Berita Nasional Terpercaya

Di Jogja, Menaker Berbicara Upskilling Tenaga Kerja

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Menteri Tenaga Kerja (Menaker), Hanif Dhakiri menyebut pentingnya peningkatan skill bagi tenaga kerja di Indonesia karena saat ini ada sekitar 136 juta angkatan kerja. Namun, ia mengatakan 58 persennya lulusan SD dan SMP,  sedangkan 50 persennya berpendidikan SMA, Diploma, dan S1 yang tidak sambung (missmacth) antara pendidikan dengan pekerjaannya.

“Saat ini hanya ada 2 persen tenaga kerja yang nyambung dengan pekerjaannya,” ujar Menaker Hanif di seminar nasional bertema “Upaya Mewujudkan Kedaulatan Pangan sebagai Lumbung Pangan Dunia di Tahun 2045? di Grha INSTIPER, Senin 7 Oktober 2019.

Menaker mengatakan apalagi saat ini ada perubahan model bisnis baru karena era digital saat ini. “Pekerjaan juga berubah, ada pekerjaan yang baru dan ada yang mati. Tuntutan juga berubah, ada yang skillnya berubah atau relevan dan ada skill yang mati atau tidak relevan,” ucapnya.

“Perubahan pasar kerja dan skill di masa depan tergantung kita merespon dari perubahan zaman itu. Beradaptasi itu menjadi hal yang penting,” imbuhnya.

Untuk itu, Menaker menegaskan persoalan itulah tantangan bangsa Indonesia ke depan sehingga saat ini langkah yang dilakukan Pemerintah agar bisa melindungi warga negara dengan meningkatkan skill (upskilling) untuk karir yang lebih baik. “Untuk itu, pemerintah saat ini sedang menguatkan akses vokasi untuk peningkatan skill sesuai kebutuhan tenaga kerja atau kebutuhan wiraswasta,” ujarnya.

Ia juga menyampaikan program pemerintah di tahun 2020 dengan kartu prakerja untuk sekitar 2 juta orang. “Kartu Prakerja bertujuan untuk menjembatani tenaga kerja yang memiliki pendidikan rendah dan tidak nyambung (missmacth) pendidikannya dengan pasar kerja guna memenuhi kebutuhan pasar kerja dan kebutuhan kewirausahaan,” jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Menaker juga menyinggung di sektor pertanian yang masih memiliki tantangan besar, tapi produktivitasnya masih rendah, padahal 29 persen lebih tenaga kerja ada di sektor pertanian. Ia pun menyebut pentingnya untuk bmemanfaatkan perkembangan teknologi yang masif, misal internet of thing dan artificial intelegence.

“Kami punya Smarts Farming. Integrasi dengan teknologi harus dilakukan. Tantangan kita masih sangat besar,” tutupnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.