktu itu produktiflah. Kita sering punya tulisan ada cacat, itu biasa dan Itu proses. Apa yang kita tulis, itu yang kita kuasai. Mulai sekarang menulislah, banyaklah membaca. Bantulah dirimu sendiri menjadi orang yang melek literasi. Orang yang tidak melek literasi gampang dibodohi. Setelah banyak membaca, banyaklah berkarya. Sebarkan kebaikan untuk negeri ini,” pungkasnya. (Jat)    

Baca juga: 51 Jenis Font Keren untuk Desain dan Menulis Buku

Leave A Reply

Your email address will not be published.