Berita Nasional Terpercaya

Perubahan Zaman, Wajar Jika Vaksin Ditemukan Lebih Cepat

0

BERNAS.ID – Proses penemuan vaksin didukung oleh sumber daya, teknologi, dan infrastruktur. Hanya saja pengetahuan tentang seluk beluk proses penemuan vaksin hanya diketahui oleh segelintir orang saja, yakni peneliti, komunitas ilmuan, dan produsen vaksin itu sendiri. Hal inilah yang kadang kala menimbulkan keraguan masyarakat terkait apakah vaksin dapat diciptakan dan diproduksi dalam waktu singkat. 

Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) telah menyelenggarakan Dialog Inspirasi bertajuk Tata Cara Penemuan Vaksin pada Senin (2/11/2020) lalu. Ahli Virologi Universitas Udayana Prof. Ngurah Mahardika yang mengetahui betul seluk beluk pembuatan vaksin dari awal pun memberikan jawaban. Salah satu hal yang ditegaskan Prof. Ngurah Mahardika adalah perubahan zaman sehingga penemuan vaksin lebih cepat. 

?Zaman dahulu tentu harus dapat agennya dulu yang murni. Setelah itu diperbanyak, dan kemudian baru disiapkan sebagai vaksin. Itu yang menempuh waktu yang lama. Zaman sekarang, teknologi telah  memungkinkan kita melakukannya dengan cepat. Tidak perlu lagi agen penyakit dan bisa dibuat sintetis, jadi bisa sangat cepat. Zaman dahulu perlu waktu lama untuk menemukan bibitnya saja. Zaman sekarang hanya perlu waktu satu dua bulan saja untuk menemukan bibitnya,? terang Prof. Ngurah Mahardika dikutip Bernas.Id dari laman resmi Satgas Penanganan Covid-19 www.covid19.go.id pada Senin (9/11/2020). 

Menurutnya, ada sedikitnya empat ragam vaksin yang dibedakan berdasarkan bahan dasarnya. Pertama yang berbasis virus murni yang dimatikan sehingga tidak berbahaya bagi manusia, ada pula yang berbasis DNA atau mRNA, ketiga ada vaksin berbasis adenovirus, dan terakhir adalah vaksin berbasis protein.

?Ragam basis vaksin ini punya kelebihan dan kekurangan tentunya, seperti vaksin berbasis virus yang dimatikan yang saat ini diujicobakan di Indonesia adalah jenis paling lazim, sehingga regulasi penggunaanya jauh lebih ringkas. Sementara vaksin berbasis DNA dan adenovirus memang belum ada contohnya yang beredar di masyarakat sehingga regulasinya memakan waktu lama,? paparnya. 

Meskipun teknologi mengakselerasi penemuan vaksin baru, faktor kunci yang tidak boleh dikesampingkan dalam prosedur adalah memastikan tingkat keamanannya. Pada dasarnya peneliti dan pengembang vaksin tidak mengkompromikan aspek kualitas, daya guna, dan keamanannya. Semua fase harus dilakukan untuk memastikan keamanan vaksin Covid-19 dan harus terjamin. 

Prof. Ngurah Mahardika juga menyampaikan apabila vaksin sudah diproduksi dan beredar di masyarakat vaksin akan terus dimonitor dan diaduit terus menerus untuk memastikan keamanan vaksin. Pada kesempatan itu, ia juga menyebutkan bahwa Indonesia sangat memungkinkan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 secara mandiri. Selain itu, kerja sama pembuatan vaksin Covid-19 dengan negara lain bukanlah hal yang tabu. Para peneliti dan ilmuan di Indonesia juga membuka data-data kajian dalam negeri untuk memberi sumbangsih kepada keilmuan dunia dan menerima input positif dari peneliti luar negeri.

?Tanpa kerja sama saya kira kita mampu, tapi untuk mencapai kemajuan yang pesat dirasa perlu dengan jalan kerjasama antarnegara dan keilmuan dunia,? tutup Prof. Ngurah Mahardika. (mta)

Leave A Reply

Your email address will not be published.