Berita Nasional Terpercaya

Dikabari Ada Penggembungan dari BPPTKG, BNPB Peringatkan Empat Kabupaten untuk Siap Siaga Merapi

0

SLEMAN, BERNAS.ID- Terkait data aktivitas Gunung Merapi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menemui Bupati Sleman, Sri Purnomo untuk koordinasi terkait penanganan bencana apabila ada situasi darurat. Dari hari Sabtu (4/7), ada gempa vulkanik dangkal dua hari berturut-turut. Merapi meletus besar terakhir tahun 2010, lalu ada letusan-letusan kecil setelahnya.

Deputi Bidang Pencegahan BNPB, Lilik Kurniawan mengatakan pihaknya telah mendapat informasi dari BPPTKG terkait aktivitas Gunung Merapi yang berbeda dari sebelumnya. “Dari data-data BPPTKG membuat kita bersurat kepada BPBD DIY dan Jawa Tengah. Maksud dari surat itu untuk kesiapsiagaan. Kita mendatangi empat kabupaten, Boyolali, Klaten, Sleman, dan Magelang untuk melihat kesiapsiagaan, memastikan jalur-jalur evakuasi harus siap,” jelasnya di Kompleks Kabupaten Sleman seusai menemui Bupati Sleman, Kamis (9/7).

“Intinya kami di BNPB sangat konsen terkait dengan penanganan bencana, keselamatan masyarakat prioritas, kita mau semua masyarakat selamat,” imbuhnya.

Lilik mengatakan kalaupun Merapi tidak meletus dalam hari- hari ini, kesadaran kesiapsiagaan sudah kita lakukan sehingga suatu saat terjadi sudah siap. “Hari Sabtu kemarin (4/7), Ibu Hanik (dari BPPTKG-red) menyampaikan ada gempa vulkanik dangkal dua hari berturut-turut. Nah ini menjadi salah satu indikasi. Kita sebelumnya sudah tahu ada erupsi-erupsi yang sudah terjadi, bahkan ketinggian mencapai di atas tiga kilometer. Semua adalah aktivitas vulkanik,” jelasnya.

“Kita juga dijelaskan juga di pos pengamatan Merapi di Jrakah, adanya morfologi Merapi yang mulai tumbuh sehingga ada kemungkinan aktivitas-aktivitas dari dalam Merapi yang mulai terpantau,” imbuhnya.

Sedangkan, Hanik Humaida, Kepala BPPTKG menyampaikan aktivitas Merapi terus terjadi, ada pemendekan dari pengukuran IDM, tapi belum terlalu signifikan, pemendekan sebesar 0,5 sentimeter per hari arah Babadan. “Perkembangan ke depan, kita terus masih melihat. Ada dua kemungkinan, dalam artian bisa meletus atau erupsi seperti kemarin 21 Juni. Kan sejak 2018, terjadi erupsi dengan eksplosive skala 1 dibandingkan (erupsi-red) tahun 2020 dengan skala 4 dan tahun 2006, skala 2,” jelasnya.

“Eksplosive skala satu, skala terendah. Kita bilang eksplosive karena dominannya gas, masih belum berbeda jauh dari yang kemarin. Bisa tumbuh kubah lava, seperti kemarin bulan Agustus 2018, nanti kita lihat terus perkembangan,” imbuhnya.

Hanik mengakui memang ada pemendekan jarak tubuh gunung api, ada penggembungan 0,5 sentimeter per hari sejak 22 Juni setelah erupsi sampai sekarang. “Magma semakin ke atas, ada aktivitas dari dalam bumi. Sebelum erupsi kemarin, tidak ada itu (penggembungan-red), kemarin masih dominan gas. Kemungkinan ini sudah ada magma di permukaan,” tuturnya.

Hanik membandingkan erupsi Merapi tahun 2010 dengan penggembungan 120 sentimeter per bulan dengan rata-rata 3-4 sentimeter per hari. “Potensi bahaya ada di radius 3 kilometer karena sewaktu-waktu bisa meletus,” ujarnya.

Sementara, Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan pertemuannya dengan BPPTKG dan BNPB untuk koordinasi guna mengikuti arah-arahan terkait Merapi agar berjalan dengan baik. “Selama ini, ada aktivitas-aktivitas Merapi, yang selama ini keluar asap dan letusan-letusan kecil. Bagaimana nanti ada aktivitas Merapi, kita mengungsikan masyarakat. Kita sudah buat kontijensi apabila ada aktivitas Merapi, tapi kan dibuat sebelum Covid-19, jadi harus ada perubahan paradigma, dibuat baru harus jaga jarak di pengungsian,” jelasnya.

“Kita punya banyak barak pengungsian di banyak tempat, nanti bisa dibagi-bagi,” tutupnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.