Berita Nasional Terpercaya

Rumah Heritage Ini Tawarkan Penginapan Sensasional Ala Priyayi Kraton Jogja

0

Bernas.id – Yogyakarta memang istimewa terutama dalam hal pariwisata. Destinasi wisata yang ada bisa dikatakan cukup lengkap, hamparan alamnya yang menawan, gunung, lembah, gua, dan pantai.

Belum lagi wisata heritage, wisata budaya dan religi, wisata kuliner, hingga wisata belanja. Sehingga tidak mengherankan apabila musim liburan atau lebaran ini menjadi tujuan wisata maupun mudik bagi masyarakat yang berasal dan atau pernah tinggal di Yogyakarta.

Seperti yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata DIY Ir Aris Riyanta, MSi, (Bernas.id, 12/6), bahwa, target peningkatan kunjungan wisata dalam liburan dan lebaran 2018 ini, diperkirakan ada peningkatan berkisar 10 – 15 persen dari tahun sebelumnya. Artinya, ada wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan manca negara yang berlibur ke Yogyakarta diperkirakan 3.742.100 wisatawan.

Sementara, bagi para pemudik atau wisatawan yang telah berulangkali berkunjung ke Yogyakarta peningkatan layanan agar membuatnya betah berupa nuansa-nuansa baru juga diperlukan, salah satunya adalah fasilitas penginapan.

Banyaknya hotel yang dibangun di Yogyakarta bukan jaminan wisatawan menjadikan betah menginap, justru keberadaan desa-desa wisata dan perkampungan wisata yang masih memiliki bangunan heritage dan mempunyai fasilitas penginapan bisa menjadi sebuah solusi bagi para wisatawan yang telah bosan menginap di hotel.

Adalah wilayah Njeron Beteng (dalam beteng) Kraton Yogyakarta yang terbagi dalam tiga wilayah kelurahan, yaitu Kelurahan Panembahan, Kelurahan Patehan, dan Kelurahan Kadipaten banyak bangunan rumah-rumah lama dan masuk dalam kategori cagar budaya/ heritage kini banyak beralih fungsi bukan sebagai tempat tinggal namun menjadi usaha penginapan atau homestay.

?Wilayah Kelurahan Panembahan sendiri, ada sekitar 7 rumah kuno atau ndalem yang dijadikan penginapan atau homestay oleh pemiliknya. Sedangkan rumah dengan bangunan model baru ada berkisar 22 penginapan. Penginapan atau homestay tersebut tersebar di Kampung Mangunegaran, Gamelan, Langenastran dan Langenarjan,? jelas Lurah Panembahan, Purnama, SE, Kamis (14/06/2018).

Bernas.id mencoba untuk keliling di kampung-kampung yang disebutkan oleh Lurah Panembahan dan berkesempatan mewawancarai pengelola Ndalem Gamelan, salah satu rumah kuna yang menjadi homestay. Penjaga yang sekaligus pengelola Aip Purwantie, menjelaskan, bahwa rumah kuna yang berada di Jalan Gamelan, Kelurahan Panembahan, Kecamatan Kraton Yogyakarta ini, merupakan bangunan akhir abad 19, berbentuk Limasan khas bangunan rumah Jawa yang dipengaruhi gaya Eropa.

Rumah peninggalan Ngabehi Kudosuwito, seorang lurah petinggi dari Kraton Yogyakarta ini, mempunyai luas tanah 800 meter, berbentuk Limasan dipengaruhi gaya Erop pada ornament dinding dan lantainya, di depan rumah terdapat bangunan sumur tua, merupakan bukti bahwa dahulu pemiliknya adalah orang yang terpandang, setidak-tidaknya masih keturunan ningrat atau priyayi.

?Setelah dibeli dari pewarisnya oleh pemilik baru pasangan Heroe Soelistiawan dan Duhita Hayuningtyas, pada tahun 2007 dipugar dikembalikan pada bangunan bentuk aslinya. Sehingga menjadi berbentuk seperti sekarang, dengan kamar-kamar yang ada pun telah disesuaikan guna kepentingan homestay tanpa menghilangkan khasnya rumah Jawa. Selain untuk penginapan, rumah ini juga sering disewa foto pre wedding, juga untuk shoting film,? ujar Aip Purwantie.

Sebagai tempat penginapan, Ndalem Gamelan oleh pemiliknya Heroe Soelistiawan dan Duhita Hayuningtyas dikonsep sebagai ?Private Guest House?, dengan jumlah 5 kamar yang terdiri dari, 1 Kamar Family, 2 Superior, dan 2 Stadart, artinya penyewa atau wisatawan yang menginap bisa menyewa satu kamar saja atau keseluruhan kamar yang ada. Dari buku tamu, dalam satu bulannya tercatat jumlah kamar yang laku berkisar 20 kamar, dengan lama menginap 7 – 15 hari.

Lokasi yang strategis di wilayah Njeron Beteng yang notabene dekat Kraton Yogyakarta dan di antara perkampungan asli, masih terdengar suara kicauan burung dan kokok ayam menjadi sensasi tersendiri dan mengingatkan romansa kehidupan priyayi jaman dahulu. Untuk menikmati kuliner khasnya Jogja pun cukup dekat, selain sentra kuliner Gudeg Wijilan yang ikonik, juga ada Bakmi Jawa, Wedang Ronde, Beras Kencur dan kuliner angkring di seputaran Alun-alun Selatan (Alkid) Yogyakarta di waktu malam. (ted)

Leave A Reply

Your email address will not be published.