Berita Nasional Terpercaya

Hari Ini Berusia 74 Tahun, Ini Sejarah PMI

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Hari ini (17/9) Palang Merah Indonesia (PMI) tepat berusia 74 tahun. Sebagaimana dirangkum dari website resminya, PMI dibentuk pada 17 September 1945 dengan Ketua Pertama Mohammad Hatta. Pembentukan organisasi tersebut adalah tindak lanjut dari perintah Presiden Soekarno kepada Menteri Kesehatan, dr Buntaran Martoatmodjo, pada 3 September 1945 untuk membentuk suatu badan palang merah nasional. Tujuannya, untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa keberadaan negara Indonesia bukan sekadar isapan jempol semata. Panitia pembentukan PMI kemudian dibentuk. Panitia tersebut beranggotakan lima orang, yaitu dr. R. Mochtar, dr. Bahder Johan, dr. Joehana Wiradikarta, dr. Marzuki, dan dr. Sitanala.

Meski baru terbentuk pada 1945 setelah Indonesia merdeka, cikal bakal PMI sebenarnya sudah ada sejak zaman kolonial. Haris Munandar dalam Mengenal PMI dan Basarnas, Dua Garda Terdepan Menghadapi Bencana menyebut bahwa cikal bakal organisasi itu telah berdiri pada 21Oktober 1873 dengan nama Nederland Rode Kruis Afdeling Indie (NERKAI). Di mana operasionalnya, NERKAI berfungsi layaknya organisasi kemanusiaan. Namun, menurut Haris, organisasi tersebut kurang berfungsi maksimal. ?Ada kalanya ia melupakan prinsip kesamaan dan kesemestaan karena lembaga ini mementingkan orang-orang Belanda ketimbang warga anak jajahan,? tulis Haris dalam bukunya. ?Karena itu, sejumlah tokoh pejuang merasa perlu memiliki sendiri organisasi palang merah meskipun saat itu Indonesia belum merdeka,? lanjutnya.

Gagasan para pejuang membentuk organisasi palang merah sendiri dicoba direalisasikan pada 1932. Ketika itu, dr. RCL Senduk dan dr. Bahder Johan mencoba membuat rancangan awal PMI. Namun, ketika diajukan ke konferensi NERKAI pada 1940, rancangan tersebut ditolak. Pada masa pendudukan Jepang antara 1942 hingga 1945, NERKAI dibubarkan. Ketika itu, rancangan awal PMI kembali diajukan, tetapi lagi-lagi ditolak. Harus menunggu hingga Indonesia merdeka sampai gagasan pembentukan PMI benar-benar terealisasi.

Dari Revolusi hingga Pergolakan Daerah

Pembentukan PMI sebulan setelah kemerdekaan rupanya tepat waktu. Faktanya, organisasi itu banyak berperan dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan pada 1945 hingga 1950. Ketika itu, pengalaman PMI memang masih minim. Namun, partisipasi para relawan yang sangat besar, membuat segala urusan kepalangmerahan bisa diselenggarakan dengan baik. ?Kegiatan kepalangmerahan pada masa itu antara lain seperti pengadaan pusat penampungan pengungsi, dapur umum, pos-pos pertolongan pertama, pengangkutan, dan perawatan korban pertempuran, sampai pada penguburannya jika ada yang tewas,? tulis Haris masih dalam buku yang sama.

Pada periode yang sama, PMI juga bekerja sama dengan Palang Merah Internasional (ICRC) dan Palang Merah Belanda untuk mencari dan memulangkap para bekas romusha yang pada zaman Jepang dikirim bekerja paksa ke luar negeri. Di tengah kesibukannya, PMI juga mulai melatih para juru rawat yang akan dikirim ke pos-pos di daerah pertempuran.

Setelah itu, PMI juga berparan penting ketika terjadi berbagai pergolakan daerah pada 1950-an. Saat terjadi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS), PMI bekerja sama dengan ICRC menyelenggarakan pelayanan kesehatan. PMI mendirikan rumah sakit terapung di Ambon dan membuka posko informasi bagi keluarga yang terpisah akibat perang.

Sementara itu, ketika pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) meletus di Sumatera Barat dan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) di Sulawesi Utara, PMI mengirim kapal-kapal untuk menjemput orang-orang asing yang terjebak konflik di sana. Selain itu, PMI juga mengirimkan sepuluh lebih tim medis ke kedua daerah tersebut. (aji)

Leave A Reply

Your email address will not be published.