Berita Nasional Terpercaya

Dialog Cucu dan Kakek tentang Kepala Desa Sukses

0

“Ya, ya, cerita dari Google-nya nanti kalau kamu berkunjung lagi, salam untuk mamahmu ya,” pesan kakek.

Begitulah ucapan kakeknya minggu lalu kepada cucunya saat cucunya berpamitan pulang ke rumahnya. Nama kakek tersebut adalah Situtena dan cucunya bernama Aleita, cucu perempuan yang dekat rasa dengan kakeknya. Nama panggilan cucunya adalah Lei. Kakek sedang baca Koran, Lei datang lagi pagi-pagi.

“Aku sudah sarapan Kek, datang ke sini menagih cerita bacaan kakek dari Google minggu lalu” kata Lei.

“ Baik, sini duduk dekat kakek. Minggu lalu kakek baca Google tentang membangun desa. Ada tulisan Dwi Mukti Wibowo, Pemprakarsa Gerakan Save Our Sea yang telah diedit oleh Cahyo Prayogo begini: Kepala desa harus memiliki figur yang mumpuni dan bertalenta. Kakek berpikir bagaimana mengukur talenta kepala desa dan memastikan bahwa kepala desa tersebut adalah figur yang mumpuni?”

“Apakah tidak sebaiknya kakek mencari Resi Kulandara dan menanyakan urusan itu kek?,” cucunya menimpali.

“O, ya. Saya lupa mengatakan, sekitar tujuh tahun yang lalu Resi Kulandara pergi meninggalkan bumi, bahkan mengajak cucunya yang sudah yatim piatu untuk ikut dia menetap di negeri Inspio di planet Bumba. Dia memutuskan tidak akan kembali lagi ke planet Bumi. Akhirnya  kakek memutuskan, harus bertanya kepada teman-teman lebih muda mengenai pikirannya tentang membangun desa ke masa depan. Kakek  akan tanya juga kepadamu Lei, karena kamu sudah lulus SMU dan akan kuliah di perguruan tinggi,” jawab kakeknya agak panjang.

“Baik kek, tetapi kakek harus cerita duluan doong, tentang bacaan di Google dan pikiran kakek,” sahut  Lei.

Kemudian, kakek bercerita lebih lanjut tentang bacaannya dan pikirannya. Satu di antara banyak syarat untuk membangun desa, yaitu talenta dan figur mumpuni kepala desa. Hal tersebut  artinya harus menemukan orang yang cocok, tepat menjadi kepala desa apabila desa akan dibangun sebaik yang maksimum bisa dilakukan.

“Lho, itu artinya kepala desa harus menjadi pemimpin yang baik ya kek,” komentar cucunya.

“Betul,betul, betul. Kamu kok sudah paham,” kata kakeknya.

“Saya kadang-kadang baca koran kek, pernah ada tulisan di koran tentang hal tersebut,” kata cucu.

Kakek merenungkan arti dua kata, yaitu talenta dan mumpuni. Kakek periksa di kamus, kata talenta artinya  pembawaan seseorang sejak lahir; bakat.  Sedangkan arti kata mumpuni adalah mampu melaksanakan tugas dengan baik (tanpa bantuan orang lain). Pantas direnungkan tentang cara memilih kepala desa agar memenuhi  tujuan yang  dicita-citakan. Belum cukup banyak tulisan-tulisan yang menerangkan keberhasilan kepala desa dalam memenuhi tujuan yang dicita-citakan oleh pemerintah. Bila di Indonesia mempunyai lebih dari 80.000 desa, kakek  ingin tahu ada berapa ribukah kepala desa sukses memenuhi cita-cita tersebut?

“Tahunya kalau kepala desa itu sukses bagaimana kek?,”  tanya cucunya.

“Naah, itulah salah satu yang sedang direnungkan kakek,” jawab kakeknya.

Sukses menurut kepala desa, bisa sama bisa beda dengan sukses menurut rakyat desanya. Menurut camat,  bupati, mungkin juga ada yang sama, ada yang beda. Sukses yang ditulis para reporter, para wartawan, mungkin juga ada yang lain lagi. Kakek sedang memikirkan, satu kalimat saja tentang kepala desa sukses tersebut apakah ukurannya.  Apakah kamu ada usul Lei?

“Saya usul kek! Kepala desa sukses bila penduduk miskin tidak ada,  orang kelaparan tidak ada, desa makin aman tenteram.  Selain itu,  lingkungan tambah bersih,  orang-orang tambah sehat, pakaiannya rapi bersih, kemakmuran desa tiap tahun meningkat setidaknya 10% dan nambahnya kekayaan  kepala desa tiap tahun kurang dari 10%.  Kepala desa juga telah mendidik generasi penerusnya untuk banyak yang siap menjadi  penggantinya.   Apabila  masih dipilih lagi oleh rakyatnya diperlukan suara di atas 70%, gitu kek, usul saya,” jawab cucunya.

“Hmm, usulmu hebat. Kakek akan coba mempelajarinya, mungkin bisa menambah atau mengurangi agar makin bagus. Selain bagus dalam cita-cita juga diyakini dapat ditemukan proses mantap untuk memilih kepala desa seperti harapanmu,” sahut kakeknya.

“Dah dulu ya kek, saya mau ketemu nenek yang jam segini biasanya sedang membaca cerita-cerita hikmah untuk bahan mendongeng kepada aku, kakek melanjutkan merenung sendiri,” ungkap cucunya sambil beranjak menjumpai neneknya di ruangan tengah.

Kakek, melanjutkan  merenung.  Usul cucunya lumayan,  berupa  jawaban lugu tentang perlunya pemimpin, dan pemimpin tersebut sebagai kepala desa jangan nambah kekayaan terlalu banyak, melebihi persentase pertumbuhan kemakmuran desa yang dipimpinnya. Cukup logis, namun bisa mengekang usaha keluarga kepala desa dalam berusaha.  Yang penting sebenarnya integritas kepala desa agar tidak menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan pribadi. Semua usaha harus transparan, perlu audit  tahunan dan akuntable (accountable).

Dari  perbincangan ringan yang tulus antara kakek dan cucu tersebut terlintas satu inspirasi. Apakah inspirasi yang terlintas?

Ada sejumlah poin inspirasi:  Pertama, apabila Indonesia ingin makmur tentu sangat tepat bila disegerakan desa-desa menjadi makmur , dengan pendekatan sederhana bahwa dari sekitar 80.000 desa-desa direkrut  kepala desa-desa yang sukses yang jumlahnya lebih dari 40.000. Kedua, kriteria kepala desa sukses harus sangat jelas bagi rakyat pemilih di desa yang bersangkutan dan bisa spesifik atas kebijakan otonomi kabupaten dan atau kota.  Ketiga, cara penjaringan kepala desa, proses seleksi dan pemilihan oleh rakyat setempat perlu dikembangkan berdasar pengalaman yang dikumpulkan sampai saat ini.

Tidak mudah, namun bisa. Sebagai contoh, naluri si Lei cucunya Situtena walaupun masih banyak kekurangan sebagai anak lulusan SMU telah menunjukkan harapan yang jelas dan baik, melebihi baiknya praktik-praktik yang telah dilakukan nyata di lapangan sampai saat ini.

Kakek Situtena tidak segera menyimpulkan, namun dia akan berkonsultasi pada sejumlah sahabatnya yang muda usia diantaranya adalah Pijaen, Autaba dan Susece. Begitulah perjalanan perkembangan renungan Situtena dan dia membuat catatan kecil,  kemudian beranjak dari tempat duduk, berjalan menuju  cucunya yang sedang asyik dengan isterinya,  yaitu nenek  yang bernama Yatica.

Leave A Reply

Your email address will not be published.