Berita Nasional Terpercaya

Modul Anti Kekerasan dan Intoleransi Diluncurkan di Yogyakarta

0

JOGJA, BERNAS.ID- Kalijaga Institute for Justice (KIJ) Universitas Islam Negeri (UIN Sunan Kalijaga (Suka) meluncurkan modul “Integrasi Nilai-nilai Keren Berkarakter Nir Kekerasan dalam Pembelajaran dan Budaya Sekolah”. Modul ini dibuat berdasarkan riset yang dilakukan tim KIJ.

Direktur KIJ, Dr Siti Ruhaini menjelaskan latar belakang peluncuran modul ini karena kekerasan merupakan masalah serius untuk ditangani dan dicegah secara dini. “Potensi kekerasan itu ada di mana-mana, baik rumah, kantor, sekolah, dan tempat lain. Adapun sumber dari kekerasan itu sebenarnya sama, yaitu intoleransi,” ujarnya di sela-sela kegiatan peluncuran modul nir kekerasan di salah satu hotel yang terletak di Yogyakarta, Selasa 20 Agustus 2019.

“Intinya, toleransi adalah ketidakmampuan seseorang atau kelompok dalam menerima adanya perbedaan, padahal di satu sisi, perbedaan adalah sebuah keniscayaan,” imbuhnya.

Dr Siti berharap modul tersebut dapat menjadi solusi dalam pencegahan kekerasan secara dini melalui penanaman nilai-nilai keren berkarakter dalam pembelajaran dan sekolah. Perbedaan yang diangkat dalam modul ini, misalnya agama, etnis, gender, dan status sosial ekonomi. “Indonesia, negara yang memiliki kemajemukan yang paling tinggi di Indonesia. Untuk itu, kita mempersiapkan sejak awal di Sekolah karena anak-anak di sana dengan sebagian besar waktunya,” ujarnya.

“Tidak semua bangsa bisa bertahan dalam kemajemukan seperti Indonesia. Negara itu masuk negara maju kalau secara kultural juga maju, bukan secara ekonomi, politik, dan persenjataan yang maju,” imbuhnya.

Modul ini dapat digunakan sebagai bahan workshop untuk guru, siswa, dan orangtua dalam penanaman nilai-nilai karakter karena ketiganya merupakan unsur penting. “Ketiga unsur tersebut diharapkan akan mampu bersinergi dalam proses pendidikan sehingga menghasilkan siswa atau lulusan yang berkualitas secara akademik dan kepribadian,” imbuh Dr Siti.

Dr Siti mengatakan dengan modul ini nantinya akan dibuat suatu budaya di sekolah yang sifatnya terintegrasi. “Kita ingin mengembangkan sekolah berbasis komunitas agar anak belajar secara kontekstual, belajar dari sekitar, termasuk orangtua. Nir kekerasan ini yang akan menjadi dasar bagi sekolah berbasis komunitas,” terangnya.

Sedangkan, Rektor UIN Suka, Prof Drs KH Yudian Wahyudi, MA, PhD berharap modul ini bisa membawa dampak yang berarti bagi bangsa Indonesia yang dikenal majemuk. “Mudah-mudahan ini bisa membawa arti yang penting bagi anak-anak kita. Betul-betul bermanfaat bagi bangsa kita dan bisa ditindaklanjuti ke depannya,” tuturnya.

“Persatuan, sesuatu yang termahal dari yang termahal bagi Indonesia,” imbuhnya.

Rektor UIN mengatakan pluralitas dan multikulturalllitas bangsa Indonesia merupakan rahmat bagi kita sehingga keberagaman menjadi unsur penting dari Indonesia.

Diinformasikan, modul ini telah berhasil diujicobakan pada empat sekolah menengah di Kabupaten Klaten, yaitu SMK Negeri 2, SMA Muhammadiyah 1, SMP Negeri 3, dan SMPIT Ibnu Abbas. Dipilihnya Klaten sebagai piloting project karena kabupaten ini memiliki sejarah yang panjang. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.