Data Arkeologis: Sendratari Dyah Bhumijaya di Situs Ratu Boko
SLEMAN, BERNAS.ID — PT Taman Wisata Candi (TWC) Unit Ratu Boko bersama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Daerah Istimewa Yogyakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Minggu (13/01/2019), menggelar Sendratari Dyah Bumijaya, bertempat di depan gerbang utama Kraton Ratu Boko, tepatnya di Jl. Raya Piyungan – Prambanan, Gatak, Bokoharjo, Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Acara tersebut digelar sebagai bentuk kepedulian terhadap seni pertunjukkan tradisional. Seperti yang dilansir TWC Media, bahwa lakon sendratari Dyah Bhumijaya menceritakan peristiwa intrik politik di masa kerajaan Medang yang menjadi penyebab peperangan. Lakon yang diambil dari kisah nyata berdasar catatan prasasti Watan Tija yang bertahun 802 Saka (880 Masehi) tersebut, menceritakan peperangan yang diawali dengan penculikan Rakyat Manak (istri Kayuwangi) oleh adiknya Rakyan Landhayan yang kemudian dibunuh oleh prajurit Medang dan dijadikan candi di tengah hutan.
“Kegiatan ini merupakan salah satu misi kami untuk mengembalikan dan memanfaatkan situs Cagar budaya guna mengembangkan seni budaya tradisional di masyarakat. Kami juga akan mengembangkan pagelaran kesenian tradisional lainnya di candi-candi yang ada di sekitar sini, seperti Candi Ijo, Candi Banyunibo dan Candi Barong. Dengan harapan masyarakat dapat lebih mengembangkan kesenian yang ada di daerahnya,”tutur Kasi Pengembangan dan Pemanfaatan BPCB DIY, Wiwit Kasiyati.
Meskipun sempat diguyur hujan yang menyebabkan tempat basah dan acara sempat tertunda, namun pengunjung tetap merasa terhibur dan menikmati pagelaran tari tradisional yang indah nan epik itu. Apalagi usai pagelaran para penari menyerahkan properti tarian, berupa hasil bumi seperti kacang-kacangan, jagung dan ubi rebus yang langsung dinikmati oleh pengunjung wisatawan yang menyaksikan di tempat.
Berkenaan kendala cuaca, General Manager (GM) Unit Ratu Boko, Wiharjanto, akan melakukan evaluasi waktu penyelenggaraan dalam menyikapi cuaca mendung yang diikuti oleh hujan deras sebelum acara dan menyebabkan pagelaran sempat tertunda beberapa waktu.
“Kami akan evaluasi mengenai bulan penyelenggaraan pagelaran kesenian di tempat terbuka semacam ini yang terkendala cuaca apabila musim penghujan. Ke depannya kami akan adakan di musim kemarau, sehingga pemandangan matahari terbenam dapat lebih terpancar dan menjadi latar belakang pertunjukan yang menarik untuk diiabadikan melalui media foto. Dan semoga kerja sama dengan pihak BPCB akan berjalan baik sehingga kami akan terus mengadakan pagelaran kesenian lainnya,”kata Wiharjanto.
Sementara itu, di tempat terpisah Arkeolog muda Nurkotimah atau akrab disapa dengan panggilan Nur Kesawa, Senin (14/01/2019), kepada Bernas.id, menambahkan, bahwa gagasan pagelaran Sendratari Dyah Bhumijaya berawal dari keresahannya dalam memperkenalkan data arkeologis kepada masyarakat umum.
?Data arkeologis sebagai sebuah kekayaan bangsa peminatnya sedikit sekali dan saya sebagai seorang arkeolog muda merasa resah. Dan ketika acara Ratu Boko Festival Tahun 2018, saya bertemu dengan GM Ratu Boko Bapak wiharjanto. Kami berbincang santai dan sharing tentangg keresahan masing-masing. Keresahan Pak Wi (panggilan pak Wiharjanto) dikarenakan pengunjung Ratu Boko belum sebanyak pengunjung Prambanan dan Borobudur,?papar Nur.
Arkeolog muda yang kini sedang menempuh pendidikan S2 Arkeologi UGM Angkatan 2017 atas Beasiswa LPDP Kemenkeu, juga memaparkan, bahwa Situs Ratu Boko memiliki keunikan tersendiri, pengunjung dapat menikmati suasana matahari tenggelam (sunset) dengan indahnya. Terlebih dipadukan dengan mahakarya adiluhung bangunan candi Abad ke 8-9 Masehi tersebut.
?Dari bincang-bincang tersebut kemudian tercetus untuk menampilkan sendratari yang diambil dari kisah nyata (diambil dari prasasti). Saya mencari data prasasti yang isinya apabila dipentaskan sangat menarik. Dan ketemu sebuah prasasti yang isinya memuat sejarah politik kerajaan Medang. Prasasti Wuatan Tija namanya, prasasti tersebut berangka tahun 802 Saka atau 880 Masehi,?pungkasnya. (ted)