Berita Nasional Terpercaya

Menelusur Jejak 4 Srikandi Relawan RAPI di POSGAB Siaga Merapi

0

Seorang wanita identik dengan urusan rumah tangga, namun dibalik itu ada banyak sosok wanita yang justru terjun ke masyarakat menjadi relawan dalam kebencanaan  dan misi kemanusiaan. Daerah Istimewa Yogyakarta, DIY, memiliki banyak Srikandi Relawan kemanusiaan. Ada 4 sosok wanita dari RAPI, Radio Antar Penduduk Indonesia, yang sudah bertahun-tahun menjadi relawan kemanusiaan, terutama karena kondisi geografis dan kebencanaan Bangsa Indonesia pada saat ini, membutuhkan kepedulian dari masyarakat. Srikandi RAPI ditemui di Pos Gabungan Siaga Merapi RAPI yang bermarkas di area Rumah Sakit Ghrasia, Jalan Kaliurang km. 17 Sleman, pada Selasa 9 Februari 2021.

Menjadi relawan untuk kegiatan kemanusiaan, menjadi niat mulia, itu yang terpikirkan oleh Tri Endang yang populer dengan nama udara Manis. Manis yang tinggal di daerah Bokoharjo, Sleman,   menjadi wanita relawan sejak bergabung ke RAPI tahun 1995, dengan callsign JZ12BGZ. Wanita pengusaha fashion kelahiran Lampung tahun 1969 ini meski sudah memiliki 2 anak dan 2 cucu, tetap menyempatkan diri menjadi  relawan

?Menjadi anggota RAPI tahun 1995, sungguh berbeda dengan kondisi sekarang.  Waktu itu kegiatan  RAPI, hampir semua berasal dari sumbangan pribadi, semakin aktif tentunya pengeluaran uang makin banyak, kalau sekarang kan sudah terorganisir dan tertata untuk pengadaan kebutuhan RAPI dan Pos Peduli Bencana seperti ini, apalagi jumlah anggota begitu banyak, itulah perbedaan tantangan menjadi relawan saat itu dan sekarang ini,? ujar Manis dengan senyumnya yang manis.

Meski sudah merelakan waktunya untuk menjadi relawan, Srikandi RAPI ini tetap merasakan selain suka tentu juga ada dukanya. Sukanya saat bisa berkumpul dan mencari ilmu dari sesama relawan, dukanya saat harus  tetap sabar, saat begitu banyak menemui perbedaan karakter antar relawan, juga perbedaan kepentingan dan kebiasaan. Terlebih saat ada suasana saling menyendiri dengan kelompok masing-masing.  “Bagi saya hadir di Pos Relawan itu cara untuk rileksasi pikiran dari rutinitas usaha,, selama bisa menjaga kondisi pikiran,” pungkasnya.

Srikandi RAPI selanjutnya adalah Rengganis dengan nama asli Sunarni, kelahiran tahun 1962, dengan callsign JZ12JDL, yang tinggal di Karang Jati, Mlati, Sleman. Rengganis bergabung menjadi anggota RAPI tahun 1997. Dorongan menjadi anggota RAPI, semata karena ingin bersosial melalui jalur organisasi radio komunikasi, sekaligus menyalurkan keinginan awalnya.

?Awalnya saya melihat berita tentang bencana di media massa,  termasuk letusan Gunung Merapi. Melihat kondisi pengungsi dan korbannya, hati  saya terketuk ingin rasanya mengabdikan untuk kepentingan kemanusiaan melalui organisasi sosial sehingga saya bergabung ke RAPI,? ujar Rengganis.

Pada tahun 2010, Rengganis juga menjadi saksi,  saat Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi meninggal karena terkena dampak erupsi, menyaksikan kondisi jenazah saat di Rumah Sakit Dr. Sardjito, Yogyakarta. Rupanya ini menjadi pelecut semangatnya, kian bertambah tekadnya untuk  peduli kemanusiaan.

?Meski saya harus membagi waktu dengan keluarga, saya tetap bisa rileks ketika menjadi relawan di kegiatan RAPI, bahkan anak dan cucu pun mendukung, sehingga sekarang ini saya bersyukur masih bisa mengabdi kepada masyarakat melalui POSGAB Siaga Merapi dari RAPI ini? jelas Rengganis dengan penuh optimis.

Srikandi RAPI berikut adalah Dwi Priyanti, yang cukup terkenal dengan nama udara Arum, kelahiran tahun 1967, tinggal di Purwomartani, Sleman, menjadi relawan berangkat karena niatan untuk menjalin relasi yang memiliki misi kemanusiaan. Meski saat ini sudah memiliki 2 anak dan 2 cucu, semangatnya tetap kuat.

?Saya selalu merasa enjoy menjadi relawan. Namun saya masing menyayangkan rekan relawan di organisasi lain yang kadang masih menggunakan sebutan miris dalam menggambarkan kondisi kebencanaan. Misal menyebut Gunung Merapi  ambyar, atau Merapi menangis. Itu sebutan yang sebenarnya tidak memotivasi. Harapan saya ini menjadi perhatian banyak relawan lain untuk dihindari,? ulas Arum yang memiliki callsign JZ12JJW ini.

Selain itu Arum, juga merasakan bahwa menjadi relawan tidak semata niat namun harus kuat menghadapi masyarakat dengan berbagai karakter. Arum memiliki prinsip dalam menghadapi kondisi masyarakat dan rekan relawan, yaitu  tidak semua perkataan lawan bicara dimasukkan kedalam hati.  Hal ini agar semangat membantunya tidak terpengaruh oleh kondisi emosi pihak yang dibantu. 

Dari jejak 4 Srikandi RAPI di POSGAB Siaga Merapi RAPI Sleman yang termuda adalah   Siti Mukhlisah, dengan nama udara Iis, kelahiran tahun 1975.
?Menjadi relawan seperti ini, apalagi wanita, yang terpenting bisa mengatur waktu dengan keluarga. Perkuat niat untuk menuntaskan urusan keluarga seawal mungkin baru menjadi relawan di POSGAB seperti ini. Ini penting, karena dengan mampu mengatur waktu, semua tidak saling menganggu. Saya selalu izin kepada suami sebelum menentukan waktu piket di POSGAB seperti ini,? jelas Arum penuh semangat

Menjadi anggota RAPI sejak 2010, dengan  callsign JZ12BIS, juga terlibat di berbagai kegiatan sosial  kemanusiaan, Iis merasakan semakin mampu mengasah kemampuan komunikasi. Hal ini menunjang dalam kegiatan sehari-hari selain relawan.

?Namanya wanita, kadang ada saja godaan datang dari lawan jenis, meski iseng saja. Namun kembali pada diri kita, selama tegas, dan berani menolak itu bagian dari kunci sukses menjadi wanita relawan? jelas Iis optimis.

Menjadi relawan, meski kodrat wanita tetap harus mengurus keluarga, tidak menyurutkan semangat untuk peduli pada kondisi bangsa. Begitu juga dengan 4 Srikandi RAPI dari DIY ini, kepeduliannya mampu mengangkat harkat wanita di Indonesia. (Iswara, JZ12FYS)

Leave A Reply

Your email address will not be published.