Berita Nasional Terpercaya

Tak Hanya Corona, Masyarakat Juga Perlu Waspada DBD di Bulan Maret, Ini Alasannya

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID- Di tengah ancaman virus Corona (COVID-19), masyarakat juga perlu waspada terhadap ancaman Demam Berdarah Dengue (DBD). Pasalnya, penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini mulai meningkat di awal tahun 2020, berbarengan dengan datangnya musim penghujan.

Ahli serangga WMP Yogyakarta Warsito Tantowijoyo mengatakan kewaspadaan terhadap ancaman DBD di seluruh wilayah harus tetap menjadi prioritas, terlebih pada bulan-bulan mendatang. Ia memprediksi bulan Maret dan April 2020 sebagai puncak kasus DBD di Kota Yogyakarta yang didasarkan pada data populasi Aedes aegypti yang telah mencapai puncaknya di sekitaran bulan Januari 2020.

?Puncak populasi Aedes aegypti terjadi di sekitaran bulan Januari lalu. Setelahnya populasi akan menurun. Berdasarkan pengalaman, musim tinggi penyakit DBD biasanya mulai terjadi 2-3 bulan pasca puncak populasi nyamuk. Di sinilah perlu diwaspadai meningkatnya kasus DBD?, ujar Warsito.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sepanjang Januari-Februari 2020, di Yogyakarta sebagai Provinsi (DIY) telah terjadi 1032 kasus, dengan 2 orang meninggal di Kabupaten Gunung Kidul. Angka ini terdiri dari 333 kasus penderita di Gunung Kidul dan 2 orang meninggal, 276 penderita di Bantul, 248 penderita di Sleman, 92 penderita di Kulon Progo, dan 81 penderita di Yogyakarta sebagai kota.

Menyikapi hal ini, World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta mendukung Pemerintah agar masyarakat lebih waspada terhadap ancaman penyakit demam berdarah. Peneliti Utama WMP Yogyakarta Adi Utarini menyampaikan, tahun 2016 lalu mulai menitipkan ember berisi telur Aedes aegypti ber-Wolbachia di sebagian area Kota Yogyakarta untuk melihat efektifitasnya dalam pengendalian dengue.

Dari penelitian multi-years yang sudah dilakukan tersebut, WMP Yogyakarta menemukan bahwa Wolbachia efektif dalam penurunan angka DBD di wilayah kuasi penelitian. Temuannya, kasus DBD di wilayah kuasi yang diintervensi dengan nyamuk ber-Wolbachia di Kota Yogyakarta menurun 74% dibandingkan wilayah yang tidak diintervensi. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.