Berita Nasional Terpercaya

Giriloyo, Sentra Batik Alam Tertua di Indonesia Terus Beradaptasi untuk Survive

0

BANTUL, BERNAS.ID – Sejak era pemerintahan Sultan Agung di Kerajaan Mataram Islam ratusan tahun lalu, Desa Giriloyo, Wukirsari, Imogiri, Bantul, DIY sudah dikenal sebagai sentra Batik Tulis terbesar di kawasan Yogyakarta. Yang istimewa, tak seperti kebanyakan sentra batik, di Giriloyo para perajin batik hanya fokus dengan batik tulis pewarna alam saja.

Membatik adalah mata pencaharian sebagain besar warga Giriloyo yang terdiri dari 3 dusun yakni Dusun Karang Kulon, Dusun Giriloyo dan Dusun Cengkehan. Di Giriloyo sendiri terdapat lebih dari 1.200 pembatik yang terbagi dalam 12 kelompok batik.

Motif batik yang dihasilkan beragam, tetapi yang menjadi ciri khas Batik Giriloyo adalah motif Mataraman (Jogja-Solo) yang membuat Batik Giriloyo klasik dan elegan.

Untuk pewarnaan sendiri para perajin menggunakan bahan-bahan pewarna alam seperi daun mangga, kayu jati, kulit manggis dan bahan alam lain. Tidak heran jika lantas Batik Giriloyo memiliki harga jual yang jauh lebih tinggi karena proses pembuatannya benar-benar menggunakan canting tangan (tulis) dan menggunakan bahan pewarna alam. Satu kain Batik Giriloyo pun bisa mencapai angka 500 ribu hingga 3 jutaan rupiah. Showroom utama Batik Girimulyo pun bisa meraup omzet hingga Rp 900 juta, selama setahun di 2019.

Para perajin pun menuturkan saat ini mereka mengembangkan motif baru agar sentra batik tetap diminati konsumen. Imaroh, salah satu pengrajin batik di Giriloyo menjelaskan, saat ini para perajin tidak hanya membuat motif klasik namun juga dituntut untuk mengembangkan motif lain yang lebih modern agar diminati pasar.

?Saat ini tidak hanya motif klasik saja yang ada tapi kami juga mengembangkan motif lain yang lebih modern. Harapannya agar batik Giriloyo tidak hanya diminati konsumen tertentu saja namun juga bisa menarik bagi anak muda,? ujarnya, Rabu (11/3/2020).

Wakil Ketua Paguyuban Kampung Batik Giriloyo, Nur Ahmadi mengatakan, beberapa inovasi perubahan memang diperlukan guna menyesuaikan dengan kebutuhan pasar saat ini. Menurutnya, kalau dulu perajin hanya motif-motif kuno, saat ini banyak membuat motif flora maupun fauna. Tak hanya dengan mengembangkan motif yang kekinian agar menarik generasi muda, para perajin juga menyediakan pembuatan batik sesuai pesanan.

?Desainer bisa mengirimkan gambar motif sesuai keinginannya yang kemudian akan dikerjakan perajin di sini,? sambungnya.

Masalah yang dihadapi Kampung Batik Giriloyo pun tidak berbeda jauh dengan sentra batik lain yakni terbatasnya Sumber Daya Manusia. Meski ada ribuan perajin, banyak dari mereka sudah lanjut usia.

?Jadi untuk mengembangkan motif baru misalnya fauna mereka sering kebingungan,? ungkapnya.

Nur menambahkan, untuk menopang perekonomian, pihaknya juga membuka pelatihan membatik bagi orang luar. Hingga saat ini, menurutnya tercatat sudah 28 ribu orang yang belajar di Giriloyo.

“Kita menyediakan homestay untuk belajar dan wisata batik,” imbuhnya.

Ketua Komisi B DPRD DIY Danang Wahyubroto berharap, Pemda DIY atau Bantul mau terus mendukung kemajuan sentra batik ini. Pihaknya mengaku siap mendukung berbagai kebutuhan untuk pengembangan, namun tentunya harus dibuat dulu grand design bersama dengan pemerintah.

“Tahun ini harus dibuat DED (Detail Engineering Design) baru, bersama dinas, untuk buat gazebo, tambah gamelan, dan sebagainya,” katanya. (den)

Leave A Reply

Your email address will not be published.