Berita Nasional Terpercaya

Pindah Tugas, Kepala Kantor Perwakilan BI Yogyakarta Pamitan ke Insan Media

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Di hadapan perwakilan media massa, baik cetak maupun online di Yogyakarta, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Budi Hanoto menyampaikan permohonan pamit karena per tanggal 1 Maret 2019,  dipercaya menjadi Direktur Eksekutif, Departemen pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia di Jakarta.

“Saya mohon maaf bila ada tutur dan perilaku yang kurang menyenangkan terhadap media. Hubungan dan sinergi yang baik dengan media harus ditingkatkan karena selama ini sudah membantu menyampaikan kebijakan BI ke masyarakat,” katanya setelah makan siang bersama di salah satu hotel di kawasan AM Sangaji, Rabu siang 13 Maret 2019.

Budi mengatakan posisi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DI Yogyakarta akan digantikan oleh Hilman Trisnawan yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Utara. “Jumat (15/3) nanti akan dilakukan serah terima jabatan secara seremonial di Jakarta, sedangkan serah terima tugas sudah dilakukan pada tanggal 18 Februari lalu,” jelasnya.

Budi mengatakan Kota Jogja sangat menyenangkan dan banyak kesan baik dari Yogyakarta. “Saya sudah packing dan foto-foto pakai blangkon, bahkan sudah foto di runway NYIA,” ucapnya berkelakar.

Terkait perekonomian DIY, Budi mengatakan di 6,20  persen sudah bagus. “Dengan adanya pembangunan bandara NYIA, investasi bangunan dan instalasi bangunan akan naik. Lalu setelah infrastruktur NYIA, harus disusul dengan investasi nonbangunan akan lebih bagus seperti bidang manufaktur dan UMKM yang berbasis pada transaksi digital dengan mengikuti marketplace, berbasis ekspor, atau berbasis syariah, misal menyasar ke pondok pesantren.

“BI sudah mengadakan kerjasama dengan misal Pondok Pesantren Krapyak dan Muhammadiyah Boarding School dengan wujud seperti air bersih, green house, dan BI Corner,” katanya.

Untuk UMKM di Kota Kreatif seperti Yogyakarta, Budi mengatakan ada empat jenis bidang UMKM yang cocok untuk dikembangkan, yaitu Kuliner, Fashion, Kriya/Craft, dan Furniture. Ia juga menyebut setelah NYIA selesai harus ditopang dengan industri jasa yang sebaiknya berasal dari ahli bisnis jasa dari Jogja, bukan perusahaan industri jasa yang berasal luar Jogja.

“UMKM pun kalau bisa bisnis plannya jelas, visible, dan bankable untuk akses modal dari bank, sebab kami pernah melakukan survei, dari 100 UMKM di Jogja, kalau ditanya, UMKM mana yang sudah memisahkan uang pribadi dengan uang murni usaha dari UMKM, baru 17 pemilik UMKM yang menyatakan sudah memisahkan antara uang pribadi dan uang usaha,” bebernya.

Budi pun mengatakan saat ini ada 534 ribu UMKM di Yogyakarta untuk ukuran Menengah-Besar. Ia juga menyarankan UMKM yang belum visible untuk ikut Sistem Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan (SiApik) dari Bank Indonesia. SiApik merupakan sebuah sistem yang berguna untuk mencatat transaksi keuangan dan laporan keuangan masing-masing pelaku UMKM. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.