Berita Nasional Terpercaya

Pembentukan Pasukan Khusus BIN Membingungkan

0

JAKARTA,BERNAS.ID – Badan Intelejen Negara atau BIN menampilkan kesatuan baru di tubuhnya. Penampilan tim khusus dari BIN tersebut mendapatkan sorotan.

Pengamat politik Ray Rangkuti Pasukan Khusus BIN ini membingungkan. Sebab,  secara hukum, ia tidak melihat ada peluang BIN membentuk satu pasukan khusus dengan model yang ada sekarang.  

Masalahnya adalah jika merujuk kepada fungsi dan tugas BIN, nampak tidak ada hajatan untuk membentuk pasukan khusus ini. Apalagi dilengkapi dengan senjata tajam laras panjang dan baju seragam. Jadi pembentukan pasukan khusus ini jadi membingungkan.

“Untuk apa, tugasnya seperti apa, di posisi apa, di bawah kordinasi deputi mana dalam struktur organisasi BIN? Itu beberapa pertanyaan lanjutan paska pertanyaan soal legalitas pembentukannya,” terang Ray, pada Bernas.id, Rabu (16/9/2020).

Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan sifat dari institusi BIN sendiri. Dalam UU itu, BIN lebih ditekankan sebagai institusi sipil yang salah satu tugasnya adalah pengamanan. Sekalipun BIN berfungsi sebagai pengamanan, tugas pokoknya hanya memberi informasi dan analisa atas suatu gejala. 

“Penegakan keamanannya sendiri tetap dilakukan oleh polisi. Apalagi penegakan hukumnya. Oleh karena itulah, BIN dapat diisi oleh warga sipil biasa tanpa harus menjadi anggota kepolisian atau militer,” jelasnya.

Bahkan, seperti disebutkan oleh mantan kepala BIN Marciano Norman sambung Ray, bahwa 80% anggota BIN pada tahun 2015 adalah sipil. 20% baru dari kalangan polisi dan militer. Karena sifatnya yang dekat dengan sipil inilah, maka pembentukan satuan khusus lengkap dengan senjata laras panjang itu jadi membingungkan. Jikapun aparat intelijen memiliki pasukan khusus, nampaknya, hal itu lebih tepat berada di jajaran intelijen TNI, bukan di BIN. 

“Tapi berbagai kebingungan ini memang bukan baru di era pak Jokowi ini. Sebelumnya, kita juga dikagetkan dengan adanya kegiatan BIN dalam pencegahan dan penanggulangan Covid 19. Bukan saja terkait dengan aktivitas intelijen kesehatannya, tapi termasuk dalam pengadaan obat vaksin. Satu lompatan aktivitas yang membingungkan,” ungkapnya.

Tapi, semua memang tergantung pada cara pandang presiden dalam memfungsikan alat negara semisal BIN, dan sebagainya. Tentu saja, selalu tersedia argumen untuk membernarkan keputusan dan tindakan itu. 

“Sekalipun, jika dibaca dengan seksama, argumen itu lebih banyak membuat kita bingung dari pada pahamnya,” tutup aktivis 98 tersebut.(van)

Leave A Reply

Your email address will not be published.