Berita Nasional Terpercaya

Mengenang Sosok Alm. Muladi: Mantan Menteri dengan Gaya Bicara Keras Namun Berhati Lembut

0

Bernas.id – Prof. Dr. H. Muladi, S.H. (Menteri Kehakiman era Reformasi) lahir di Surakarta pada 26 Mei 1943 dan wafat di Jakarta pada 31 Desember 2020. Dikutip dari detik.com, pada 17 Desember 2020 lalu, Muladi beserta istri membutuhkan transplantasi darah. Namun, stok darah di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, tempat Muladi dan istri dirawat, mengalami kekosongan stok. Di sisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa mantan Menteri Kehakiman (sekarang Menteri Hukum dan HAM) ini meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Kabar duka ini juga dikonfirmasi oleh Yusril Ihza Mahendra pagi tadi (Menteri Kehakiman dan HAM periode 1999-2004) dalam lama Twitternya. “Saya tertegun mendengar kabar duka wafatnya Prof. Dr. Muladi, S.H. pada 06.45. Beliau adalah seorang ilmuwan hokum yang berwibawa dan meninggalkan warisan teori-teori hukum pidana yang sangat berharga untuk masa depan,” ungkapnya.

Prof. Dr. H. Muladi, S.H.  adalah seorang akademisi, hakim, dan politisi senior partai Golkar. Muladi lahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara pasangan Dasijo Darmo Soewito dan Sartini. Ayahnya yang asli Jawa Timur bekerja sebagai reserse polisi. Karena orang tuanya yang pindah tugas sehingga membawanya tinggal di Semarang. Muladi kecil dikenal nakal. Karena kenakalannya itu, Muladi dua kali tidak lulus sekolah, yaitu ketika SD dan SMP.

Meski tidak lulus SMP, Muladi tetap bisa melanjutkan sekolah ke sebuah SMA swasta yaitu SMA Institut Indonesia. Ia kemudian diterima di Fakultas Ekonomi dan Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang. Ia memilih untuk kuliah di Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat (saat ini dikenal sebagai Fakultas Hukum). Ketika menjadi mahasiswa, Muladi aktif sebagai Anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) pada tahun 1963-1968. Ia juga pernah menjadi Komandan Batalyon IV, Resimen Mahasiwa Semarang pada tahun 1964–1967. Di samping duduk dibangku perkuliahan, ia juga bekerja sebagai karyawan OPS Minyak dan Gas Bumi, Jawa Tengah.

Menteri yang pernah menjadi atlet Judo nasional ini mengawali kariernya sebagai dosen di Universitas Diponegoro. Kemudian pada tahun 1997, ia datang ke Jakarta ketika menjadi anggota MPR-RI. Setelah itu, ia dan keluarganya tinggal di Jakarta. Muladi dan Nany Ratna Asmara dikaruniai empat orang putri, yaitu Rina Irawanti, Diah Sulistyani, Aida Fitriani, dan Erlina Kumala Esti. Dua anak pertama dan anak bungsunya mengikuti jejak Muladi mendalami bidang hukum. Putri keduanya, Diah Sulistyani, mengikuti jejaknya menjadi seorang akademisi.

Sosok Muladi cukup menggetarkan hati. Hal ini terlihat dari tinggi tubuhnya mencapai 1,80 meter dan berat lebih dari satu kuintal. Gaya bicaranya keras menggelegar, terutama saat marah. Tetapi, ia sesungguhnya berhati lembut serta tidak tahan melihat ketidakadilan dan pelanggaran hak asasi manusia.

Meski pernah tidak lulus dibangku SMP, Muladi berhasil meraih banyak prestasi dan penghargaan. Di antaranya, yaitu:

  • Penghargaan Dwija Sista dari Departemen Pertahanan dan Keamanan (1991)
  • Ketua Delegasi Indonesia pada Kongres Crime on Prime Prevention and Criminal Justice (ECOSOC) (1991–1998)
  • Penghargaan Man of the Year dari Harian Suara Merdeka, Semarang (1995)
  • Penghargaan Satya Lencana Karya Satya 20 tahun dari Presiden RI (1995)
  • Penghargaan DAN VI Karate (INKAI) (1998)
  • Penghargaan Bintang Mahaputra Adi Pradana Kelas II dari Presiden RI (1999)
  • Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI, Fraksi Utusan Daerah (1997–1999)
  • Anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (1993–1998)
  • Menjabat Rektor dan Guru Besar Universitas Diponegoro (1994-1998)
  • Menteri Kehakiman (Menkeh) Kabinet Pembangunan VII (1998) dan Kabinet Reformasi Pembangunan merangkap Menteri Sekretaris Negara (1998–1999)
  • Ketua Institute for Democracy and Human Rights di The Habibie Center, Jakarta (1999–2002)
  • Hakim Agung RI (September 2000–Juni 2001)
  • Penghargaan The Best Alumni of Undip (2003)
  • Gubernur Lemhannas (2005–2011)
  • Ketua Pembina Yayasan Alumni Universitas Diponegoro (sejak 2006)
  • Penghargaan Bintang Bhayangkara Utama dari Presiden RI (2006)
  • Ketua DPP Partai Golkar Bidang Hukum dan HAM (2009–2014)
  • Anggota Badan Penyelenggara Universitas Semarang (USM)
  • Anggota Dewan Komisaris Pertamina
  • Ketua Badan Pengelola Gelora Senayan dan Kemayoran

Itulah jejak dari sang mantan menteri, semoga amal ibadahnya diterima di sisi Tuhan. (rrw)

Leave A Reply

Your email address will not be published.