Berita Nasional Terpercaya

Jumlah Positif Naik Drastis, Elemen Masyarakat Pasang Banner Imbauan di Tugu Jogja

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang hingga kini dinilai lebih berhasil meredam dampak pandemi COVID-19, bahkan memperoleh penghargaan dari Pemerintah Pusat. Dengan partisipasi publik dan kepatuhan yang baik, sinergi dengan pemerintah daerah yang erat, DIY mampu menahan laju kasus positif harian COVID-19.

Namun, beberapa waktu terakhir, dengan terlihat berkurangnya kewaspadaan masyarakat DIY, mulai tampak tanda-tanda melemahnya kepatuhan warga terhadap protokol kesehatan seperti bertambahnya masyarakat yang tidak menggunakan masker di ruang publik serta mulai terbentuknya keramaian yang mengabaikan aturan jarak. Akibatnya, ada peningkatan kasus harian yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Untuk itu, masyarakat sipil DIY membentuk aliansi guna bergotong-royong menjaga Jogja dari virus Corona (Covid-19). Sebagai upaya simbolis dimulainya gerakan aliansi, akan dipasang banner besar dengan tema ?Jaga Jogja, Aja Lena, Aja Sembrana? di Tugu Golong-Gilig yang merupakan simbol Jogja pada hari Sabtu-Minggu (1-2 Agustus 2020). Banner dipasang agar tidak menimbulkan keramaian karena aliansi tidak mengerahkan massa di lokasi tersebut.

Juru bicara aliansi, Nurholis Majid, sekaligus Korwil Mafindo Yogyakarta, menjelaskan bahwa aliansi terdiri dari berbagai elemen masyarakat Jogja yang memiliki kesadaran bahwa untuk menahan dampak pandemi COVID-19 merupakan upaya berkelanjutan hingga nanti pandemi ini hilang dari Bumi Pertiwi. “Sebelum pandemi ini nyata-nyata punah, maka masyarakat Jogja akan terus mempertahankan kewaspadaan dengan menjaga sikap aja lena, aja sembrana,” ujarnya, Sabtu (1/8/2020).

Nurholis menyebut ada kawan-kawan aktivis, akademisi, jurnalis, profesional, dan mahasiswa yang tergabung dalam aliansi. “Sebagai gerakan terbuka dan nonpartisan, diharapkan aliansi ini mampu berkontribusi untuk menggerakkan semangat gotong-royong antara elemen masyarakat, instansi pemerintah, tokoh masyarakat, tetua agama, media massa dan organisasi masyarakat sipil,” tuturnya.

“Kami akan terus melakukan gethok-tular mengajak masyarakat Jogja saling menjaga, patuh pada protokol kesehatan seperti menggunakan masker di ruang publik, rajin mencuci tangan, menjaga jarak fisik, dan menghindari keramaian. Intinya PHBS plus,” imbuh Nurholis.

Sedangkan, Ketua Presidium MAFINDO, Septiaji Eko Nugroho, menjelaskan bahwa aliansi ini juga akan berperan untuk memerangi infodemi, yaitu kabar bohong yang mengikuti pandemi COVID-19, dan tidak kalah berbahaya dibanding virusnya sendiri. Menurutnya, infodemi ini ditengarai menjadi salah satu penyebab turunnya ketidakpatuhan masyarakat, bahkan di beberapa tempat memicu ketidakpercayaan dan intimidasi kepada tenaga kesehatan dan rumah sakit.

?Infodemi ini menimbulkan problem besar tidak hanya di Indonesia. Gelombang penolakan masker di Amerika hingga pembakaran tower 5G di Inggris diperparah dengan maraknya hoaks dan teori konspirasi. Indonesia pun kebanjiran infodemi berupa hoaks dan teori konspirasi dengan jumlah yang sangat besar, hampir 100 topik setiap bulan, dan kita patut berjuang untuk memerdekakan masyarakat dari penyakit informasi ini supaya mereka bisa mengambil keputusan atas informasi yang benar,? beber Septiaji.

Ada lebih dari 20 lembaga yang bergabung di antaranya, MAFINDO Yogyakarta, AJI Yogyakarta, LKK PWNU DIY, Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA), GP Ansor DIY, GERKATIN DIY, Gerkatin Kabupaten Sleman, Rumah Perubahan LPP, PR2Media, Perkumpulan Sinergi Sehat Indonesia (PSSI), Rifka Annisa, MIK UAJY, Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN), Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), Himmikom Atmajaya, Jogja Sehat Tanpa Tembakau (JSTT), Ikatan Sarjana Katholik Indonesia (ISKA) DIY, DEMA FISHUM UIN Sunan Kalijaga, PUSBISINDO, GEMAYOMI, dan KKPKC KAS. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.