Berita Nasional Terpercaya

Inilah Kunci Penting Kebangkitan Ekonomi DIY Menurut BI

0

SLEMAN, BERNAS.ID – Sinergi dan kolaborasi merupakan kunci untuk dapat bangkit dari merosotnya ekonomi DIY sepanjang tahun 2020 ini. Hal itu menjadi kesimpulan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia terkait tantangan perekonomian terkini dan prosek ke depan, Kamis (3/12/2020) di Royal Ambarrukmo.

Hilman Tisnawan selaku Kepala Perwakilan BI DIY menyampaikan, tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi DIY. Pertama, Covid-19 menyebabkan tekanan ekonomi di seluruh dunia, termasuk DIY. Berhentinya aktivitas pergerakan manusia pada semester I lalu, menyebabkan jangkar perekonomian DIY, yaitu sektor pariwisata dan pendidikan mengalami kontraksi dalam. Kedua, faktor statistical based effect menjadi salah satu penyebab penurunan kinerja ekonomi DIY.

“Pasca berakhirnya proyek strategis nasional Bandara Internasional Yogyakarta (YIA), belum ada lagi investasi besar lain yang masuk ke DIY yang dapat mendorong sektor investasi dan sektor konstruksi DIY. Sehingga dalam jangka pendek pertumbuhan ekonomi DIY 2020 mengalami penurunan,” kata Hilman.

Namun berkat implementasi Kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional serta upaya kolaborasi berbagai pihak, dan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Nasional, menurutnya DIY telah melewati puncak tekanan pada triwulan II/2020 lalu. Dan saat ini ekonomi DIY perlahan mulai pulih.

“Pandemi Covid-19 mengajarkan banyak hal, dimana kolaborasi dan sinergi menjadi kunci untuk pemulihan ekonomi. Bank Indonesia DIY selalu berkomitmen menjadi mitra strategis Pemda DIY, Akademisi, dan Pelaku Usaha, untuk berkontribusi nyata dalam memajukan ekonomi DIY,” kata dia.

Komitmen Bank Indonesia DIY menurutnya tercermin dari berbagai program kolaborasi pentahelix dengan berbagai pihak, antara lain;
a. Pertama, Program Bejo Talk untuk fasilitasi forum diskusi ekonomi dengan berbagai pihak. Harapannya akan terjadi sinergi pemikiran, sehingga rekomendasi yang diusulkan kepada pengambil keputusan lebih konkret dan efektif.
b. Kedua, program Sinergi Pariwisata Ngayogyokarto (Siwignyo) yaitu kolaborasi program sebagai upaya percepatan pemulihan pariwisata DIY dan percepatan reaktivasi pariwisata DIY. Tergabung dalam pentahelix ini adalah Pemda DIY, Bank Indonesia DIY, Asosiasi Pariwisata DIY, dan ISEI DIY.
c. Ketiga, program Smart Traditional Market (SEMAR) yaitu upaya digitalisasi pasar tradisional dan pengembangan produk UMKM berdaya saing. Keprihatinan terhadap pasar tradisional yang terdampak COVID-19 mendorong terbentuknya kolaborasi antara Pemkot Yogyakarta, Bank Indonesia, BPD DIY dan Yayasan Beringharjo Inisiatif.
d. Keempat, Koordinasi Pengendalian Inflasi Jogja Sekitarnya (KOPI JOSS), yaitu upaya pengendalian inflasi di DIY, yang tergabung di dalam TPID, berupa pembangunan big data inflasi, pengembangan pilot project klaster ketahanan pangan, dan digitalisasi pertanian. 

“Bank Indonesia DIY memperkirakan pertumbuhan ekonomi DIY 2020 akan kontraksi pada kisaran 2,3 ? 1,9% . Namun, kami meyakini ekonomi DIY pada 2021 akan segera recovery dengan proyeksi pertumbuhan yakni 3,9 ? 4,3%,” ungkapnya.

Sementara itu, Inflasi DIY 2020 diperkirakan rendah pada kisaran 1,3-1,7% . Sejalan dengan penurunan kinerja ekonomi, capaian inflasi DIY tersebut masih lebih rendah dibanding sasaran 3,0±1%.

“Pada 2021, perbaikan kinerja ekonomi berpotensi meningkatkan inflasi, utamanya dari kelompok inti dan harga pangan. Namun kami memperkirakan, inflasi DIY 2021 akan berada di sekitar titik tengah sasaran inflasi,” sambung dia.

Sementara di sisi makroprudensial, menurut dia stabilitas sistem keuangan di DIY masih terjaga baik selama pandemik Covid-19. Hingga saat ini kemampuan korporasi DIY dalam menghasilkan laba (rentabilitas) maupun likuiditas masih relatif baik. Dari sisi lembaga intermediasi, Bank Indonesia telah melonggarkan likuiditas melalui Quantitative Easing.

“Saat ini likuiditas perbankan di DIY lebih dari cukup, sehingga mampu untuk mendukung restrukturisasi kredit yang terdampak pandemi. Kami meyakini, perbaikan ekonomi pada 2021 akan mendorong intermediasi perbankan di DIY,” katanya.

Sedangkan di sisi Sistem Pembayaran, Bank Indonesia DIY menurut Hilman selalu menjaga kelancarannya baik secara tunai maupun non tunai. Digitalisasi sistem pembayaran terus kami lakukan dengan menggunakan Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) sebagai akselerator inklusi keuangan.

Pengguna QRIS di DIY menurutnya meningkat lebih dari 200% dibandingkan dengan akhir tahun 2019. Potensi penggunaan terus diperluas kepada UMKM, pasar tradisional hingga kotak amal digital di tempat tempat ibadah. Selain itu, untuk mengakselerasi penggunaan transaksi non tunai pada transaksi pemerintah, Bank Indonesia DIY bersama 4 (empat) Pemkab, yaitu Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo telah membentuk TP2DD (Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah). Sebagai informasi, TP2DD Sleman merupakan TP2DD pertama di Indonesia dan sering mendapat apresiasi di tingkat nasional.

“Ke depan, kami tetap meyakini sinergi merupakan kata kunci untuk pemulihan ekonomi dari pandemi ini. Bank Indonesia DIY bersama dengan Pemerintah Daerah, OJK, Akademisi, Asosiasi, Pelaku Usaha dan para mitra kerja akan terus duduk bersama dalam perumusan kebijakan. Dengan sinergi itulah DIY menunjukkan ketahanan menghadapi dinamika Covid-19 maupun ekonomi global. Dengan sinergi, transformasi dan inovasi, kami optimis DIY akan mendorong Indonesia menuju negara maju yang semakin sejahtera,” tandasnya. (den)

Leave A Reply

Your email address will not be published.