G2R Tetrapreneur, Inovasi dari Jogja untuk Pasarkan Produk Desa Tembus ke Level Global
Bernas.id ? Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan penjajakan awal dengan produk unggulan dari Desa Wukirsari dan Girirejo, Imogiri, Bantul terkait Program Global Gotong (G2R) Tetrapreneur yang diinisiasi Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. G2R Tetrapreneur merupakan sebuah inovasi gerakan wirausaha desa berbasis 4 plar yang bertujuan menurunkan angka kemiskinan
Profesor Rika Fatimah, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gadjah Mada, dalam acara yang berlangsung di Ruang Rapat Nyai Ageng Serang 3, DIY, Selasa (14/8/2018). mengatakan kegiatan G2R ini disupport oleh BPPM yang merupakan program unggulan dari Gubernur DIY. ?Tetrapreneur itu sebetulnya bukan dimulai tahun 2018. Dulu inisiasi modelnya pernah saya paparkan di forum dunia yang dihadiri 22 negara yang diadakan di Perak, Malaysia. Industri, community, pemerintah, akademisi yang dikemas dalam satu mekanisme yang terstrukur, tapi dinamis,” jelasnya.
Menurut Prof Rika, model Tetrapreneur ini kemudian ditangkap Bappeda DIY, lalu UGM dipartnerkan dengan BPPM untuk mengeksekusi program G2R Tetrapreneur ini Global. ?Program ini merupakan karya anak bangsa,? ucapnya.
Prof Rika menyebut fenomena Global Village yang terjadi saat ini, bukan merupakan ancaman, tapi justru itu merupakan kelebihan untuk desa-desa kita karena artinya setiap produk yang aneh dan unik, pasti ada yang beli. ?Sekarang bukan modelnya lagi mau membuat produk survei pasar, itu zaman dulu. Sekarang sudah internet dan digitalisasi buat saja sesuai karakter desa, pasti ada yang bali,? tuturnya.
?Karena sekarang modelnya bukan marketing berbasis value, tapi marketing based aspiration yang akan dibeli oleh pasar. Dan sudah banyak desa kaya akan itu,? imbuhnya.
Program G2R, menurut Prof Rika, merupakan gerakan yang terstruktur karena dibuat dalam satu unit khusus di bawah BumDes. Program G2R Tetrapreneur merupakan gerakan wirausaha berbasis 4 pilar yang terdiri dari 4 Tetra.
Menurut Prof Rika, Tetra 1 merupakan rantai wirausaha. ?Rantai wirausaha itu adalah bagaimana menciptakan suatu produk unggulan desa yang dari hulu dan hilir perputaran uangnya tertutup hanya di desa,? katanya.
Setelah itu, sebut Prof Rika, naik ke Tetra 2 yang sangat ditentukan oleh peran industri, media, dan stakeholder karena di Tetra 1 itu, desa-desa sudah pintar membuat produk, hanya tinggal dipoles sedikit sudah jadi, tapi ketika berbicara tentang pasar kompetisi, itu yang menjadi masalah.
?Di Tetra 2, hanya akan membuat penciptaan pasar berbasis non-kompetisi. Jadi, kalau industri atau stakeholder menjadi mitra G2R diharapkan ada skema CSR atau kalau ada event silakan memilih saja produk-produk G2R. Jadi, dengan pasar berbasis non-kompetisi memang ada skema CSR yang wajib untuk dikeluarkan dengan skema kerjasama untuk kepastian pembeli,? bebernya.
Prof Rika mencontohkan skema CSR di Tetra 2, misal tahun pertama membeli 100 bungkus, tapi besok kalau mau suplai produk lagi, tolong potongannya jangan tebal-tebal lagi kayak ini dan mitra ini memberi mesinnya. ?Setelah itu, mereka memotong dengan mesin yang diberikan. Ketika potongannya sudah bagus, tapi ini kok ada yang manis dan asin ya. Oh ini saya ada kenalan chef, saya fasilitasi. Tolong Chef ajari mereka agar rasanya seperti ini. Mereka kemudian diajari. Rasa sudah oke dan potongannya sudah oke, mitra minta packing khusus. Jadi, dana CSR itu tetap keluar, tapi tidak hanya dikasih begitu saja,? jelasnya.
Setelah semuanya sudah oke, baik dari rasa, kemasan, dan produk, lanjut Prof Rika, mitra bisa memfasilitasi mendaftarkan produk unggulan desa itu di BPOM untuk sertifikasi halal. ?Pada akhirnya, terciptalah suatu produk yang memang terstandar secara industri. Ketika berproses mereka tidak pernah kosong dalam arti tetap punya penghasilan dan CSR mitra jalan, ? ucapnya.
?Ketika dengan semua pihak sudah oke, silakan dilepas. Ketika dilepas, mereka punya karakter cara membuat produk untuk menembus pasar kompetisi. Inilah Tetra 3. Di Tetra 4, tahun 2020, baru akan dibranding. Kita akan keluar (pasar global-, ed) dengan difasilitasi DIY atau nasional,? ujarnya.
Dalam kegiatan Program G2R ini banyak dihadiri mitra dari berbagai industri usaha seperti perwakilan dari pengusaha mall, pelaku usaha wisata, para pemilik minimarket berjejaring, komunitas otomatif, dan lain sebagainya. (Jat)