Berita Nasional Terpercaya

50 Foto Masjid Tiga Era Dipamerkan di UII

0

Bernas.id- Direktur Eksekutif Lembaga Kebudayaan Embun KaIimasada, Hadza Min Fadhli Robby SIP, MSc mengatakan bahwa dalam perjalanan sejarah, masyarakat Indonesia memiliki hubungan yang dinamis dengan masjid.

“Masjid hidup, tumbuh dan berkembang bersama masyarakat. Ketika pemimpin politik mendirikan istana sebagai pusat kekuasaan, masjid didirikan pula sebagai pusat pendidikan dan kerohanian, dan pasar didirikan sebagai pusat ekonomi,” katanya dalam pembukaan Pameran Foto Masjid dari Demak sampai Istiqlal di Gedung Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Minggu 25 November 2018.

Ditambahkan Hadza, seiring waktu, masjid terus bertambah secara kuantitatif, bahkan pada masa penjajahan. “Secara kualitatif, masjid mulai menjadi tempat tumbuhnya perlawanan terhadap penjajah,” ujarnya.

?Menyadari hal ini, ada masa-masa untuk mereduksi peran masjid menjadi sekadar 'tempat ibadah' dan simbol religiusitas. Akibatnya masyarakat memiliki kecenderungan menggunakan masjid sebagai tempat bersujud. Seyogyanya masyarakat menggunakan masjid sebagai sarana menggagas strategi membangun dan merawat peradaban madani,” imbuh Hadza. 

Dikatakan Hadza, Pameran Foto Masjid dari Demak sampai Istiqlal mengajak pengunjung mendiskusikan dan memaknai masjid dalam perspektif holistik. Pameran ini juga mengajak pengunjung tidak hanya sekedar melihat masjid dari segi estetika dan arsitektur, serta menempatkan masjid sebagai tempat yang hanya berurusan dengan spiritual, tetapi juga memosisikan masjid sebagai pembentuk masyarakat dan masyarakat sebagai pembentuk konsepsi masjid.

Pameran akan berlangsung dari 26 November 2018 sampai dengan 25 Desember 2018 di Gedung Yayasan Badan Wakaf UII, Jl Cik Di Tiro No 1 Yogyakarta. 

Pembukaan pameran ini sekaligus menjadi peresmian Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada yang bernaung di bawah Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia. Peresmian lembaga ini juga diisi dengan orasi kebudayaan oleh Prof Dr H Ahmad Syafii Maarif. 

Sementara itu, Kurator Lembaga Kebudayaan Embun Ka|imasada, Hermanu, menyampaikan bahwa pihaknya awalnya agak kesulitan dalam menentukan tema ataupun bentuk pameran ini. ?Setelah beberapa kali pertemuan akhirnya kami menentukan pameran foto tentang masjid. Saat itu kami hanya mempunyai sebuah buku yang cukup lengkap foto dan narasinya, yaitu Sejarah Masjid karangan H Aboebakar yang terbit tahun 1955,? ungkap Hermanu. 

Disampaikan Hermanu, berbekal buku tersebut akhirnya tema dan bentuk pameran ini dapat dipersiapkan. Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada juga memamerkan foto-foto terkini dari masjid-masjid yang terpilih sebagai pembanding untuk melihat perkembangan bentuk masjid di masa lalu dengan masa kini. 

“Pameran ini menyajikan 50 foto masjid yang terbagi menjadi tiga bagian: Masjid Nusantara Era Kerajaan, Masjid Nusantara Era Kolonial, dan Masjid Nusantara Era Kemerdekaan,? tambah Hermanu. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.