Analisa RELI : Saham Rokok Masih Layak Dikoleksi
Bernas.id – Keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan tarif curai rokok di tahun depan akan berdampak pada positifnya margin perusahaan rokok. Dengan cukai tak naik, beban perusahan menjadi jauh berkurang. Untuk diketahui, cukai membebani biaya perusahaan sebesar 45%-55% dari total biaya.
Baca juga: 3 Cara Membeli Saham Bagi Pemula dengan Mudah
Menurut Kepala Riset PT Reliance Sekuritas (RELI), Lanjar Nafi, dalam Siaran Persnya yang diterima bernas.id, Rabu (19/12/2018), dari sisi kinerja tahun depan diprediksi akan semakin cerah. Faktor penting yang mendorong ialah rencana penetapan dua kebijakan oleh pemerintah yang disampaikan pada bulan November lalu.
Kebijakan itu ialah, pertama, cukai rokok tidak akan meningkat pada 2019. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 2 November 2018. Kedua, pemerintah membeberkan 54 industri yang keluar dari Daftar Negatif Investasi (DNI). Dari daftar tersebut, industri rokok termasuk rokok kretek, rokok putih, dan rokok lainnya keluar dari DNI.
“Dengan demikian, relaksasi DNI di industri rokok mengundang Penanaman Modal Asing (PMA) masuk. Di sisi lain, perusahaan akan mendapat kemudahan dalam pengurusan perizinan. Cukai tembakau yang tidak dinaikan akan menambah dorongan positif dari kinerja keuangan saham-saham produsen rokok. Sehingga untuk saat ini masih layak di koleksi,” ujarnya.
Baca juga: 6 Langkah Belajar Investasi dan Trading Saham dari Nol
Meski begitu, diakui Lanjar, ada banyak tantangan pada industri ini. Pertama tentu regulasi pemerintah baik mengenai penjualan, design produk, area merokok dan sponsorship. Kedua mengenai kampanye anti tembakau dari WHO yang terus beraksi pada generasi muda. Ketiga peralihan konsumen dari rokok tembakau ke rokok elektronik.
Hanya saja, dijelaskan Lanjar, dari tantangan diatas 2 tantangan mereda yang pertama dari regulasi pemerintah dari sisi penjualan yang tidak menaikan cukai tembakau meskipun dari design produk dan sponsorship masih dibatasi. Prospek peralihat konsumen dari Rokok tembakau ke rokok elektronik pun mereda.
“November lalu pihak Amerika membatasi penjualan rokok elektrik sehingga peluang penguatan permintaan rokok tembakau meningkat,” jelasnya.
Baca juga: Mengenal Trading Saham dan Cara Jitu Jadi Trader Handal
Dengan cukai yang stagnan margin pendapatan emiten rokok semakin menebal. Di sisi lain, volume penjualan berpotensi meningkat bila harga jual tidak dinaikkan.
Lanjar menyebut, saham-saham yang masih dapat dicermati secara fundamental diantaranya HMSP. Saat ini diperdagangankan dengan PER terendah selama 2 tahun terakhir yakni 30.1x dengan rata-rata PER 2 tahun terakhir di kisaran 33.2x. EBITDA Margin pun masih terjaga diatas 15% dengan perkiraan NPM dikisaran 12%. Konsensus target Price sendiri secara fundamental masih berada di kisaran 4120 secara Fundamental.
“Selanjutnya GGRM memiliki pertumbuhan penjualan 3 tahun tertinggi dari perusahaan sejenis yakni 10.2% berbanding 5.7% rata-rata perusahaan sejenis. EBITDA Margin pun terjaga di atas level 15% dengan NPM diperkirakan 8.8% tahun ini. Konsensus Target Price sendiri secara fundamental berada di level 9000,” pungkasnya. (cdr)
Baca juga: 7 Cara Main Saham Bagi Investor Pemula dengan Mudah