Berita Nasional Terpercaya

UGM Siapkan Unit Pengolahan Limbah Batik Kayu

0

Bernas.id- Batik biasanya ditorehkan di atas kain, tapi  kita bisa menemukannya pada media kayu di dua desa wisata penghasil kerajinan batik kayu, yakni Desa Wisata Krebet, Pajangan, Bantul dan Desa Wisata Bobung, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kedua desa tersebut dikenal sebagai penghasil produk kerajinan tangan batik dari bahan kayu. Meski dari usaha kerajinan ini memberikan dampak perekonomian masyarakat setempat, tapi produksi kerajinan batik kayu ini masih mengandalkan permintaan pasar yang berlaku musiman untuk diekspor atau dijual di dalam negeri.

Isu lingkungan menjadi tantangan bagi usaha kerajinan batik kayu ini untuk di masa mendatang. Pasalnya penggunaan pewarna batik dan limbah kerajinan kayu batik mengandung bahan kimia sehingga perlu untuk diatasi agar isu lingkungan tidak menjadi hambatan dalam memperluasnya jangkauan produk tersebut di luar negeri.

Dosen Fakultas Geografi UGM Dr Dyah Widiyastuti menyampaikan penelitiannya mengenai limbah pengolahan batik kayu ini, memang belum terjadi kerusakan lingkungan yang disebankan dari buangan  limbah kerajinan tersebut. Oleh karena itu, proses pewarnaan batik kayu yang mengandung bahan kimia berbahaya perlu dikelola melalui unit pengolahan limbah.

?Sementara ini kedua desa ini belum memiliki unit pengolahan limbah baik limbah cair maupun padat,? kata Dyah dalam Diskusi soal pengembangan pariwisata batik kayu di Pusat Studi Pariwisata UGM, Senin 12 November 2018.

Ia menerangkan desa wisata batik kayu di Krebet Bantul dan Bobung, Gunungkidul, merupakan jenis wisata minat khusus. Apabila dikelola dengan baik proses pengolahan limbahnya, bisa menjadi salah satu daya tarik wisatawan. ?Wisatawan perlu diedukasi bahwa limbah batik kayu tamah lingkungan dan potensi menjadi daya tarik wisata,? katanya.

Dalam penelitiannya soal penceramaran limbah kerajinan batik kayu ini, sepanjang tiga tahun penelitian, menurutnya belum ditemukan dampak lingkungan yang ditimbulkan di sekitar lokasi pembuangan limbah yang menurutnya masih jauh dari sungai dan sumur. ?Tim peneliti hanya mengambil sampel berupa tanah yang ada di sekitar area produksi,? ujarnya.

Sedangkan, Mukhlison, SHut, MSc, anggota tim peneliti lainnya dari Fakultas Kehutanan, mengakui isu lingkungan kemungkinan bisa hambatan pemasaran produk ini. Untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencemaran lingkungan dari limbah yang dihasilkan pihaknya melakukan penelitian sampel buangan limbah dan mendorong pendirian unit pengolahan limbah di dua desa tersebut.?Harapan kita aktivitas pengolahan limbah ini bisa menjadi antraksi wisata,? katanya.

Dari hasil uji sampel yang diteliti, Mukhlison menyebutkan ada 16 parameter zat limbah yang diukur namun ada lima zat yang dianggap melebihi batas baku mutu yang berasal dari limbah cair yakni zat COD (chemical oxygen demand), amonia, BOD (biologixal oxygen demand), total dissolved solids, da total suspended solids. Namun begitu, katanya, limbah ini umumnya terurai dalam tanah.

Dalam penelitian identifikasi profil pengrajin batik kayu ini, Dyah menuturkan para pengrajin batik kayu ini rata rata laki-laki. Di Desa Krebet sekitar88 persen laki-laki dan 11 persen sisanya adalag perempuan. Sementara di Desa Bobung sekitar 63 persen laki-laki dan 37 persen adalah perempuan. Usia pengrajian rata-rata 20 sampai 55 tahun.

Keahlian dalam usaha membuat kerajinan batik didapat dari pengelaman kerja atau belajar dari rekan kerjanya. ?Umumnya banyak dikerjakan sendiri, hampir semua memiliki keterampilan yang sama,? katanya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.