Berita Nasional Terpercaya

Kampanyekan Hidup Sehat, JagaWastra dan RS MMC Gelar Event Celebration of Life

0

JAKARTA, BERNAS.ID – JagaWastra bekerjasama dengan RS MMC Jakarta dan Kreasi Indo Multipesona menggelar event bertajuk 'Celebration of Life' di Graha Bimasena, Jalan Dharmawangsa Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (15/2/2020) kemarin.

Selain memberikan tips mencegah terkena virus mematikan, Corona, di event tersebut juga digelar fesyen show wastra (kain tenun) tradisional karya pendiri JagaWastra Neneng Rahardja.

Dalam pemaparannya, dokter dari RS MMC Jakarta  Afriarsyah Abidin mengatakan meski belum ada kasus Corona di Indonesia masyarakat diimbau agar tetap waspada.

“Sebenarnya, virus-virus yang notabenenya adalah 'keluarganya' Corona tapi beda spesies sudah muncul lebih dulu, seperti MERS dan SARS namun tidak sebahaya virus Corona,” kata Afriasryah.

Diberitahunya, virus Corona sangat rentan menular ke manusia melalui saluran pernafasan yang merusak sel-sel di dalam tubuh.

Di kesempatan itu pihak RS MMC memberikan panduan mencegah terjangkit virus Corona yaitu cara mencuci tangan yang benar dan penggunaan masker.

Sementara itu, Neneng Rahardja, pendiri JagaWastra mengatakan Indonesia merupakan satu-satunya yang memproduksi batik dengan menggunakan canting.

“Ada beberapa negara juga memiliki batik, seperti Malaysia dan Afrika. Tapi mereka membuatnya dengan cara dsiablon atau dicetak. Hanya kita yang menggunakan canting (batik tulis),” tuturnya.

Namun yang sangat disayangkan, kata Neneng lagi, tidak semua orang Indonesia mengetahui itu yang justru seharusnya dibanggakan.  Ditegaskannya, batik atau kain tenun lainnya merupakan identitas bangsa Indonesia.

Diungkapkannya, setiap goresan pada wastra dari berbagai daerah di Indonesia memiliki makna dan sarat dengan filosofi. “Jadi buatnya tidak asal-asalan. Setiap goresan ada maknanya,” jelas Neneng.

Diceritakan Neneng, ada salah satu merek fesyen luar negeri terkenal menyontek motif batik Indonesia, namun mereka memproduksinya di Afrika. Padahal di negara tersebut dibuatnya tidak dengan canting.

“Di Afrika membuat batik dengan cara disablon atau dicetak, motifnya persis dengan milik kita. Bedanya mereka cara membuatnya tidak menggunakan canting. Tapi ya itu, kita tidak bangga dengan wastra sendiri sehingga orang luar enggak tahu,” tuturnya.

Neneng mengaku dirinya memiliki cara tersendiri dalam mendesain kain tenun yaitu dengan cara dilipat-lipat, diikat atau dijepit.

“Saya merasa berdosa kalau menggunting kain-kain tenun yang dibuat dengan susah payah dan memakan waktu itu. Kalau digunting, lalu dijahit nanti ada bagian dari kain itu dibuang. Ini cara saya menghargai karya anak bangsa,” tuturnya.

Dengan begitu, lanjut Neneng, kain-kain tenun tersebut dapat dimodifikasi dengan mode yang lain tanpa lehilangan atau rusak di bagian tertentu.

Dia berharap apa yang dilakukannya ini dapat menularkan 'virus' kecintaan terhadap wastra Nusantara kepada kaum perempuan Indonesia, tidak terkecuali kaum milenial.

Sementara itu, Ambaryati dari Kreasi Indo Multipesona selaku penyelenggara acara Celebration of Life mengatakan acara-acara yang mengangkat budaya Nusantara seperti ini harus lebih sering dilakukan sehingga apa yang diimpi-impikan Neneng Rahardja yaitu menyebarkan virus wastra ke masyarakat luas terwujud.

“Ini tanggung semua stakeholder terkait. Wastra Nusantara tidak hanya warisan budaya saja, tapi juga akan mengangkat potensi ekonomi masyarakat,” kata Ambaryati.

Ambar melihat ketertarikan masyarakat terhadap kain tenun Nusantara sudah ada tapi harus lebih ditingkatkan. Dengan begitu pada akhirnya kesadaran untuk melestarikannya akan muncul.

“Kalau kesadaran masyarakat terhadap pentingnya melestarikan wastra Nusantara tercipta maka secara otomatis kebanggaan memakai batik atau wastra lainnya sebagai identitas bangsa akan tercipta juga,” punglasnya. (sbh)

Leave A Reply

Your email address will not be published.